Lagi-lagi dedengkot Liberalis Indonesia Ulil Abshar Abdala melecehkan Islam didepan mata kaum muslimin. Entah apa yang masih dibanggakan dari status Islam di KTP-nya yang selalu membuat ummat Islam sendiri sakit hati.
Seperti yang saya kutip dari suaranasional pendiri Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdalla mengatakan bahwa revolusi teknologi lebih hebat dari mukjizat nabi manapun.
“Ini revolusi yang jauh lebih hebat dari mukjizat nabi manapun, termasuk mukjizat Musa yang membelah lautan atau mengubah tongkat menjadi ular,” kata Ulil di akun Facebook-nya beberapa waktu yang lalu.Ulil merasa bersyukur bisa hidup dan menyaksikan revolusi digital, dan dampak ikutannya yang luar biasa: yaitu revolusi social media.
“Dunia digital yang mengubah secara revolusioner banyak prilaku kita sehari-hari,” ungkap Ulil.Kata Ulil, Generasi awal internet masih sangat berkesan. “Suara khas modem saat dial-up dulu tak akan pernah saya lupakan. Koneksi internet masih sangat sederhana. Teknologi broadband belum hadir. Kecepatan “data download” hanya 100an kbps. Untuk men-download gambar, butuh waktu lama,” papar Ulil.
Ia pun tidak mengetahui revolusi teknologi yang akan hadir di era digital sekarang ini. “Kita tidak tahu revolusi teknologi apa lagi yang akan hadir di era digital ini?” pungkas Ulil.
Hmm, pertanyaannya apakah proposional (setara) menyamakan mukjizat dengan teknologi?. Berikut pengertian mukjizat berdasarkan Kitab Tuhfah al-Murid Syarh Jauharah al-Tauhid, hlm 229:
Mukjizat adalah peristiwa yang bersifat supranatural (keluar dari hukum alam) yang terjadi pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, baik bersamaan dengan tantangan atau tidak.Oke, mari kita simak apa perbedaan mukjizat dan teknologi berdasarkan penjelasan yang kami kutip dari nugarislurus.com.
Pertama, mukjizat adalah peristiwa yang bersifat supranatural atau keluar dari hukum alam, sedangkan temuan ilmiah dan teknologi modern masih bersifat natural atau dalam lingkup hukum alam. Oleh karena itu, mukjizat tidak dapat terjadi kepada semua orang, akan tetapi khusus kepada para nabi atau sebagian wali sebagai karomah. Sedangkan temuan ilmiah dapat ditiru oleh siapapun yang mempunyai kemauan, karena sifatnya masih natural dan alamiah.
Kedua, mukjizat sebagai peristiwa yang keluar dari batas hukum alam, tentu terjadi secara spontan dan bukan hasil usaha. Sementara temuan ilmiah modern adalah hasil usaha, eksperimen dan penelitian yang memakan waktu tidak sebentar. Mengapa demikian, karena mukjizat identik dengan kenabian yang memang tidak dapat dicapai dengan usaha, akan tetapi murni anugerah dari Allah.
Ketiga, mukjizat hanya terjadi pada seorang nabi, yaitu orang-orang yang diberi anugerah sekian banyak sifat kepribadian yang luar biasa, baik zhahir maupun batin. Sementara temuan ilmiah modern dapat dilakukan oleh siapa saja dan bahkan bisa dilakukan oleh orang yang kemampuan otaknya tidak begitu istimewa. Ketika di pesantren dulu, ada kawan yang kemampuan otaknya biasa, tetapi punya keahlian dalam memperbaiki listrik dan mesin.
Keempat, mukjizat kadang terjadi ketika seorang nabi menghadapi tantangan dari kaumnya yang tidak beriman, sebagai bukti kenabiannya. Kadang terjadi tanpa ada tantangan, sebagai pemantapan terhadap keimanan kaumnya. Sementara temuan ilmiah tidak demikian adanya. Seseorang tidak akan mantap bahwa si penemu sebagai wali atau nabi karena temuannya, karena masih bisa ditiru oleh orang lain.
Sejatinya dengan berbagai kemerlap revolusi teknologi yang kita lihat sekarang ini tetap tidak bisa disamakan dengan mukjizat yang qudratullah. Menghina mukjizat sama berarti juga dengan meremehkan kekuasaan Allah. Bahkan teknologi yang dibanggakan oleh seorang yng bernama ulil ini pun tidak bisa menyempurnakan bibir yang (maaf) sumbing atas izin Allah. Semoga kita tidak menyombongkan diri diatas muka bumi ini. Wallahualam
Posting Komentar