Sebuah penelitian di University of Waikoto, Hamilton, Selandia Baru menunjukkan bahwa madu mengandung anti biotic alami yang sangat mujarab dalam menangkis serangan bakteri. Ada banyak infeksi yang mampu diobati dan dihambat dengan mengkonsumsi madu secara teratur, antara lain saluran pencernakan, penyakit kulit, batuk, pilek, dan infeksi saluran pernafasan, deman dan hati.
Pada tahun 2002, Catherina Hulbert, seorang warga Amerika mengalami kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kakinya luka parah. Saat kecelakaan itu dia sudah menderita penyakit diabetes. Sebab itu, luka yang dideritanya tidak kunjung sembuh kendati sudah mengkonsusmsi berbagai obat dan anti biotic. Kondisi seperti itu dia alami selama delapan bulan.Setelah melihat kondisi lukanya yang tak kunjung membaik, maka Dr Jennifer Eddy dari fakultas kedokteran Universitas Wisconsin menganjurkan untuk menggunakan madu lebah sebagai obat yang dioleskan di tempat luka. Setelah beberapa bulan melakukan pengabotan dengan madu lebah tersebut luka kaki Catherina Hulbert-pun sembuh total. Kasus tersebut menyebabkan Dr Jennifer Eddy memperoleh dukungan dari Akedemi Amerika Untuk Dokter Keluarga di wilayah Wisconsin untuk meneruskan kajiannya khusus pengobatan melalui madu lebah. [perawatluka.com "Keistimewaan Madu Sebagai Obat Luka", akses 2 Okt 2014]
Disebut sebagai Surgihoney, madu yang dikembangkan oleh rumah sakit Hampshire ini telah dibuktikan khasiatnya oleh bayi, ibu sehabis melahirkan serta pasien kanker. Ditemukan dalam hasil penelitian, luka-luka dan peradangan yang disebabkan karena infeksi disembuhkan dalam beberapa hari oleh Surgihoney ini. Bahkan, sebagian besar wanita yang menjalani operasi melahirkan, bekas luka operasinya lebih cepat sembuh karena mengonsumsi madu jenis ini.
Penelitian dilanjutkan dengan mencoba memberikannya pada prajurit militer yang pulang dari Afghanistan. Luka-luka yang dialami oleh prajurit tentunya beragam jenisnya, dan dengan mengonsumsi madu ini, luka tersebut ternyata cepat sembuh dan hilang.
Dr. Matthew Dryden, seperti dikutip dari Dailymail mengatakan, madu ini menjadi revolusi madu baru yang akan membantu menyembuhkan berbagai penyakit. Saat ini, madu tersebut juga dimanfaatkan untuk proses penyembuhan jerawat serta penderita kanker kulit.
Kandungan penicillin dan antibiotik di dalam madu inilah yang diandalkan sebagai bahan yang mampu menyembuhkan, membunuh bakteri, parasit, serta jamur yang memperparah luka. Bekerja secara efektif dan tidak menimbulkan efek samping berbahaya.
"Sebenarnya banyak bahan lain yang dapat membunuh bakteri, tetapi tak ada yang benar-benar merawat setiap sel tubuh seperti madu Surgihoney ini," ungkap Dr. Matthew. Dikatakan pula olehnya bahwa madu Surgihoney ini merupakan obat tradisional yang bisa diandalkan khasiatnya. Kini madu ini telah dilisensikan di Inggris, namun belum siap diperjualbelikan secara bebas dan harus menunggu proses komersialisasi berlangsung. [vemale.com "Madu Yang Bisa Sembuhkan Luka Dalam Hitungan Hari", akses 2 Okt 2014]
Seperti yang dipublikasikan jurnal Microbiologi, peneliti mengklaim bahwa madu tidak hanya mampu menghancurkan sepenuhnya bakteri Streptococcus pyogenes, tetapi juga menghambat gerak bakteri tersebut untuk dapat menempel pada komponen jaringan luka.
Streptococcus pyogenes adalah jenis bakteri pada kulit normal yang sering dikaitkan dengan luka kronis (sulit disembuhkan). Bakteri yang yang menginfeksi luka ini biasanya akan melebur dan membentuk 'biofilm' atau sebuah penghalang yang membuat obat-obatan tidak bisa menembus luka.
Madu yang dipanen dari nektar yang dihasilkan lebah hutan phon manuka yang tubuh di Selandia Baru dan beberapa wilayah Australia . Madu ini juga kerap dijadikan salah satu bahan dalam produk perawatan luka di beberapa negara. Berdasarkan laporan riset, madu dipercaya mampu menghambat lebih dari 80 jenis bakteri. Namun sifat antimikroba dari madu belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh kedokteran modern, karena mekanisme kerjanya yang belum sepenuhnya dipahami.
Luka yang terinfeksi dengan bakteri S. pyogenes seringkali sulit sembuh karena terbentuknya biofilm sehingga mempersulit kerja antibiotika dalam melakukan penetrasi. Problem ini juga menjadi pemicu terjadinya resistensi antibiotika. Penelitian para ahli di Cardiff Metropolitan University Wales menunjukkan bahwa madu dalam konsentrasi rendah dapat mencegah awal terbentuknya biofilm. Madu tersebut juga mampu membunuh hingga 85% bakteri dalam kurun waktu dua jam.
Peneliti mengungkapkan bahwa madu dapat mengganggu interaksi antara bakteri S. pyogenes dan fibronektin protein pada manusia. Para peneliti menemukan bahwa madu dapat mengurangi ekspresi protein permukaan bakteri, mengikat fibronektin untuk menghambat luka, sehingga mencegah kemungkinan bakteri membentuk biofilm.
Ini adalah sebuah mekanisme yang hanya dapat dilakukan oleh madu dengan cara meminimalkan inisiasi infeksi luka akut dan meminimalkan pembentukan infeksi kronis. [hdindonesia.com "Ampuhnya Madu Sembuhkan Luka", akses 2 Okt 2014]
Madu mengandung..
- Gula ( fruktosa 41%, glukosa35%, sukrosa 1,9%)
- Air : hanya madu yang memiliki kadar air kurang dari 18% yang dapat disimpan dalam waktu lama tanpa khawatir akan mengalami proses fermentasi
- Kalori : 1 kg madu mengandung 3.280 kalori atau setara dengan 50 butir telur ayam, 5,7 liter susu, 25 buah pisang, 40 buah jeruk, 4 kg kentang, 1,68 kg daging
- Enzim : madu mengandung banyak enzim diantaranya adalah invertase, diastase, katalase, peroksidase, katalase, protease. Enzim katalase mengubah hydrogen peroksidase menimbulkan efek anti bakteri
- Hormon : gonadotropin, yang berfungsi menstimulasi kelenjar seksual
- Asam amino : proline, tyrosine, phenilalanin, glutamine, asam aspartat
- Berbagai vitamin dan mineral : madu mengandung berbagai vitamin dan mineral yg dibutuhkan tubuh: A, B komplek, C,D,E dan K, mineral : zat besi, kalium, kalsium, magnesium, tembaga, mangan, natrium, fospor, dll
- Madu mampu mengurangi terjadinya peradangan ditandai dengan berkurangnya nyeri dan bengkak dan luka mongering hal ini disebabkan karena madu memiliki osmolaritas yang tinggi (kadar air kurang dari 17%) sehingga mampu menyerap cairan luka dan memperbaiki sirkulasi dan pertukaran udara disekitar luka
- Madu memiliki efek membersihkan terbukti dengan terangkatnya jaringan mati pada balutan yang oleskan madu.
- Madu memiliki efek anti bakteri dan anti oksidan sehingga mampu menghambat efek radikal bebas, akan mengurangi kerusakan jaringan . Juga terdapatnya zat lain yaitu hydrogen peroksida yang mampu membunuh bakteri. Konsentrasi hydrogen peroksida yang terdapat pada madu hanya mengandung 1mmol/l, yang berarti hanya 1/1000 dari cairan yang biasa digunakan untuk membasmi kuman, namun efek yang dapat merusak jaringan dari hydrogen peroksida dapt diatasi oleh sifat anti oksidan dari madu dan enzim2 lain yang terkandung dalam madu
- Merangsang sel darah putih sehingga mempercepat proses penyembuhan luka
- Madu menciptakan lingkungan luka menjadi lembab (moist), lingkungan lembab akan mendukung proses penyembuhan luka dan tumbuhnya jaringan baru.
- Sifat asam madu.Madu memiliki pH 3,2-4,5 cukup rendah untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang rata-rata berkembang pada pH 7,2-7,4
- Madu dapat lebih cepat menstimulus pembuluh darah baru
- Lebih murah dan dapat mudah diperoleh.
- Sebagai antiseptic dan anti bakteri
- Mengatasi infeksi pada daerah luka dan memperlancar proses sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan luka.
- Menghambat pertumbuhan mikroorganisme
- Mematikan mikroorganisme yang tumbuh, karena pH madu yang sangat asam yaitu berkisar antara 3,2-4,5
- Berfungsi sebagai zat antioksidan sehingga mampu merangsang pertumbuhan jaringan baru sehingga mengurangi timbulnya parut/bekas luka pada kulit
- Kemampuannya dalam megabsorbsi pus/nanah sehingga mampu membersihkan luka.
- Kemampuannya sebagai analgetik (penghilang rasa nyeri), mengurangi iritasi, dan menghilangkan bau pada luka.
Ada beberapa tips yang dapat dipakai saat merawat luka dengan terapi madu (Molan, 2001):
- Gunakan jumlah madu sesuai dengan jumlah cairan atau eksudat yang keluar dari luka.
- Frekuensi penggantian balutan tergantung pada cepatnya madu terlarut dengan eksudat luka.Jika tidak ada cairan luka, balutan dapat diganti dua kali seminggu supaya komponen antibakteri yang terkandung di dalam madu dapat terserap ke dalam jaringan luka.
- Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, gunakan second dressing yang bersifat absorbent. Jika madu digunakan langsung pada luka, madu akan meleleh sehingga keluar area luka. Hal ini tidak akan efektif untuk merangsang proses penyembuhan luka.
- Gunakan balutan yang bersifat “oklusif”, yaitu menutup semua permukaan luka untuk mencegah madu meleleh keluar dari area luka.
- Pada cairan luka yang sedang, sebaiknya gunakan transparent film sebagai second dressing.
- Pada abses (nanah) dan undermining (luka berkantong), perlu lebih banyak madu untukmencapai jaringan di dalamnya. Dasar luka harus diisi dengan madu sebelum ditutup dengansecond dressing seperti kasa atau dressing pad lainnya.
- Untuk memasukkan madu pada luka berkantong, sebaiknya gunakan kasa atau dressing pad sehingga kerja kandungan madu lebih efektif. [cyberdakwah.com "Madu Sebagai Penyembuh Luka", akses 2 Okt 2014]
Posting Komentar