0
(Merinding) Asy-Shinqithi, Suku Padang Pasir Yang Paling Disegani Dunia Islam

Asy-Syinqithi merupakan suku pedalaman padang pasir yang jauh dari modernisasi dan teknologi. tapi tahukah anda? mereka merupakan suku yang paling disegani dunia Islam khususnya Masyaikh (Syaikh) Saudi Arabi. Apakah yang membuat begitu istimewa?

Asy-Syinqithi merupakan sebuah suku padang pasir di negeri Afrika tepatnya di negara Mauritania. Karena kebiasaan mereka dalam menuntut ilmulah yang menjadikan suku ini sangat istimewa. Secara adat, disana jika ada anak pada umur 7 tahun belum hafal Quran bagi mereka adalah aib (memalukan).

Mereka mendapatkan pendidikan Al Qur'an bukan hanya sejak kecil, tapi sejak masih dalam keadaan bayi. Ketika ada seorang ibu hamil, sang ibu tidak akan menghabiskan waktu hanya tidur di kasur. Ibu tersebut akan menyibukkan diri untuk muraja'ah hafalannya hingga ibu itu terasa letih karenanya.

Setelah bayi itu lahir, sekeluarga akan muroja'ah bersama. Seorang anak akan muroja'ah kepada bapak atau ibunya, maka diwajibkan untuk dia muroja'ah di depan adiknya yang masih bayi pula. Ketika ibunya sedang menggendong bayi tersebut, kakaknya muroja'ah kepada ibunya. Kalaupun suara tangis bayi mengganggu kakaknya maka itulah tantangan untuk bagi mereka.

Ketika mereka berusia 7 tahun ke atas, mereka akan pergi kepada masyaikh untuk belajar agama. mereka tidak belajar didalam kelas. Melainkan didalam tenda tengah gurun pasir yang panas, dan di dalam tenda itulah proses belajar mengajar dilakukan. Mungkin dalam fikiran kita menyakitkan karena panasnya. namun itu nikmat untuk mereka karena rasa ingin tahu yang tinggi pada diri mereka menjadikan sedikit ilmu adalah nikmat dan rizki yang melimpah bagi mereka, bukan harta.

Ketika Syaikh berkata, "istami' (dengakan), maka semuanya menatap Syaikh tersebut dan menyimak dengan seksama. Tidak ada yang berani menulis bahkan berbain pena, karena akan dimarahi.

Kemudian setelah Syaikh menjelaskan panjang lebar, barulah mereka menulis. Uniknya bukan diatas kertas, melainkan di batu, daun, kulit pohon dan yang sejenisnya mereka bawa dari rumah. Memakai kertas merupakan perkara terlarang, mereka hanya membawa selembar saja.

Setelah mereka menulis, Syaikh akan mengkoreksi dan jika ada yang salah maka akan dikembalikan untuk dibetulkan hingga sama persis seperti apa yang diucapkan Syaikh. Lalu, setelah mereka menulisnya dengan benar Syaikh kemudian memerintahkan untuk menghapusnya. Anda mungkin keheranan kenapa dihapus, maka begitulah pendidikan disana. Setelah itu Syaikh akan melanjutkan pelajaran berikutnya sampai selesai seperti metode sebelumnya.

Setelah pelajaran usai, mereka pulang kerumah dan barulah saat itu mereka menulis kembali apa yang sudah dihafalnya. Dan luar biasanya, hafalan mereka melekat seerat-eratnya dan bahkanpun dengan sekejap saja.

Pada usia ke 17 tahun mereka sudah menjadi mufti dan bisa memberikan fatwa.  Belajar dengan menghafal danmencatatnya diatas kayu (lahwah).

Ustadz Erwandi Tarmizi pernah berkata "Janganlah kalian bangga ketika sudah hafal al qur'an, karena memang itu belum ada apa-apanya di kalangan penuntut 'ilmu, dan janganlah kalian bangga ketika sudah hafal hadits arbain, karena itu sudah sangat lazim di kalangan penuntut 'ilmu, janganlah kalian menjadi sombong dengan sedikitnya 'ilmu yang kalian miliki... karena bukannya 'ilmu itu akan bertambah malah bisa jadi akan berkurang. hafal qur'an hanyalah pintu untuk antum memasuki dunia para 'ulama, hadits arbain hanyalah dasar pijakan pertama antum memasuki dunia para 'ulama, namun kalian belum pantas disebut 'ulama..."

Jika seperti itu maka, Asy-Syinqithi adalah jagonya. Mereka sudah hafal kutubut sittah, bulughul marram, dan kitab-kitab klasik lainnya yang tebalnya sungguh luar biasa. Dan yang akan lebih mengherankan lagi adalah, mereka bukan hanya menghafal matan haditsnya, namun sampai kepada rijalul hadits, biografi muhaddits, mengambil hadits dari siapa saja, dinyatakan tsiqah atau tidak oleh 'ulama, hingga dia bisa menentukan sendiri sanad hadits tersebut shahih atau tidak tanpa mencatut perkataan seorang muhaddits.

Banyak ulama-ulama dari Syinqithi, termasuk salah satunya Sheikh Abdullah Bin Bayyah Asy-Syinqithi, salah satu pengajar di Universitas King Abdul Aziz University – Saudi Arabia. Salah satu cara untuk menandai mereka adalah dengan laqab Syinqithi di akhir nama. itu menandakan mereka telah lulus pendidikan tradisional ala Asy-Syinqithi. [zfn]

Posting Komentar

 
Top