"Kami sudah lebih awal berpuasa yakni Jumat (27/6) dan kini 1 Syawal kita tetapkan hari ini," kata Ustadz Lukman A Bakti yang menjadi khatib salat Ied jamaah An-Nadzir di Kabupaten Gowa, Sulsel, seperti dikutip dari Antara, Minggu (27/7).
Dia mengatakan, penetapan awal Ramadan dan 1 Syawal itu dengan membaca tanda-tanda alam seperti air pasang di lautan dan pergerakan bulan. Jamaah An-Nadzir kalangan dewasa hingga anak-anak berbondong-bondong ke lokasi perkebunan sawit sejak seusai salat subuh. Sebelumnya, anggota jemaah An-Nadzir telah berpuasa pada 27 Juni 2014 lalu.
Mereka mengenakan pakaian khas dengan jubah hitam dan mengenakan cadar penutup wajah bagi kaum perempuan. Sedang jamaah laki-laki selain mengenakan jubah hitam, juga sorban hitam dan sebagian jamaah berambut pirang sebagai identitas komunitas jamaah An-Nadzir.
Pemimpin jemaah An-Nadzir, Ustadz Lukman A Bakti, bertindak sebagai imam dan khatib. Dalam ceramahnya, ia menyinggung semangat ke-Pancasila-an yang menjadi motor penggerak dan pemersatu umat Islam di Indonesia.
"Ruh Pancasila yang menghidupkan persatuan dan kesatuan bangsa kemudian dikhianati prilaku pemimpin yang tidak mengamalkan nilai-nilai dari sila Pancasila, mereka jauh dari esensi Ketuhanan yang Maha Esa," ujar Ustadz Lukman, Minggu (27/7/2014).
Proses salat Idul Fitri jemaah An-Nadzir ini dikawal anggota Polsek Somba Opu dan menjadi daya tarik tersendiri bagi puluhan fotografer dari komunitas pehobi fotografi di Makassar.
Untuk pengamanan prosesi ibadah jamaah An-Nadzir, pihak keamanan dari Polres Gowa berjaga-jaga di beberapa sudut lapangan di kawasan perkebunan sawit itu.
"Alhamdulillah, meskipun kami berbeda dalam penetapan 1 Ramadan dan 1 Syawal dengan masyarakat muslim lainnya, namun kami tetap diberi ruang untuk beribadah sesuai keyakinan kami," kata salah seorang jamaah An-Nadzir Syamsiah yang berdomisili di kawasan Danau Mawang, Samata, Kabupaten Gowa, Sulsel.
Mari kenal lebih dalam
Posting Komentar