Syarah Aqidah Wasithiyah tanggal kajian 10 Oktober 2010

Tanggal kajian : 10.10.2010<br />1. “Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah orang yang terputus dari rahmat allah” (Alkautsar 3). Seluruh ahlul bid’ah terancam ayat ini.<br />2. Syarat Syahadat. perbandingan kasus Raja Najasi yang terhalang mengikrarkan syahadatnya Vs Abu Tholib, Abu Jahal, Abu Lahab bahkan fir’aun.<br />3. Tafsir yang haq “لااله الاّالله “<br />4. Keutamaaan bahasa arab, kaedah masdar.<br />5. Hukum Nasab, Manusia termulia dari sisi nasab adalah nabi Yusuf.<br />6. Subhat Syiah Rofidhoh, sufi.<br />7. Teguran Nabi kepada 3 shahabat yang ghuluw (berlebih lebihan dalam ibadah).<br />8. Tidak boleh mengalah atau zuhud untuk urusan akherat.<br />9. Teguran Allah kepada Nabi Sholalllahu Alaihi Wassalam karena saking dermawannya beliau, sehingga mengabaikan nasibnya sendiri.<br />10. Kisah keluarga budak shahabat nabi yang disiksa dihadapan nabi.<br />11. Al a’raf 118 “Katakanlah : Aku tidak kuasa memberikan manfaat dan tidak pula menolak mudhorat kecuali yang dikehendaki Allah. Dan Sekiranya aku mengetahi yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan tidaklah aku menerima kemudharotan. Aku Tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira bagi orang – orang yang beriman” Ayat lain terkait Al An’am 50 , Jin 21-23.<br /><br /><a href="http://ia700108.us.archive.org/7/items/AqidahWasithiah101010/Aqdwash101010.mp3">Download KAJIAN</a><br /><br />size : 13 MBs<br /><br /><a href="http://ia700108.us.archive.org/7/items/AqidahWasithiah101010/Aqdwash101010tj.mp3"> Tanya Jawab</a><br /><br />size : 3 MBs

Artikel Download Kajian Kitab Tauhid Syarah Aqidah Wasithiyah Ustadz Muhtarom Syarah Aqidah Wasithiyah tanggal kajian 10 Oktober 2010

Tanggal kajian : 10.10.20101. “Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah orang yang terputus dari rahmat allah” (Alkautsar 3). Seluruh ahlul bid’ah terancam ayat ini.2. Syarat Syahadat. perbandingan kasus Raja Najasi yang terhalang mengikrar…

Baca selengkapnya »

Qoulul Mufid 'ala Kitabut Tauhid Kajian BAB 21 part-7 tanggal 04 Oktober 2010

Tanggal Kajian : 04.10.2010<br />Pokok Pembahasan :<br />1. Sholat dikuburan atau masjid yang ada kuburnya adalah jalan terdekat menuju kesyirikan.<br />2. Ketika manusia masih bersatu dalam satu aqidah tauhid yang haq kurang lebih 1000 tahun setelah adam diturunkan.<br />3. Persatuan islam yang haq adalah dalam aqidah tauhid yang haq.<br />4. Yang dimaksud menjadikan kuburan sebagai masjid adalah mendirikan masjid dikuburan atau sholat diatas pekuburan (satu atau banyak kuburan).<br />5. Subhat Qiyamul Lail berjama’ah dimasjid diluar bulan ramadhan.<br />6. Hadits ” Seluruh Hari raya/peringatan dihapuskan dalam islam, kecuali 2 yaitu iedul fithri dan iedul adha”.<br />7. makna kata dari ied dan macam macam sifat ied.<br /><br /><a href="http://ia700100.us.archive.org/1/items/QoululMufid_454/UstMuhtarom-QoululMufidBab21Part-7Tanggal04102010.mp3">Download Kajian (MP3)</a><br /><br />type : MP3<br />size : 16 MBs clear sounds and good vocal<br /><br />Format OGG Vorbis <a href="http://ia700100.us.archive.org/1/items/QoululMufid_454/UstMuhtarom-QoululMufidBab21Part-7Tanggal04102010.ogg">Download disini</a>

Aqidah Download Kajian Kitab Tauhid Qoulul Mufiid Ustadz Muhtarom Qoulul Mufid 'ala Kitabut Tauhid Kajian BAB 21 part-7 tanggal 04 Oktober 2010

Tanggal Kajian : 04.10.2010Pokok Pembahasan :1. Sholat dikuburan atau masjid yang ada kuburnya adalah jalan terdekat menuju kesyirikan.2. Ketika manusia masih bersatu dalam satu aqidah tauhid yang haq kurang lebih 1000 tahun setelah adam diturunkan.3…

Baca selengkapnya »

Syarah Aqidah Wasithiyah tanggal 25 September 2010

Kajian lanjutan dari Pembahasan Kitab Syarah Aqidah Wasithiyah.<br /><br />Silahkan download kajiannya<br /><br /><a href="http://ia341331.us.archive.org/3/items/AqidahWasithiah100927/Aqdwash100926.mp3">DOWNLOAD KAJIAN</a><br /><br />type : MP3

Aqidah Download Kitab Tauhid Syarah Aqidah Wasithiyah Ustadz Muhtarom Syarah Aqidah Wasithiyah tanggal 25 September 2010

Kajian lanjutan dari Pembahasan Kitab Syarah Aqidah Wasithiyah.Silahkan download kajiannyaDOWNLOAD KAJIANtype : MP3…

Baca selengkapnya »

Syarah Aqidah Wasithiyah tanggal 08 Agustus 2010

Tanggal kajian : 08.08.2010<br />Pokok pembahasan :<br />1. لُِيُظََِهِِِِِِِرَهُ عَلََى الدِّ ينِِِِ كلّه<br />2. Bolehnya membunuh seseorang karena orang tsb menghina, mencaci maki Rosulullah secara terus terang.<br />3. Orang yang menghina Rosulullah Sholallahu Alaihis Salam setelah wafatnya beliau halal darahnya, baik orang tsb kafir ataupun muslim. (termasuk yg menghina sunnah sunnah/ hadits hadits beliau)<br />4. Keinginan para syahid yang berperang di jalan Allah.<br />5. Benci dan takutnya kaum kafir terhadap makna jihad yang haq.<br />6. Hadits “ Aku diperintahkan untuk memerangi manusia, …………..”<br />7. Kaedah, aturan serta tingkatan jihad (berperang).<br />8. Sifat dari agama adalah keyaqinan terhadap kebenaran, sehingga semua penganut agama menyaqini bahwa agamalah yang paling benar. Begitu juga kelompok/golongan/firqoh.<br />9. Sifat istigotsah nabi, kisah beberapa peperangan nabi.<br />10. Sikap Raja romawi dan parsi ketika menerima surat Nabi.<br />11. Tidak adanya dalil yang qoth’i yang haq tentang ceramah dalam rangkaian sholat tarawih.<br />12. Kesempurnaan keindahan sastra arab dalam Alqur’an yang membuat terkagum kagum para penyair arab pada umumnya terutama abu lahab dan abu jahal.<br />13. Kritikan tulisan Imam Gozali dalam kitab Ihya Ulumuddin yang ditulisnya semasa beliau belum merujuk Manhaj yang Haq.<br /><br /><a href="http://ia700109.us.archive.org/7/items/AqidahWasithiah100725/Aqdwash100725.mp3">Download Kajian</a><br /><br />type : MP3

Aqidah Download Kajian Kitab Tauhid Syarah Aqidah Wasithiyah Ustadz Muhtarom Syarah Aqidah Wasithiyah tanggal 08 Agustus 2010

Tanggal kajian : 08.08.2010Pokok pembahasan :1. لُِيُظََِهِِِِِِِرَهُ عَلََى الدِّ ينِِِِ كلّه2. Bolehnya membunuh seseorang karena orang tsb menghina, mencaci maki Rosulullah secara terus terang.3. Orang yang menghina Rosulullah Sholallahu Alaihis S…

Baca selengkapnya »

Syarah Aqidah Wasithiyah tanggal 25 Juli 2010

Tanggal Kajian 25.07.2010 Pokok pembahasan:<br />1. Pembahasan Lafaz Allah.<br />2. Seluruh Nama – nama, dan sifat sifat Allah mempunyai Makna.<br />3. Orang – orang musyrik mencintai Allah , akan tetapi mereka juga mencintai sesuatu yang mereka anggap tuhan selain Allah.<br />4. Pembahasan الرّحمات الرّحيم<br />5. الرّحمات Adalah Rahmat Allah yang didunia yang diberikan kepada seluruh makhluqnya, baik berupa manusia, jin, malaikat, hewan, tumbuhan dan lain sebagainya baik yang ta’at maupun tidak, baik muslim ataupun kafir.<br />6. الرّحيم adalah rahmat Allah diakherat yang diberikan kepada orang orang muslim saja.<br />7. Tidak ada satupun makhluq yang tidak pernah mendapatkan sama sekali rahmat Allah didunia.<br />8. Doa orang orang kafir yang sia sia agar dikeluarkan dari neraka.<br />9. Kesempurnaan pada makhluq itu ada, tapi kesempurnaan tersebut bukanlan kesempurnaan haqiqi.<br />10. Hal Haram yang paling dibenci Allah adalah merubah ciptaanNYA yang diberikan secara sempurna kepada makhluqnya.<br />11. Nikmat Allah yang terbesar kepada manusia adalah diutusnya para nabi dan rosul agar manusia mengetahui mana yang Haq dan bathil, agar manusia mengetahui bagaimana cara untuk mendekatkan diri kepadaNYA, sehingga bukanlah beban dan haq manusia untuk berpikir dan berkreasi untuk menciptakan ritual/ibadah agar dekat kepadaNYA. “Allah hanya ingin diibadati sesuai dengan kehendakNYA, bukan kehendak manusia”<br />12. Seluruh nabi membawa agama dan petunjuk yang Haq.<br />13. Hadits zaman keburukan…..”Mereka mengambil petunjuk bukan dari petunjukku, mereka mengambil sunnah bukan dari sunnahku….”<br />14. Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir yang dengannya seluruh risalah telah disempurnakanNYA.<br />15. Hadits tentang sebuah bangunan… “Akulah penutup para Nabi…..”<br /><br /><a href="http://ia700109.us.archive.org/7/items/AqidahWasithiah100725/Aqdwash100725.mp3">Download Kajian</a><br /><br />type :MP3

Aqidah Download Kajian Kitab Tauhid Syarah Aqidah Wasithiyah Ustadz Muhtarom Syarah Aqidah Wasithiyah tanggal 25 Juli 2010

Tanggal Kajian 25.07.2010 Pokok pembahasan:1. Pembahasan Lafaz Allah.2. Seluruh Nama – nama, dan sifat sifat Allah mempunyai Makna.3. Orang – orang musyrik mencintai Allah , akan tetapi mereka juga mencintai sesuatu yang mereka anggap tuhan selain Al…

Baca selengkapnya »

Qoulul Mufid 02082010 dan 27092010

Kajian lanjutan dari Qoulul Mufid tanggal 02 Agustus 2010 dan 27 September 2010, afwan baru diposting hari ini, dikarenakan kesibukan ana.<br /><br />Tanggal Kajian 02.08.2010<br />Pokok pembahasan : <br />1. pembahasan حسبي الله ربّ العرش العظيم<br />2. Persamaan Secara lafaz (penamaan) sifat Allah dan sifat makhluq.<br />3. Larangan menyebut Allah sebagai tuhannya fir’aun, abu lahab, abu jahal dsb walaupun secara haqiqi benar adanya bahwa Allah merupakan rob seluruh alam semesta.<br />4. Pembahasan tentang Kursi, Arsy.<br />5. Setiap langit yang tujuh mempunyai pintu.<br />6. Manusia yang paling cerdas adalah manusia yang bisa berserah diri hanya kepada Allah.<br />7. Pemahaman seluruh nabi, shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan seluruh imam ahlus sunnah yang menyakini bahwa Allah bersemayam di arsy tanpa pena’wilan.<br />8. Rusaknya ilmu seorang alim yang rusak manhajnya.<br />9. Bolehnya adu domba dalam siasah perang<br />10. Rusaknya pemahaman aqidah umat islam akibat ilmu filsafat atau ilmu kalam yang secara besar besaran diterjemahkan ke bahasa arab.<br />11. Banyak kalimat yang haq yang dihasilkan oleh para imam yang merupakan intisari dari hadits hadits nabi yang dengan kalimat itu umat islam lebih mudah untuk memahami hadits hadits nabi.<br /><br /><a href="http://ia700109.us.archive.org/18/items/QoululMufidAlaKitabutTauhid100802/Qm100802.mp3">Download KAJIAN</a><br />13 MBs<br />-----------------------------<br /><br />Tanggal Kajian : 27.09.2010<br />Pokok Pembahasan :<br />1. لا تجعلوابيوتكم قبورا<br />2. Larangan berziarah secara berulang ulang.<br />3. Sholawat merupakan ibadah inti, wajib mengikuti sesuai dengan yang dicontohkan Rosulullah, Larangan menggubah suatu sholawat atau bersholawat dengan gubahan manusia.<br />4. Hadits tentang tlaga kautsar, merupakan dalil bahwa beliau tidak mengetahui keadaan ummatnya setelah wafatnya.<br />5. Hadits “Tidaklah seorangpun dari nabi yang wafat kecuali dikuburkan dititik dimana nabi tersebut wafat”<br />6. Sebaik baiknya sholat bagi laki laki adalah dirumah kecuali sholat wajib.<br />7. Kritikan ilmiah terhadap imam nawawi dalam kitab Riyadhus Sholihin.<br /><br /><a href="http://ia341310.us.archive.org/3/items/QoululMufidAlaKitabutTauhid100927/Qm100927.mp3">Download KAJIAN</a>

Aqidah Artikel Download Kajian Kitab Tauhid Qoulul Mufiid Ustadz Muhtarom Qoulul Mufid 02082010 dan 27092010

Kajian lanjutan dari Qoulul Mufid tanggal 02 Agustus 2010 dan 27 September 2010, afwan baru diposting hari ini, dikarenakan kesibukan ana.Tanggal Kajian 02.08.2010Pokok pembahasan : 1. pembahasan حسبي الله ربّ العرش العظيم2. Persamaan Secara lafaz (p…

Baca selengkapnya »

Bahjatun Nazirin Hadits Nomor 538

Tanggal kajian : 02.10.2010<br />Bab 58 Boleh Mengambil Tanpa Meminta Atau Mengintai - Mengharap-harapkan. (hadits 538) <br />Pokok Pembahasan :<br />1. Ajaran Kesimbangan, Tidak meminta tetapi tidak menolak (menolak pemberian yang bisa dimanfaatkan).<br />2. Dalam Islam menjadi orang kaya raya tidaklah tercela.<br />3. Kekeliruan abu dzar dalam pemahaman masalah harta.<br />4. Anjuran untuk menjadi dermawan dan tingkatan tingkatan dermawan.<br />5. Cinta Rosulullah terhadap kaum anshor.<br />6. Zuhudnya para shahabat, manusia terzuhud dimuka bumi ini setelah para nabi dan Rosul.<br />7. Zuhud bukanlah berarti menjadi miskin, akan tetapi meletakkan harta di tangan bukan dihati. Rosulullah adalah manusia terzuhud dan paling dermawan dimuka bumi ini, dan keadaan beliaupun kaya raya, sehingga beliau hanya mengambil dan menggunakan hartanya secukupnya, sedangkan sisanya beliau gunakan di jalan Allah. begitu pula abu bakar, umar, ustman dan masih banyak shahabat yang kaya raya dan zuhud.<br />8. Hinanya manusia yang zuhud akan akherat.<br />9. Batilnya manusia manusia yang memperumpamakan atau mengandai andai “Bila Surga dan Neraka tidak ada”<br />10. Subhat Demokrasi dan Khowarij.<br />11. Syah dan tidak syahnya Jihad.<br />12. Keutamaan Ibnu Umar.<br />13. Haramnya mengharapkan upah dalam beribadah.<br /><br />Download :<br /><br /><a href="http://ia341341.us.archive.org/3/items/Rs101002/Rs101002.mp3"> KAJIAN</a><br /><br />type : MP3

Artikel Bahjatun Naazirin Download Kajian Ustadz Muhtarom Bahjatun Nazirin Hadits Nomor 538

Tanggal kajian : 02.10.2010Bab 58 Boleh Mengambil Tanpa Meminta Atau Mengintai - Mengharap-harapkan. (hadits 538) Pokok Pembahasan :1. Ajaran Kesimbangan, Tidak meminta tetapi tidak menolak (menolak pemberian yang bisa dimanfaatkan).2. Dalam Islam me…

Baca selengkapnya »

Update Status FB dari BB

Untuk Update Status Facebook via Facebook for BlackBerry tak perlu susah-susah, tinggal tulis statusmu di sini dan ga ada yang bakal bilang kamu pakai aplikasi untuk update statusmu... Karena semuanya jelas seperti update dari Blackberry.<br /><br /><br /><br /><center><iframe allowtransparency="" class="FB_SERVER_IFRAME" frameborder="0" height="500" name="fblivestreamIFrame_0" scrolling="no" src="http://www.facebook.com/widgets/livefeed.php?api_key=51f324dd2ecb3a25b356a3170e9b5d51&xid=YOUR_EVENT_XID&width=300&height=500&hide_friends_tab=0&locale=en_US" style="border: medium none; display: block; height: 500px; width: 300px;" width="300"></iframe></center><br /><div style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; text-align: center;"><b>.::Add Me in Facebook::.</b> </div><br /><br /><center><br /><a href="http://www.facebook.com/badges/" style="color: #3b5998; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; text-decoration: none;" target="_TOP" title="Make your own badge!">Create Your Badge</a><br /><a href="http://www.facebook.com/portalherbal.abuyazid" target="_TOP" title="Arief Abu Yazid"><img height="234" src="http://badge.facebook.com/badge/100000179136167.2255.1839527453.png" style="border: 0px none;" width="120" /></a></center><br /><div style="text-align: justify;">Yang Mau Update dari <b>Browser Handphone Opera mini</b> silahkan ke alamat ini : <a href="http://www.portalherbal.co.cc/bb-operamini/">http://www.portalherbal.co.cc/bb-operamini/</a> </div>

Artikel Facebook Tips dan Trik Update Status FB dari BB

Untuk Update Status Facebook via Facebook for BlackBerry tak perlu susah-susah, tinggal tulis statusmu di sini dan ga ada yang bakal bilang kamu pakai aplikasi untuk update statusmu... Karena semuanya jelas seperti update dari Blackberry..::Add M…

Baca selengkapnya »

Salah Memaknai 'Idul Fithri

Sebagai penutup ibadah puasa, Allah ta’ala mensyariatkan hamba-Nya untuk melakukan sholat ‘Idul Fithri sebagai rasa syukur atas telah ditunaikannya puasa Romadhon sebagaimana Allah ta’ala mensyariatkan sholat ‘Idul Adhha sebagai rasa syukur telah dilaksanakannya ibadah haji.<br /><div style="text-align: left;"><b>Makna Idul Fithri</b></div><div style="text-align: left;">‘Idul Fithri maknanya adalah kembali berbuka. Pengertian ini diambil dari sabda Nabi <i>shallallahu’alaihi wa sallam</i>:</div><div style="text-align: left;"><span style="color: green;">“Bulan puasa adalah hari dimana kalian berpuasa, al-fithri adalah hari dimana kalian berbuka dan al-Adhha adalah hari dimana kalian menyembelih.”</span> [1]</div><div style="text-align: left;">Bukanlah ‘Idul Fithri berarti “kembali suci” sebagaimana yang sering kita dengar karena pengertian yang salah ini akan berkonsekwensi kepada diremehkannya dosa-dosa kecil seorang hamba selama dosa-dosa besar dijauhi. Allah ta’ala berfirman:</div><div style="text-align: left;"><span style="color: green;">“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar diantara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).”</span> (QS. An-Nisa’: 31)</div><div style="text-align: left;"><b>Hukum Sholat ‘Idul Fithri</b></div><div style="text-align: left;">Sholat ‘Idul Fithri hukumnya wajib berdasarkan pendapat yang paling kuat. Dari Ummi’Athiyyah ia berkata:</div><div style="text-align: left;"><span style="color: green;">“Rasulullah <i>shallallahu’alaihi wa sallam </i>memerintahkan kita mengeluarkan pada ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adhha gadis-gadis remaja, wanita yang sedang haid dan gadis-gadis pingitan. Adapun wanita yang sedang haid mereka menjauh dari tempat sholat dan menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum muslimin. Aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, salah seorang kami tidak mempunyai jilbab’. Nabi <i>shallallahu’alaihi wa sallam</i> berkata: ‘Hendaknya saudarinya yang lain memakaikan ia jilbabnya’”. </span>(HR. al-Bukhori 981, Muslim 890)</div><div style="text-align: left;"><b>Dimanakah Sholat ‘Idul Fithri ?</b></div><div style="text-align: left;">Yang sunnah adalah mengerjakan sholat ‘Id di lapangan atau tanah lapang yang luas sebagai syi’ar kaum muslimin kecuali di Makkah dikerjakan di dalam masjidil harom. Abu Sa’id al-Khudri <i>radliyallahu’anhu</i> berkata:</div><div style="text-align: left;"><span style="color: green;">“Rasulullah <i>shallallahu’alaihi wa sallam</i> keluar (sholat) pada hari Fithri dan Adhha menuju tanah lapang”. </span>(HR. al-Bukhori 956)</div><div style="text-align: left;"></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: left;"><b>Adab-Adab Menuju Tempat Sholat ‘Id</b></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><b>1. Berhias bagi laki-laki dan mengenakan pakaian paling bagus.</b></div><div style="text-align: left;">’Umar <i>radliyallahu’anhu</i> pernah membeli jubah yang dijual di pasar kemudian ia mendatangi Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam seraya berkata:</div><div style="text-align: left;"><span style="color: green;">”Wahai Rasulullah <i>shallallahu’alaihi wa sallam</i> belilah jubah ini dan pakailah untuk ’Id (lebaran) dan menerima tamu Negara”</span>. (HR. Al-Bukhori 886, Muslim 2068)</div><div style="text-align: left;"><b>2. Mandi dan makan pagi sebelum berangkat</b></div><div style="text-align: left;">Dari ’Anas bin Malik <i>radliyallahu’anhu</i> ia berkata:</div><div style="text-align: left;"><span style="color: green;">”Rasulullah <i>shallallahu’alaihi wa sallam</i> tidaklah berangkat pada hari ’Idul Fithri sebelum memakan beberapa biji kurma….Beliau memakainya dengan jumlah ganjil”.</span> (HR. Al-Bukhori 953)</div><div style="text-align: left;">Sa’id bin Musayyib <i>radliyallahu’anhu</i> berkata:</div><div style="text-align: left;"><span style="color: green;">”Sunnah ’Idul Fithri ada tiga: berjalan ke tanah lapang, makan sebelum keluar dan mandi” </span>[2]</div><div style="text-align: left;"><b>3. Bertakbir sejak keluar rumah[3]</b></div><div style="text-align: left;">Bertakbir adalah ibadah yang sangat mulia khususnya di hari lebaran. Namun apakah disyariatkan bertakbir mulai malam lebaran ?</div><div style="text-align: left;">Dari Zuhri <i>radliyallahu’anhu</i>:</div><div style="text-align: left;"><span style="color: green;">”Bahwasanya Rasulullah <i>shallallahu’alaihi wa sallam</i> keluar pada hari ’Idul Fithri lalu bertakbir sampai mendatangi tanah lapang dan sampai menunaikan sholat. Setelah selesai sholat beliau menghentikan takbir.”</span>[4]</div><div style="text-align: left;">Adapun lafadz-lafadz takbir diantaranya[5]:</div><h2 style="text-align: left;">اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهٌ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ</h2><div style="text-align: left;">“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selai Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dan bagi Allah segala pujian.”[6]</div><h2 style="text-align: left;">اَللهُ أَكْبَرُ ،اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ ،وَلِلَّهِ الْحَمْدُ ، اَللهُ أَكْبَرُ وَ أَجَلَّ اللهِ أَكْبَرُعَلَى مَاهَدَانَا</h2><div style="text-align: left;">“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, bagi Allah segala pujian, Allah Maha Besar, pengagungan untuk Allah yang Maha Besar atas hidayah uang diberikan kepada kita”.[7]</div><div style="text-align: left;">Yang sunnah adalah bertakbir dengan sendiri-sendiri tanpa dikomandoi (satu suara).</div><div style="text-align: left;"><b>4. Berlainan jalan tatkala berangkat dan pulang.</b></div><div style="text-align: left;">Dari Jabir <i>radliyallahu’anhu </i>ia berkata:</div><div style="text-align: left;"><span style="color: green;">”Nabi <i>shallallahu’alaihi wa sallam</i> pada hari ’Id berlainan jalan tatkala berangkat dan pulang”.</span> (HR. Al-Bukhori 986)</div><div style="text-align: left;"><b>5. Tidak ada sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat ’Id</b></div><div style="text-align: left;">Dari Ibnu ‘Abbas <i>radliyallahu’anhu</i> ia berkata:</div><div style="text-align: left;"><span style="color: green;">“Bahwasanya Nabi <i>shallallahu’alaihi wa sallam</i> sholat ‘Idul fithri dua rokaat, beliau tidak sholat sebelum dan sesudahnya”. </span>(HR. al-Bukhori 964, at-Tirmidzi 537)</div><div style="text-align: left;"><b>6. Tidak ada adzan maupun iqomah</b></div><div style="text-align: left;">Dari Jabir bin Samuroh <i>radliyallahu’anhu</i> ia berkata:</div><div style="text-align: left;"><span style="color: green;">“Aku pernah sholat bersama Rasulullah <i>shallallahu’alaihi wa sallam</i> dua ‘Id (‘Idul Fithri dan ‘Idul Adhha) tidak hanya sekali dua kali tanpa adzan dan iqomah. </span>(HR. Muslim 887). Berkata Ibnul Qayyim: “Nabi <i>shallallahu’alaihi wa sallam</i> jika telah sampai di tanah lapang beliau langsung sholat tanpa adzan, iqomah dan tidak pula ucapan “<i>as-sholatul jaami’ah</i>”. Yang sunnah adalah tidak mengucapkan demikian itu’. (Zadul Ma’ad 1/442)</div><div style="text-align: left;"><b>7. Waktu Sholat ‘Idul Fithri</b></div><div style="text-align: left;">Sholat ‘Idul Fithri dikerjakan setelah matahari meninggi seukuran tombak. Dari Abdullah bin busyrin salah seorang sahabat Nabi <i>shallallahu’alaihi wa sallam</i> bahwasanya ia keluar melaksanakan sholat ‘Idul Fithri atau ‘Idul Adhha maka ia mengingkari lambatnya imam. Ia berkata: <span style="color: green;">“Sesungguhnya kami dahulu telah selesai (sholat) pada waktu ini” waktu itu telah masuk waktu sholat sunnah (dhuha).</span> (HR. Abu Dawud 1135, Ibnu Majah 1317)</div><div style="text-align: left;">Berkata Ibnul Qoyyim al-Jauziyah <i>rahimahullah</i>: “Nabi <i>shallallahu’alaihi wa sallam </i>melambatkan sholat ‘Idul Fithri dan menyegerakan sholat ‘Idul Adhha dan Ibnu ‘Umar yang terkenal dengan semangatnya menjalankan sunnah tidak keluar sampai terbitnya matahari’. (Zadul Ma’ad 1/442)</div><div style="text-align: left;">Syaikh Abu Bakr al-Jazairi berkata: <span style="color: green;">“Yang lebih utama adalah menyegerakan sholat ‘Idul Adhha di awal waktu agar manusia bisa segera menyembelih sesembelihannya dan mengakhirkan sholat ‘Idul Fithri agar orang-orang bisa leluasa mengeluarkan zakat Fithrinya”</span> (Minhajul Muslim 278)</div><div style="text-align: left;"><b>8. Tata Cara Sholat ‘Id</b></div><div style="text-align: left;">a. Dikerjakan dua raka’at. ‘Umar <i>radliyallahu’anhu</i> berkata:</div><div style="text-align: left;">“Sholat al-Fithri adalah dua raka’at” (HR. Ahmad 1/37, an-Nasa’i 3/183 dengan sanad yang shahih)</div><div style="text-align: left;">b. Memulai raka’at pertama dengan takbiratul ihrom dan bertakbir 7 takbir di raka’at pertama dan 5 takbir di raka’at kedua selain takbir intiqol (takbir perpindahan gerak dari sujud ke berdiri atau berdiri ke rukuk). Dari ’Aisyah <i>radliyallahu’anha</i>, bahwasanya Rasulullah<i> shallallahu’alaihi wa sallam</i> bertakbir pada ’Idul Fithri dan ’Idul Adhha di raka’at pertama 7 takbir dan diraka’at kedua 5 takbir. (HR. Abu Dawud 1150, Ibnu Majah 1280)</div><div style="text-align: left;">Tidak ada keterangan bahwa Nabi <i>shallallahu’alaihi wa sallam </i>mengangkat tangan di tiap-tiap takbir. Namun Ibnu ’Umar –salah seorang sahabat yang sangat semangat mengamalkan sunnah mengangkat tangan di tiap tiap takbir sehingga ini pun bisa dipakai karena tidak mungkin beliau melakukannya kecuali ada contoh dari Nabi <i>shallallahu’alaihi wa sallam</i> dan tidak ada sahabat yang mengingkarinya.</div><div style="text-align: left;">c. Setelah selesai takbir membaca al-Fatihah lalu membaca surat Qof di raka’at pertama dan al-Qomar di raka’at kedua. (HR. Muslim 891) atau al-A’la di raka’at pertama dan al-Ghasyiah di raka’at kedua (HR. Muslim 878, at-Tirmidzi 533)</div><div style="text-align: left;">d. Kemudian rukuk dan seterusnya seperti sholat-sholat yang biasa.</div><div style="text-align: left;">e. Khutbah setelah sholat ’Id. Ibnu ’Abbas<i> radliyallahu’anhuma</i> berkata:</div><div style="text-align: left;">”Aku mengikuti shalat ’Id bersama Rasulullah <i>shallallahu’alaihi wa sallam</i>, Abu Bakar, Umar dan Utsman radliyallahu’anhum, mereka semua sholat ’Id sebelum khutbah. (HR. Al-Bukhori 962, Muslim 884)</div><div style="text-align: left;">f. Berkata syaikhul Islam: ’Ucapan selamat pada hari ’Id jika bertamu setelah sholat ’Id dengan mengucapkan:</div><h2 style="text-align: left;">تَقَبَّلْ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ</h2><div style="text-align: left;">”Semoga Allah menerima amalan kami dan kalian”.</div><div style="text-align: left;">Telah diriwayatkan dari beberapa sahabat bahwasanya mereka mengucapkannya. (Majmu’ Fatawa 24/253, al-Mughni 2/259)</div><div style="text-align: left;">Maka sebaiknya do’a itu yang kita ucapkan karena lebih baik dari ucapan sebagian orang,</div><h2 style="text-align: left;">مِنَ اْلعَائِدِ يْنَ وَالْفَائِزِيْنَ</h2><div style="text-align: left;"><span style="color: blue;"><b>Sumber: </b>30 Tema Pilihan Kultum Romadhon Berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah oleh Abu Bakr Muhammad Lalu al-Atsari, hal. 187-193 dengan penambahan beberapa footenote dari admin. (maramissetiawan.wordpress.com)</span></div><div style="text-align: left;"><b>Footnote</b></div><hr size="1" /><div style="text-align: left;">[1] HR. at-Tirmidzi 701, Abu Dawud 2326, Silsilah as-Shohihah 1/389 no. 224</div><div style="text-align: left;">[2] Dikeluarkan oleh al-Firyabi 127/1, 2 dalam Fawaid dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwaul Ghalil 2/104</div><div style="text-align: left;">[3] Sebagian Ulama berpendapat dibolehkannya memulai takbir setelah matahari terbenam setelah berbuka puasa di puasa hari terakhir. Sehingga kita hendaknya berlapang dada dalam masalah ini. Hanya saja yang menjadi permasalahan adalah tata cara yang dilakukan kaum muslimin secara berlebihan yaitu dengan menghidupkan malam takbiran dengan keliling atau bahkan menabuh bedug atau musik, yang ini semua tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam terlebih lagi hukumnya (gendang/ alat musik) yang haram. (admin)</div><div style="text-align: left;">[4] Hadits Mursal diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah 1/487 namun memiliki beberapa penguat dan dishohihkan syaikh al-Albani dalam silsilah as-Shohihah 170.</div><div style="text-align: left;">[5] Yang sunnah adalah mengucapkan lafadz takbir yang telah diajarkan oleh Nabi <i>shallallahu’alaihi wa sallam</i>, seperti sebagiannya yang disampaikan diatas, adapun takbir-takbir yang panjang dan kebanyakan diamalkan oleh sebagian kaum muslimin dengan tambahan lafadz <i>“Allahu Akbar Kabiro, Wal hamdulillahi katsiro, Wa Subhanallahi Bukratan Wa Ashila, Laa Ilaaha Illallahu La Na`budu Illaa Iyyah, Muhklishina Lahud-din, Walau Karihal Kafirun., Laa Ilaaha Illallahu wahdah, Shadaqo Wa`dah, Wa Nashara `Abdah, Wa A`azza Jundahu Wa Hazamal Ahzaaba Wahdah., Laa Ilaaha Illallahu Wallahu akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil-hamd…..” </i>dan lainnya, ini semuanya tidak ada dalilnya dari perkataan Nabi ataupun para Sahabat sehingga hendaknya ditinggalkan. (admin)</div><div style="text-align: left;">[6] HR. Ibnu Syaibah. (2/168) Dishohihkan syaikh al-Albani dalam Irwaul Ghalil. (3/125)</div><div style="text-align: left;">[7] HR. al-Baihaqi. (3/315) dan dishahihkan oleh syaikh al-Albani dalam Irwaul Ghalil (3/125) no.654</div>

Artikel Salah Memaknai 'Idul Fithri

Sebagai penutup ibadah puasa, Allah ta’ala mensyariatkan hamba-Nya untuk melakukan sholat ‘Idul Fithri sebagai rasa syukur atas telah ditunaikannya puasa Romadhon sebagaimana Allah ta’ala mensyariatkan sholat ‘Idul Adhha sebagai rasa syukur telah …

Baca selengkapnya »

Qoulul Mufiid BAB 21 part-4

<p>Bab 21 Almusthofa Sholallahu alaihi wassalam menjaga tauhid dan menutup semua jalan menuju kesirikan<br />Tanggal kajian : 19.07.2010<br />Pokok pembahasan :<br />1. Tidak ada satupun keburukan di surga.<br />2. Pembahasan Asma was Sifat, sifat Kholiq tidak akan pernah menyatu dengan makhluk secara sempurna.<br />3. Tafsir surat Al fathir 29, Tegas dan keras nya Nabi dan para shahabat terhadap kaum kufar.<br />4. Hayalan orang orang pluralisme (JIL, yang mengaku ngaku cendikiawan).<br />5. Kesempurnaan Sastra arab dalam Alqur’an.<br />6. Jangan terlalu berpegang pada terjemahan karena banyak mudhorotnya dalam terjemahan untuk memahami kitab-kitab para ulama, sesatnya memahami ayat Alqur’an hanya dengan berpegang pada terjemahan.<br />7. Pemahaman yang Haq kalimat “Laa ilaaha Illallaah”<br />8. Tidak Ada Tawakal tanpa keyaqinan dan harus melalui sebab-sebab yang bermanfaat.</p> <p>Download :</p> <p><a href="http://ia360705.us.archive.org/22/items/Ustadz_Muhtarom_876/UstMuhtarom-QoululMufidBab21Part-4Tanggal19072010.mp3">KAJIAN</a></p> <p>size : 13,2 MBs</p> <p>Format lain : <a href="http://ia360705.us.archive.org/22/items/Ustadz_Muhtarom_876/UstMuhtarom-QoululMufidBab21Part-4Tanggal19072010.wav">WAV</a> | <a href="http://ia360705.us.archive.org/22/items/Ustadz_Muhtarom_876/UstMuhtarom-QoululMufidBab21Part-4Tanggal19072010.ogg">OGG</a> Vorbis</p>

Download Kajian Kitab Tauhid Qoulul Mufiid Ustadz Muhtarom Qoulul Mufiid BAB 21 part-4

Bab 21 Almusthofa Sholallahu alaihi wassalam menjaga tauhid dan menutup semua jalan menuju kesirikanTanggal kajian : 19.07.2010Pokok pembahasan :1. Tidak ada satupun keburukan di surga.2. Pembahasan Asma was Sifat, sifat Kholiq tidak akan pernah men…

Baca selengkapnya »

Bahjatun Nazirin Hadits Nomor 534-537

<p>Tanggal kajian : 17.07.2010<br />Hadits 534, 535, 536, 537<br />Pokok pembahasan:</p><p>1. “Barang siapa yang menyerahkan nasib dan hajatnya kepada Allah maka Allah akan meluaskan rizkinya”.<br />2. Golongan yang rusak pemahamannya tentang point 1.<br />3. Anjuran untuk bersabar saat mengalami kesulitan hidup dan jangan pernah mengeluh pada manusia.<br />4. Anjuran berserah diri hanya kepada Allah akan tetapi tetap berusaha.<br />5. “Barang siapa yang berjanji kepada Allah untuk tidak akan pernah meminta kepada manusia, Maka Allah akan menjamin surga baginya”<br />6. Keutamaan Tsauban rodhiallahu anhu dan shahabat umumnya, yang selalu memegang teguh janjinya.<br />7.Haramnya mencaci maki shahabat, maka tercelalah “Rofidhoh” yang mencaci para shahabat, bahkan menyebut shahabat besar, abu bakar dan umar sebagai berhalanya qurois.<br />8. Sepatutnya bagi seorang peminpin untuk memperhatikan rakyatnya<br />9. Keadaan orang yang diperbolehkan meminta.</p> <p>Download <a href="http://ia360705.us.archive.org/22/items/Ustadz_Muhtarom_876/Ust.muhtarom-BahjatunNazirinHadits534-537Tanggal17072010.mp3">KAJIAN</a></p> <p>type : MP3<br />size : 12,3 MBs</p>

Bahjatun Naazirin Download Kajian Ustadz Muhtarom Bahjatun Nazirin Hadits Nomor 534-537

Tanggal kajian : 17.07.2010Hadits 534, 535, 536, 537Pokok pembahasan:1. “Barang siapa yang menyerahkan nasib dan hajatnya kepada Allah maka Allah akan meluaskan rizkinya”.2. Golongan yang rusak pemahamannya tentang point 1.3. Anjuran untuk bersabar …

Baca selengkapnya »

Mengarungi Kalimat Laa ilaaha illalloh

Rekaman kajian dari Masjid Nurul Huda Bandara Ngurah Rai Bali bersama Ustadz Abdurrahman Thayyib, dengan tema : Mengarungi Kalimat Laa ilaaha illalloh.<br />Silahkan download :<br /><br /><a href="http://ia360709.us.archive.org/2/items/Ustadz_Abdurrahman_Thayyib_14/UstAbdurrahmanThayyib-MengarungiKalimatLaIlahaIllallah.mp3">KAJIAN</a><br /><br />type : MP3 @ 32 KBps<br />size : 8,5 MBs<br /><br />format lain : <a href="http://ia360709.us.archive.org/2/items/Ustadz_Abdurrahman_Thayyib_14/UstAbdurrahmanThayyib-MengarungiKalimatLaIlahaIllallah.wav">WAV</a> | <a href="http://ia360709.us.archive.org/2/items/Ustadz_Abdurrahman_Thayyib_14/UstAbdurrahmanThayyib-MengarungiKalimatLaIlahaIllallah.ogg">OGG</a> Vorbis (for Mac Users)<br /><br /><a href="http://ia360709.us.archive.org/2/items/Ustadz_Abdurrahman_Thayyib_14/UstAbdurrahmanThayyib-Tj-mengarungiKalimatLaIlahaIllallah.mp3">TANYA JAWAB</a><br /><br />type : MP3 @ 32 KBps<br />size : 3,8 MBs<br /><br />format lain : <a href="http://ia360709.us.archive.org/2/items/Ustadz_Abdurrahman_Thayyib_14/UstAbdurrahmanThayyib-Tj-mengarungiKalimatLaIlahaIllallah.wav">WAV</a> | <a href="http://ia360709.us.archive.org/2/items/Ustadz_Abdurrahman_Thayyib_14/UstAbdurrahmanThayyib-Tj-mengarungiKalimatLaIlahaIllallah.ogg">OGG</a> Vorbis (for Mac Users)<br /><br />-- credit to Abey Badrimin -Bali

Download Kajian Ustadz Abdurrahman Thayyib Mengarungi Kalimat Laa ilaaha illalloh

Rekaman kajian dari Masjid Nurul Huda Bandara Ngurah Rai Bali bersama Ustadz Abdurrahman Thayyib, dengan tema : Mengarungi Kalimat Laa ilaaha illalloh.Silahkan download :KAJIANtype : MP3 @ 32 KBpssize : 8,5 MBsformat lain : WAV | OGG Vorbis (for Mac …

Baca selengkapnya »

Tafsir Ayat Kursi - Kajian di Bali

Berikut adalah rekaman kajian dengan tema : "Tafsir Ayat Kursi" yang diadakan di Masjid Nurul Huda Bandara Ngurah Rai, Bali. Kajian ini dibawakan oleh al-Ustadz Abdurrahman Thayyib.<br /><br />Silahkan di download :<br /><br /><a href="http://ia360701.us.archive.org/8/items/Ustadz_Abdurrahman_Thayyib/UstadzAbdurrahmanThayyib-TafsirAyatKursi.mp3">KAJIAN</a><br /><br />type : MP3<br />size : 8,7 MBs @ 32 KBPs<br /><br />Format lain : <a href="http://ia360701.us.archive.org/8/items/Ustadz_Abdurrahman_Thayyib/UstadzAbdurrahmanThayyib-TafsirAyatKursi.wav">WAV</a> (original files 12 MBs) | <a href="http://ia360701.us.archive.org/8/items/Ustadz_Abdurrahman_Thayyib/UstadzAbdurrahmanThayyib-TafsirAyatKursi.ogg">OGG vorbis</a> 9 MBs<br /><br />NB : Saran ana download file WAV, karena kualitas lebih bagus (asli), MP3 hasil convert walaupun bitrate-nya sama.<br /><br />--credit to "Abey Badrimin", Bali--

Download Kajian Tafsir Ustadz Abdurrahman Thayyib Tafsir Ayat Kursi - Kajian di Bali

Berikut adalah rekaman kajian dengan tema : "Tafsir Ayat Kursi" yang diadakan di Masjid Nurul Huda Bandara Ngurah Rai, Bali. Kajian ini dibawakan oleh al-Ustadz Abdurrahman Thayyib.Silahkan di download :KAJIANtype : MP3size : 8,7 MBs @ 32 KBPsFormat …

Baca selengkapnya »

Kajian Syarah Ushulus Sunnah dari Masjid Mujahidin

<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFnjNBucLCBtUNk1lUp-uuTxGq4X2OhdRtu2ltU27PHKGtDcKkLOui6wamNKfNtnsz_aJarE_o8fXT6RH6-28ChBc90_i7u3cP4ZYNbu2lNQo1QdgvhMpsuRdynulK1zjmgtCITFrlomk/s1600/Syarah_Ushulus_Sunnah.gif"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5493647117986891618" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFnjNBucLCBtUNk1lUp-uuTxGq4X2OhdRtu2ltU27PHKGtDcKkLOui6wamNKfNtnsz_aJarE_o8fXT6RH6-28ChBc90_i7u3cP4ZYNbu2lNQo1QdgvhMpsuRdynulK1zjmgtCITFrlomk/s200/Syarah_Ushulus_Sunnah.gif" style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 129px; height: 200px;" /></a>Sekilas tentang Kitab Syarah Ushulus Sunnah : <p align="justify">Dulu dan sekarang, musuh-musuh Islam senantiasa melancarkan invasi-invasinya. Invasit tersebut bukan hanya bersifat fisik (pertempuran) tapi juga berupa yang lebih dahsyat, yaitu "invasi aqidah dan keyakinan." Invasi aqidah ini begitu sangat kerasnya, hingga dapat merusak sendi-sendi keimanan kaum Muslimin atau bahkan mencabutnya dari dada-dada mereka.</p> <p align="justify">Dulu dan sekarang pula, para Ulama besar Ahlus Sunnah wal Jama'ah telah berada di barisan terdepan untuk membendung gempuran ini, dan di antara yang terdepan adalah Imam yang agung dan Pembela As-Sunnah Ahmad bin Hanbal rahimahullah, dengan kesungguhan dan keilmuannya yang kuat ia berusaha membimbing umat kepada aqidah yang shahih dan membantah firqah-firqah yang menyimpang. Keyakinan beliau yang kokoh tersebut tergambar jelas dalam buku ini.</p> <p align="justify">Buku ini berisi prinsip-prinsip dasar aqidah Ahlu Sunnah wal jamaah, yang dirumuskan oleh penghulu para Imam, yaitu Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah. Ini merupakan kaidah-kaidah yang sepatutnya bagi setiap orang membaca dan menelaahnya, serta menggigitnya erat-erat dengan gigi geraham, karena demikian pentingnya masalah aqidah ini.</p> <p align="justify">Prinsip-prinsip dasar ini merupakan suatu uraian dari manuskrip yang ditulis ulang oleh Syaikh Al-Albani dan Syaikh Ali bin Hasan, semoga Allah merahmati keduanya.</p> <p align="justify">Risalah ini walaupun tidak mencakup seluruh aqidah salafiyah, akan tetapi telah mencukupi sebagai prinsip-prinsip dasar aqidah ahlu sunnah dalam membendung pemahaman-pemahaman bid’ah yang berkembang pada masa itu sampai hari ini.</p> <p align="justify">Sesungguhnya tiada kemuliaan dan kebahagiaan bagi umat ini melainkan dengan tauhid yang murni dan aqidah yang benar. Semoga buku ini menjadi nasehat bagi saya sendiri juga saudara-saudaraku sekalian, agar senantiasa komitmen dalam belajar dan mengajarkan aqidah ahlu sunnah dan menyebarluaskannya ke seluruh penjuru, sehingga manusia kembali menemukan kebenaran dalam beraqidah sesuai tuntunan Sunnah Rasulullah.</p> <p align="justify">Berikut adalah rekaman kajian Kitab Syarah Ushulus sunnah yang dibawakan oleh Ustadz Muhtarom dari Masjid Mujahidin Pamulang, insya Alloh akan selalu di-update :</p> <p>1. Pokok Permasalahan : firqoh Khawarij:</p> <p><a href="http://ia360705.us.archive.org/23/items/Syarah_Ushulus_Sunnah/1-Ust.Muhtarom-Ushul_Sunnah__khawarij_090410.mp3">KAJIAN</a></p> <p><a href="http://ia360705.us.archive.org/23/items/Syarah_Ushulus_Sunnah/2-TJ_Ust.Muhtarom-Ushul_Sunnah__khawarij_haid_090410.mp3">TANYA JAWAB</a></p> <p>2. Pokok permasalahan : Bid'ah</p> <p><a href="http://ia360705.us.archive.org/23/items/Syarah_Ushulus_Sunnah/3-Ust.Muhtarom-Ushul_Sunnah__Bidah_160410.mp3">KAJIAN</a></p> <p><a href="http://ia360705.us.archive.org/23/items/Syarah_Ushulus_Sunnah/4-TJ_Ust.Muhtarom-Ushul_Sunnah__bidah_160410.mp3">TANYA JAWAB</a></p> <p>3. Pokok Permasalahan : majelis ahlul bid'ah</p> <p><a href="http://ia360705.us.archive.org/23/items/Syarah_Ushulus_Sunnah/5-Ust.Muhtarom-Ushul_Sunnah_majlis_ahlul_bidah_300410.mp3">KAJIAN</a></p> <p><a href="http://ia360705.us.archive.org/23/items/Syarah_Ushulus_Sunnah/6-TJ_Ust.Muhtarom-Ushul_Sunnah_bidah_ahlu_bidah_300410.mp3">TANYA JAWAB</a></p> <p>4. Pokok permasalahan : Dajjal, Poligami</p> <p><a href="http://ia360705.us.archive.org/23/items/Syarah_Ushulus_Sunnah/7-Ust.Muhtarom-Ushul_Sunnah__dajjal_070510.mp3">KAJIAN</a></p> <p><a href="http://ia360705.us.archive.org/23/items/Syarah_Ushulus_Sunnah/8-TJ_Ust.Muhtarom-Ushul_Sunnah__dajjal_poligami_cemburu_070510.mp3">TANYA JAWAB</a></p> <p>5. Pokok permasalahan : Majelis Ahlul bid'ah -2 dan Terorisme</p> <p><a href="http://ia360705.us.archive.org/23/items/Syarah_Ushulus_Sunnah/9-Ust.Muhtarom-Ushul_Sunnah__majlis_ahli_bidah_140510.mp3">KAJIAN</a></p> <p><a href="http://ia360705.us.archive.org/23/items/Syarah_Ushulus_Sunnah/10-TJ_Ust.Muhtarom-Ushul_Sunnah__teroris_140510.mp3">TANYA JAWAB</a></p> <p>6. Pokok permasalahan : Majelis Ahlul Bid'ah -3</p> <p><a href="http://ia360705.us.archive.org/23/items/Syarah_Ushulus_Sunnah/11-Ust.Muhtarom-Ushul_Sunnah__majlis_bidah_210510.mp3">KAJIAN</a></p> <p><a href="http://ia360705.us.archive.org/23/items/Syarah_Ushulus_Sunnah/12-TJ_Ust.Muhtarom-Ushul_Sunnah__gerak_telunjuk_210510.mp3">TANYA JAWAB</a></p> <p>7. Pokok permasalahan : Lanjutan</p> <p><a href="http://ia360705.us.archive.org/23/items/Syarah_Ushulus_Sunnah/13-Ust.Muhtarom-Ushul_Sunnah_Masjid_Mujahidin_02072010.mp3">KAJIAN</a></p> <p><a href="http://ia360705.us.archive.org/23/items/Syarah_Ushulus_Sunnah/14-TJ_Ust.Muhtarom-Ushul_Sunnah_Masjid_Mujahidin_02072010_masail_kenyang.mp3">TANYA JAWAB</a></p> <p>NB : Format kajian MP3 dengan bitrate 32 KBPs</p>

Aqidah Artikel Download Kajian Syarah Ushulus Sunnah Ustadz Muhtarom Kajian Syarah Ushulus Sunnah dari Masjid Mujahidin

Sekilas tentang Kitab Syarah Ushulus Sunnah : Dulu dan sekarang, musuh-musuh Islam senantiasa melancarkan invasi-invasinya. Invasit tersebut bukan hanya bersifat fisik (pertempuran) tapi juga berupa yang lebih dahsyat, yaitu "invasi aqidah dan keya…

Baca selengkapnya »

Qoulul Mufid tanggal 12 Juli 2010

<div style="text-align: justify;">Kajian Kitab Tauhid pekan ini sedikit mengulang pembahasan pekan lalu, diantaranya makna dari dalil "min anfusikum" Apakah arti dari kalimat ini adalah Rasululloh di datangkan dari kalangan Arab atau kalangan manusia secara umum. Alhamdulillah ustadz menjelaskan dengan rinci sesuai dengan apa yang ditulis oleh Syaikh Utsaimin, sehingga jelas makna yang terkandung didalam kalimat ini adalah dari kalangan manusia secara umum, karena jika berarti dari kalangan Arab maka teks nya harusnya berbunyi "min hum" tanpa kata "anfus".</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Juga dijelaskan mengenai sifat dari Rasululloh yang "ro'uf dan rahim" kepada kaum mukminin saja, tidak kepada orang kafir dan lainnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dan di dalam kitab ini juga dijelaskan tentang kaedah-kaedah bahasa Arab yang begitu luas, sehingga ketika mubtada' berada di akhir pasti ada makna yang tersimpan di dalamnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Selanjutnya juga dibahas mengenai rahmat Alloh yang diturunkan di dunia ini, yang hanya dengan satu dari 100 rahmat Alloh saja, kita tidak mampu menghitungnya. Padahal satu rahmat itu sudah Alloh berikan semenjak dahulu kala hingga nanti hari akhir. Dengan satu rahmat itu, semua bagian makhluk sudah dapat merasakan manfa'atnya. Bahkan ketika seekor hewan yaitu induknya yang mengangkat kakinya agar anaknya tidak terinjak pun sudah merupakan rahmat Alloh.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Maka bisakah anda bayangkan, 99 rahmat yang Alloh akan berikan kepada penghuni surga nanti. Padahal penghuni surga itu amat sedikit, perbandingannya 1 dari 1000 orang, subhanalloh. Maka inilah yang seharusnya kita kejar, bukan nikmat dunia yang pasti akan habis dan rasanya tidak akan melebihi kenikmatan rahmat Alloh nanti di surga. Wallohu a'lam</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Silahkan download rekaman kajiannya berikut :</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://ia360709.us.archive.org/3/items/Qoulul_Mufid_810/UstMuhtarom-QoululMufidBab21Part-3Tanggal12072010.mp3">KAJIAN</a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">type : MP3<br />size :12,9 MBs<br /></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Format lain : <a href="http://www.archive.org/download/Qoulul_Mufid_810/UstMuhtarom-QoululMufidBab21Part-3Tanggal12072010.wav">WAV</a> (Original and Good quality 16,9 MBs) | <a href="http://www.archive.org/download/Qoulul_Mufid_810/UstMuhtarom-QoululMufidBab21Part-3Tanggal12072010.ogg">OGG Vorbis</a> 12,1 MBs<br /></div>

Artikel Download Kajian Kitab Tauhid Qoulul Mufiid Ustadz Muhtarom Qoulul Mufid tanggal 12 Juli 2010

Kajian Kitab Tauhid pekan ini sedikit mengulang pembahasan pekan lalu, diantaranya makna dari dalil "min anfusikum" Apakah arti dari kalimat ini adalah Rasululloh di datangkan dari kalangan Arab atau kalangan manusia secara umum. Alhamdulillah ust…

Baca selengkapnya »

Syarah Aqidah Wasithiyah tanggal 11 Juli 2010

<div style="text-align: justify;">Lanjutan kajian Syarah Aqidah Wasithiyah karya Syaikh Utsaimin rahimahulloh....<br /><br />Sedikit mengulang pembahasan sebelumnya tentang bagaimana berkembangnya bid'ah. Dari awalnya hanya berbicara mengenai manusia (makhluq) lama-lama sampai berbicara tentang Alloh.<br /><br />Beberapa Pokok pembahasan :<br />1. Hakikat menolak Ayat Alqur’an.<br />2. Anjuran memulai amalan baik dengan menyebut basmalah, kecuali amalan dicontohkan Rosulullah dengan tidak diawali dengan basmallah seperti mengawali sholat, dan lainnya.<br />3. Kaedah yang dimaksud dengan kata “manusia” yang ada dalam ayat ayat alqur’an yang membuat Imam Ahmad terkagum-kagum terhadap imam Syafi'i.<br />4. Keutamaan imam syafi’i.<br />5. Kaedah bahasa arab, Sesuatu yang seharusnya diletakkan didepan kalimat akan tetapi diletakan dibelakang atau sebaliknya, bermakna pembatasan/pengkhususan seperti hanya/kecuali.<br />6. Untuk memahami arti alqur’an, mutlaq harus menggunakan kaedah bahasa arab.<br />7. Salah satu penyebab SALAH PAHAM dan AWAL PULA KESESATAN dalam islam adalah ketika memahami ayat alqur’an dengan terjemahan, dan tidak paham dengan kaedah bahasa arab. Terutama saat islam ini mulai dipeluk oleh bangsa ajam (non arab)<br />8. Haram menggunakan nama nama Allah untuk penamaan sesuatu makhluk. Kecuali diawali dengan Abdul... atau yang semisalnya. Jika menamai dengan Ar-Rahman saja atau Ar-Rahim saja ini yang dilarang.<br />9. Satu satunya jalan menuju surga adalah dengan mengikuti syariat sesuai dengan sunnah Rosulullah Sholallahu alaihi wassalam.<br />10. Doa buruk yang boleh dan yang haram.<br /><br />Silahkan download kajiannya :<br /><br /><a href="http://ia360700.us.archive.org/10/items/Syarah_Aqidah_Wasithiyah_454/UstMuhtarom-SyarahAqidahWasthiyah11072010.mp3">KAJIAN</a><br /><br />type : MP3<br />size : 12,1 MBs<br /><br />Format lain : <a href="http://www.archive.org/download/Syarah_Aqidah_Wasithiyah_454/UstMuhtarom-SyarahAqidahWasthiyah11072010.wav">WAV (Good Quality/Original)</a> 16 MBs | <a href="http://www.archive.org/download/Syarah_Aqidah_Wasithiyah_454/UstMuhtarom-SyarahAqidahWasthiyah11072010.ogg">OGG Vorbis</a> 12 MBs<br /></div>

Artikel Download Kajian Syarah Aqidah Wasithiyah Ustadz Muhtarom Syarah Aqidah Wasithiyah tanggal 11 Juli 2010

Lanjutan kajian Syarah Aqidah Wasithiyah karya Syaikh Utsaimin rahimahulloh....Sedikit mengulang pembahasan sebelumnya tentang bagaimana berkembangnya bid'ah. Dari awalnya hanya berbicara mengenai manusia (makhluq) lama-lama sampai berbicara tentang …

Baca selengkapnya »

VIDEO Mudzakaroh MUI; NU - Salafy

Berikut ini adalah video mudzakaroh yang diadakan oleh MUI yang menampilkan tokoh dari NU dan ustadz Zainal Abidin, Lc.<br /><br />Silahkan simak untuk CD pertama :<br /><br /><object align="middle" classid="clsid:d27cdb6e-ae6d-11cf-96b8-444553540000" codebase="http://download.macromedia.com/pub/shockwave/cabs/flash/swflash.cab#version=9,0,0,0" height="240" id="VideoPlayer" width="320"> <param name="allowScriptAccess" value="*"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="movie" value="http://www.platipus.nl/flvplayer/download/1.0/FLVPlayer.swf?video=http://ia360709.us.archive.org/7/items/NU_Salafy/NU_Salafy_1.flv&autoplay=false"> <param name="" quality="" value="high"><param name="bgcolor" value="#ffffff"> <embed src="http://www.platipus.nl/flvplayer/download/1.0/FLVPlayer.swf?video=http://ia360709.us.archive.org/7/items/NU_Salafy/NU_Salafy_1.flv&autoplay=false" quality="high" bgcolor="#000000" name="VideoPlayer" allowscriptaccess="*" allowfullscreen="true" type="application/x-shockwave-flash" pluginspage="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer" align="middle" height="240" width="320"></embed> </object><br /><br />besar video : 125MBs<br />format : FLV 320x240 pixels<br /><br />DOWNLOAD??? <a href="http://ia360709.us.archive.org/7/items/NU_Salafy/NU_Salafy_1.flv">FLV</a> | <a href="http://ia360709.us.archive.org/7/items/NU_Salafy/NU_Salafy_1_512kb.mp4">MP4</a> | <a href="http://www.archive.org/download/NU_Salafy/NU_Salafy_1.ogv">OGV</a><br />---------------------------------------------<br /><br />CD bagian kedua sudah ada nih...<br /><br /><object align="middle" classid="clsid:d27cdb6e-ae6d-11cf-96b8-444553540000" codebase="http://download.macromedia.com/pub/shockwave/cabs/flash/swflash.cab#version=9,0,0,0" height="240" id="VideoPlayer" width="320"> <param name="allowScriptAccess" value="*"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="movie" value="http://www.platipus.nl/flvplayer/download/1.0/FLVPlayer.swf?video=http://ia360702.us.archive.org/18/items/NU_Salafy_2/NU_Salafy_2.flv&autoplay=false"> <param name="" quality="" value="high"><param name="bgcolor" value="#ffffff"> <embed src="http://www.platipus.nl/flvplayer/download/1.0/FLVPlayer.swf?video=http://ia360702.us.archive.org/18/items/NU_Salafy_2/NU_Salafy_2.flv&autoplay=false" quality="high" bgcolor="#000000" name="VideoPlayer" allowscriptaccess="*" allowfullscreen="true" type="application/x-shockwave-flash" pluginspage="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer" align="middle" height="240" width="320"></embed> </object><br /><br />Besar file : 158MBs<br />format : FLV 320x240 pixels<br /><br />Download File : <a href="http://ia360702.us.archive.org/18/items/NU_Salafy_2/NU_Salafy_2.flv">FLV</a> | <a href="http://www.archive.org/download/NU_Salafy_2/NU_Salafy_2_512kb.mp4">MP4</a> | <a href="http://www.archive.org/download/NU_Salafy_2/NU_Salafy_2.ogv">OGV</a>

Ustadz Zainal Abidin Video VIDEO Mudzakaroh MUI; NU - Salafy

Berikut ini adalah video mudzakaroh yang diadakan oleh MUI yang menampilkan tokoh dari NU dan ustadz Zainal Abidin, Lc.Silahkan simak untuk CD pertama : besar video : 125MBsformat : FLV 320x240 pixelsDOWNLOAD??? FLV | MP4 | OGV------------------…

Baca selengkapnya »

Qoulul Mufid Bab 21 tanggal 05 Juli 2010

<div style="text-align: justify;">Kajian lanjutan dari Kitab Qoulul Mufid Syarah Kitabut Tauhid.<br />Pada pekan ini ustadz mengulang pembahasan dari awal bab dikarenakan semapt libur 2 pekan, agar materi dapat teringat kembali.<br />Didalam bab ini dijelaskan bagaimana gigihnya Nabi Muhammad dalam menjaga tauhid dan menutup segala pintu menuju syirik. Begitupun dengan para shahabatnya.<br />Rasululloh sangat berhati-hari dalam perkara syirik ini, sampai-sampai dalam perkataan pun sangat diperhatikan beliau. Rasululloh melarang para shahabatnya untuk memanggil budaknya dengan panggilan "yaa abdii" yang artinya wahai hambaku, tetapi Nabi memberikan solusi untuk memanggilnya dengan panggilan " yaa ghulaam ".<br /><br />Para shahabat pun sangat berhati-hati dalam masalah syirik ini, sampai ibnu Umar sangat bersyukur ketika mendapatkan pohon yang sempat diabadikan di alqur'an sebagai tempat dimana para shahabat ber bai'at kepada Nabi di bawahnya ternyata sudah hilang, entah ditebang, dicabut atau bagaimanapun caranya.<br /><br />Karena para shahabat mengetahui bahwa hal tersebut dapat membuka pintu syirik kelak. Berbeda dengan zaman sekarang, justru setiap hal atau tempat yang bersejarah justru di pelihara atau dilestarikan bukan di hilangkan. Dengan alasan cagar budaya atau lain sebagainya, padahal hal ini dapat membuka pintu menuju kesyirikan.<br />Lihat para shahabat dahulu, tidak ada yang memuliakan rumah bekas peninggalan Nabi, Gua Hira, Gua Tsur dan lain sebagainya yang memang oleh Nabi tidak pernah disampaikan bahwa tempat tersebut memiliki barokah. Kecuali tiga masjid yang memang telah Rasulullah beritahukan kepada kita semua.<br /></div><br />Semoga kajian kali ini dapat bermanfaat untuk kita semua, amiin.<br />Silahkan download :<br /><br /><a href="http://ia360709.us.archive.org/22/items/Qoulul_Mufid_58/UstMuhtarom-QoululMufidBab21Part-2Tanggal05072010.mp3">KAJIAN</a><br /><br />type : MP3<br />size : 11,08 MBs<br /><br />Dalam format lain : <a href="http://www.archive.org/download/Qoulul_Mufid_58/UstMuhtarom-QoululMufidBab21Part-2Tanggal05072010.wav">WAV</a> | <a href="http://www.archive.org/download/Qoulul_Mufid_58/UstMuhtarom-QoululMufidBab21Part-2Tanggal05072010.ogg">OGG</a>

Artikel Download Kajian Kitab Tauhid Qoulul Mufiid Ustadz Muhtarom Qoulul Mufid Bab 21 tanggal 05 Juli 2010

Kajian lanjutan dari Kitab Qoulul Mufid Syarah Kitabut Tauhid.Pada pekan ini ustadz mengulang pembahasan dari awal bab dikarenakan semapt libur 2 pekan, agar materi dapat teringat kembali.Didalam bab ini dijelaskan bagaimana gigihnya Nabi Muhammad da…

Baca selengkapnya »

Sunnah yang Hilang : Bacaan setelah membaca al-Qur'an

<p>Penjelasan menarik mengenai bacaan penutup setelah membaca Al Qur’an.</p> <p>الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله.<br />أما بعد: فإنَّ إحياء السنن النبوية من أعظم القربات إلى الله،</p> <p>Sesungguhnya menghidupkan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah termasuk amal yang sangat bernilai untuk mendekatkan diri kepada Allah.</p> <p>فَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ، قَالَ<br />: (( مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا ))<br />[رواه مسلم].</p> <p>Dari Abu Hurairah, Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>bersabda, “<em>Barang siapa yang mengajak orang lain kepada kebaikan maka baginya pahala semua orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun</em>” (HR Muslim).</p> <p>فإليكم أحبتي في الله، هذه السُّنة التي غفل عنها كثيرٌ من الناس:</p> <p>Saudaraku, berikut ini adalah sunnah Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> yang sudah dilalaikan oleh banyak orang.</p> <p>يُسْتَحَبُّ بعد الانتهاء من تلاوة القرآن أن يُقال:<br />((سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ،لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ)).</p> <p>Setelah selesai membaca al Qur’an <strong>dianjurkan</strong> untuk mengucapkan bacaan berikut ini: <strong>Subhanakallahumma wa bihamdika laa ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika</strong>.</p> <p>الدليل: عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ : مَا جَلَسَ رَسُولُ اللهِ مَجْلِسًا قَطُّ، وَلاَ تَلاَ قُرْآناً، وَلاَ صَلَّى صَلاَةً إِلاَّ خَتَمَ ذَلِكَ بِكَلِمَاتٍ، قَالَتْ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَاكَ مَا تَجْلِسُ مَجْلِساً، وَلاَ تَتْلُو قُرْآنًا، وَلاَ تُصَلِّي صَلاَةً إِلاَّ خَتَمْتَ بِهَؤُلاَءِ الْكَلِمَاتِ ؟<br />قَالَ: (( نَعَمْ، مَنْ قَالَ خَيْراً خُتِمَ لَهُ طَابَعٌ عَلَى ذَلِكَ الْخَيْرِ، وَمَنْ قَالَ شَرّاً كُنَّ لَهُ كَفَّارَةً: سُبْحَانَكَ [اللَّهُمَّ] وَبِحَمْدِكَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ ))([]).</p> <p>Dalilnya, dari Aisyah beliau berkata, “<em>Tidaklah Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- duduk di suatu tempat atau <strong>membaca al Qur’an</strong> ataupun melaksanakan shalat kecuali beliau akhiri dengan membaca beberapa kalimat</em>”. Akupun bertanya kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “<em>Ya Rasulullah, tidaklah anda duduk di suatu tempat, <strong>membaca al Qur’an </strong>ataupun mengerjakan shalat melainkan anda akhiri dengan beberapa kalimat?</em>” Jawaban beliau, “<em>Betul, barang siapa yang mengucapkan kebaikan maka dengan kalimat tersebut amal tadi akan dipatri dengan kebaikan. Barang siapa yang mengucapkan kejelekan maka kalimat tersebut berfungsi untuk menghapus dosa. Itulah ucapan Subhanakallahumma wa bihamdika laa ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika</em>. ”</p> <p>) إسناده صحيح: أخرجه النسائي في “السنن الكبرى” (9/123/10067)، والطبراني في “الدعاء” (رقم1912)، والسمعاني في “أدب الإملاء والاستملاء” (ص75)، وابن ناصر الدين في “خاتمة توضيح المشتبه” (9/282).</p> <p>Hadits di atas sanadnya shahih, diriwayatkan oleh Nasai dalam Sunan Kubro 9/123/1006, Thabrani dalam ad Du-a no 1912, Sam’ani dalam Adab al Imla’ wa al Istimla’ hal 75 dan Ibnu Nashiruddin dalam Khatimah Taudhih al Musytabih 9/282.</p> <p>وقال الحافظ ابن حجر في “النكت” (2/733): [إسناده صحيح]، وقال الشيخ الألباني في “الصحيحة” (7/495): [هذا إسنادٌ صحيحٌ أيضاً على شرط مسلم]، وقال الشيخ مُقْبِل الوادعي في “الجامع الصحيح مما ليس في الصحيحين” (2/12: [هذا حديثٌ صحيحٌ</p> <p>Al Hafizh Ibnu Hajar dalam an Nukat 2/733 mengatakan, “Sanadnya shahih”. Syaikh al Albani dalam Shahihah 7/495 mengatakan, “Sanad ini adalah sanad yang juga shahih menurut kriteria Muslim”. Syaikh Muqbil al Wadi’I dalam al Jami’ al Shahih mimma laisa fi al Shahihain 2/12 mengatakan, “Hadits ini adalah hadits yang shahih”.</p> <p>وقد بَوَّبَ الإمام النسائي على هذا الحديث بقوله: [ما تُختم به تلاوة القرآن].</p> <p>Hadits ini diberi judul bab oleh Nasai dengan judul “<strong>Bacaan penutup setelah membaca al Qur’an</strong>”.</p> <p>Sumber: <a href="http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=18477">http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=18477</a></p> <p><strong>Catatan:</strong></p> <p>Realita menunjukkan bahwa ketika banyak orang meninggalkan amalan yang sesuai dengan sunah Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>maka muncullah<strong> amalan yang mengada-ada</strong>.<br />Banyak orang mengganti bacaan yang sesuai sunah Nabi di atas dengan bacaan tashdiq yaitu ucapan<em> Shadaqallahul ‘azhim</em> yang tidak ada dalilnya.</p>

Artikel Sunnah yang Hilang : Bacaan setelah membaca al-Qur'an

Penjelasan menarik mengenai bacaan penutup setelah membaca Al Qur’an. الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله.أما بعد: فإنَّ إحياء السنن النبوية من أعظم القربات إلى الله، Sesungguhnya menghidupkan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ter…

Baca selengkapnya »

Ebook Al-Manhaj v.06.10

<div style="text-align: justify;">Alhamdulillah, setelah sekian lama web almanhaj.or.id offline, sekarang sudah bisa diakses kembali. Mudah-mudahan lancar terus dan ga ada masalah. Dan web yang pernah ana buat untuk back-up almanhaj samapi bulan april 2010 semoga tetap bisa bermanfaat buat yang lain.<br /><br />Sekarang ana akan memberikan kembali lanjutan dari seri ebook Al-Manhaj versi CHM.<br />Ebook kali ini sudah mencapai versi 06.10 alias lompat dua bulan dari versi sebelumnya karena sempat offline web aslinya.<br /><br />Untuk mendownloadnya, silahkan klik link dibawah ini :<br /><br /><a href="http://ia360701.us.archive.org/7/items/Al-Manhaj_195/Al-manhajV.06.10.chm">--- >>> DOWNLOAD EBOOK <<< ---</a><br /><br />type : CHM<br />size : 11,9 MBs<br /><br />NB : Untuk windows Vista dan Seven yang mempunyai masalah ketika membuka file ini, bisa dicoba untuk klik kanan di file yang sudah di download, lalu pilih tab UNBLOCK. Lalu OK, mudah-mudahan berhasil.<br /></div>

Artikel Download E-Book Ebook Al-Manhaj v.06.10

Alhamdulillah, setelah sekian lama web almanhaj.or.id offline, sekarang sudah bisa diakses kembali. Mudah-mudahan lancar terus dan ga ada masalah. Dan web yang pernah ana buat untuk back-up almanhaj samapi bulan april 2010 semoga tetap bisa bermanfaa…

Baca selengkapnya »

Kajian Kitab Syarah Aqidah Wasithiyah tanggal 13 Juni 2010

<p style="text-align: justify;">Kajian Syarah Aqidah Wasithiyah</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Tanggal Kajian 13.06.2010<br />Pokok Pembahasan :</p><div style="text-align: justify;"> </div><ol style="text-align: justify;"><li>Alqur’an maksud, tujuan dan redaksinya dari Allah.</li><li>Manusia pertama yang mengartikan “Tangan” dengan kekuasaan dan “Wajah” dengan keridhoan tanpa dalil yang haq.</li><li>Kebenaran tidak berdasarkan kecerdasan sesorang melainkan berdasarkan dalil apa yang Allah dan Rosulnya katakan sesuai dengan pemahaman para shahabat.</li><li>Orang yang Allah butakan mata hatinya maka celakalah dia, sebab hidayah tak akan menerangi hatinya, sebagaimana terangnya cahaya matahari tiada berguna bagi orang yang buta.</li><li>Berdoalah memohon agar hidayah yang kita miliki jangan sampai hilang.</li><li>Sampaikan da’wah apa adanya, jangan dihias hiasi agar menarik.</li><li>Hadits Palsu. “Orang yang telah masuk surga, akan keluar darinya dan masuk neraka akibat tuntutan dari anaknya”.</li><li>Tipu daya syaiton.</li><li>Agama bukanlah akal, sehingga dalam sehari puluhan bahkan ratusan perbuatan kita dalam beribadah tidaklah dapat kita cerna dengan akal.</li><li>Usaha Umar bin Khattab dalam rangka menutup fitnah, beliau mencambuk seseorang yang meremehkan atau bertanya yang menimbulkan keraguan thd alqur’an dan sunnah Rosul.</li><li>Kesepakatan Ahlul kiblat tentang Alqur’an kecual Rofidhoh.</li><li>Merajalelanya bid’ah di negri negri muslim, sebab sedikitnya pembahasan tentang bid’ah pada masa shahabat dan sebab – sebab munculnya bid’ah.</li><li>Makna ayat “ Sesungguhnya Allah yang menurunkan Alqur’an dan Allah pasti menjaganya”.</li><li>Mustahilnya seseorang menjadi pintar/alim/ ulama tanpa belajar dengan bimbingan.</li><li>Bahayanya serangan pemikiran yang menghancurkan Aqidah kaum muslimin yang dilancarkan oleh musuh – musuh islam, sehingga pentingnya kaum muslimin untuk membentengi aqidahnya dengan ilmu.</li></ol><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Download :</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"><a href="http://ia360707.us.archive.org/4/items/AqidahWasithiah100613/Aqdwash100613.mp3">KAJIAN</a></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">type : MP3<br />size : 13,8 MBs</p>

Download Kajian Syarah Aqidah Wasithiyah Ustadz Muhtarom Kajian Kitab Syarah Aqidah Wasithiyah tanggal 13 Juni 2010

Kajian Syarah Aqidah Wasithiyah Tanggal Kajian 13.06.2010Pokok Pembahasan : Alqur’an maksud, tujuan dan redaksinya dari Allah.Manusia pertama yang mengartikan “Tangan” dengan kekuasaan dan “Wajah” dengan keridhoan tanpa dalil yang haq.Kebenaran …

Baca selengkapnya »

Kajian : Sangsi Dunia Terhadap Penentang Sunnah

Dibawah ini akan ana berikan rekaman kajian bedah buku dengan tema : Sangsi Dunia terhadap Penentang Sunnah, merujuk kepada kitab Buku Putih Dakwah Salafia. Yang diadakan pada tanggal 13 Juni 2010 bersama Ustadz Zaenal Abidin, Lc. di Masjid Raya Pondok Indah.<br /><br />Silahkan download kajiannya :<br /><br /><a href="http://www.archive.org/download/Kajian_Ustadz_Zaenal_Abidin/UstZaenalAbidin-SanksiDuniaThdPenentangSunnah-MasjidPondokIndah-13062010.mp3">KAJIAN</a><br /><br />type : MP3<br />size : 14 MBs

Bedah Buku Download Kajian Ustadz Zainal Abidin Kajian : Sangsi Dunia Terhadap Penentang Sunnah

Dibawah ini akan ana berikan rekaman kajian bedah buku dengan tema : Sangsi Dunia terhadap Penentang Sunnah, merujuk kepada kitab Buku Putih Dakwah Salafia. Yang diadakan pada tanggal 13 Juni 2010 bersama Ustadz Zaenal Abidin, Lc. di Masjid Raya Pond…

Baca selengkapnya »

Hadits-hadits Palsu dan Lemah seputar Bulan Rajab

<p style="text-align: justify;">Banyak tersebar di tengah-tengah kaum muslimin sebuah riwayat dari Anas bin Malik. Beliau mengatakan, ”Ketika tiba bulan Rajab, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam biasa mengucapkan,</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِى رَمَضَانَ</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">”<em>Allahumma baarik lanaa fii Rojab wa Sya’ban wa ballignaa Romadhon</em> [Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan perjumpakanlah kami dengan bulan Ramadhan]”.”<br />Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad dalam musnadnya, Ibnu Suniy dalam ’Amalul Yaum wal Lailah.<br />Namun perlu diketahui bahwa hadits ini adalah <strong>hadits yang lemah (hadits dho’if)</strong> karena di dalamnya ada perowi yang bernama <strong>Zaidah bin Abi Ar Ruqod</strong>. Zaidah adalah <strong>munkarul hadits</strong> (banyak keliru dalam meriwayatkan hadits) sehingga hadits ini termasuk <strong>hadits dho’if</strong>. Hadits ini dikatakan dho’if (lemah) oleh Ibnu Rajab dalam Lathoif Ma’arif (218), Syaikh Al Albani dalam tahqiq Misykatul Mashobih (1369), dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam takhrij Musnad Imam Ahmad.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"><strong>Kesimpulan</strong>: Do’a di atas tidak ada tuntunannya sama sekali, karena dibangun di atas hadits yang lemah (dho’if), hadits dhoif tidak dapat dijadikan HUJJAH dalam ber'amal. Banyak hadits-hadits yang menceritakan tentang keutamaan bulan rajab, tetapi banyak sekali yang DHAIF.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Berikut beberapa artikel mengenai Hadits Palsu seputar Amalan di Bulan Rajab, semoga kita dapat mengambil hikmah.</p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;" class="snap_preview"> <p>Oleh : Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas</p> <p>Apabila kita memperhatikan hari-hari, pekan-pekan, bulan-bulan, sepanjang tahun serta malam dan siangnya, niscaya kita akan mendapatkan bahwa Allah Yang Maha Bijaksana mengistimewakan sebagian dari sebagian lainnya dengan keistimewaan dan keutamaan tertentu. Ada bulan yang dipandang lebih utama dari bulan lainnya, misalnya bulan Ramadhan dengan kewajiban puasa pada siangnya dan sunnah menambah ibadah pada malamnya. Di antara bulan-bulan itu ada pula yang dipilih sebagai bulan haram atau bulan yang dihormati, dan diharamkan berperang pada bulan-bulan itu.<br /><br /> Allah juga mengkhususkan hari Jum’at dalam sepekan untuk berkumpul shalat Jum’at dan mendengarkan khutbah yang berisi peringatan dan nasehat.</p> <p>Ibnul Qayyim menerangkan dalam kitabnya, Zaadul Ma’aad,[1] bahwa Jum’at mempunyai lebih dari tiga puluh keutamaan, kendatipun demikian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mengkhususkan ibadah pada malam Jum’at atau puasa pada hari Jum’at, sebagaimana sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.</p> <p>“Artinya : Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Janganlah kalian mengkhususkan malam Jum’at untuk beribadah dari malam-malam yang lain dan jangan pula kalian mengkhususkan puasa pada hari Jum’at dari hari-hari yang lainnya, kecuali bila bertepatan (hari Jum’at itu) dengan puasa yang biasa kalian berpuasa padanya.” [HR. Muslim (no. 1144 (148)) dan Ibnu Hibban (no. 3603), lihat Silsilatul Ahaadits ash-Shahihah (no. 980)]</p> <p>Allah Yang Mahabijaksana telah mengutamakan sebagian waktu malam dan siang dengan menjanjikan terkabulnya do’a dan terpenuhinya permintaan. Demikian Allah mengutamakan tiga generasi pertama sesudah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mereka dianggap sebagai generasi terbaik apabila dibandingkan dengan generasi berikutnya sampai hari Kiamat. Ada beberapa tempat dan masjid yang diutamakan oleh Allah dibandingkan tempat dan masjid lainnya. Semua hal tersebut kita ketahui berdasarkan hadits-hadits yang shahih dan contoh yang benar.</p> <p>Adapun tentang bulan Rajab, keutamaannya dalam masalah shalat dan puasa padanya dibanding dengan bulan-bulan yang lainnya, semua haditsnya sangat lemah dan palsu. Oleh karena itu tidak boleh seorang Muslim mengutamakan dan melakukan ibadah yang khusus pada bulan Rajab.</p> <p>Di bawah ini akan saya berikan contoh hadits-hadits palsu tentang keutamaan shalat dan puasa di bulan Rajab.</p> <p>HADITS PERTAMA<br /> “Artinya : Rajab bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan adalah bulan ummatku”</p> <p>Keterangan: HADITS INI “ MAUDHU’</p> <p>Kata Syaikh ash-Shaghani (wafat th. 650 H): “Hadits ini maudhu’.” [Lihat Maudhu’atush Shaghani (I/61, no. 129)]</p> <p>Hadits tersebut mempunyai matan yang panjang, lanjutan hadits itu ada lafazh:</p> <p>“Artinya : Janganlah kalian lalai dari (beribadah) pada malam Jum’at pertama di bulan Rajab, karena malam itu Malaikat menamakannya Raghaaib…”</p> <p>Keterangan: HADITS INI MAUDHU’</p> <p>Kata Ibnul Qayyim (wafat th. 751 H): “Hadits ini diriwayatkan oleh ‘Abdur Rahman bin Mandah dari Ibnu Jahdham, telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Muhammad bin Sa’id al-Bashry, telah menceritakan kepada kami Khalaf bin ‘Abdullah as-Shan’any, dari Humaid Ath-Thawil dari Anas, secara marfu’. [Al-Manaarul Muniif fish Shahih wadh Dha’if (no. 168-169)]</p> <p>Kata Ibnul Jauzi (wafat th. 597 H): “Hadits ini palsu dan yang tertuduh memalsukannya adalah Ibnu Jahdham, mereka menuduh sebagai pendusta. Aku telah mendengar Syaikhku Abdul Wahhab al-Hafizh berkata: “Rawi-rawi hadits tersebut adalah rawi-rawi yang majhul (tidak dikenal), aku sudah periksa semua kitab, tetapi aku tidak dapati biografi hidup mereka.” [Al-Maudhu’at (II/125), oleh Ibnul Jauzy]</p> <p>Imam adz-Dzahaby berkata: “ ’Ali bin ‘Abdullah bin Jahdham az-Zahudi, Abul Hasan Syaikhush Shuufiyyah pengarang kitab Bahjatul Asraar dituduh memalsukan hadits.”</p> <p>Kata para ulama lainnya: “Dia dituduh membuat hadits palsu tentang shalat ar-Raghaa’ib.” [Periksa: Mizaanul I’tidal (III/142-143, no. 5879)]</p> <p>HADITS KEDUA<br /> “Artinya : Keutamaan bulan Rajab atas bulan-bulan lainnya seperti keutamaan al-Qur’an atas semua perkataan, keutamaan bulan Sya’ban seperti keutamaanku atas para Nabi, dan keutamaan bulan Ramadhan seperti keutamaan Allah atas semua hamba.”</p> <p>Keterangan: HADITS INI MAUDHU’</p> <p>Kata al Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany: “Hadits ini palsu.” [Lihat al-Mashnu’ fii Ma’rifatil Haditsil Maudhu’ (no. 206, hal. 128), oleh Syaikh Ali al-Qary al-Makky (wafat th. 1014 H)]</p> <p>HADITS KETIGA:<br /> “Artinya : Barangsiapa shalat Maghrib di malam pertama bulan Rajab, kemudian shalat sesudahnya dua puluh raka’at, setiap raka’at membaca al-Fatihah dan al-Ikhlash serta salam sepuluh kali. Kalian tahu ganjarannya? Sesungguhnya Jibril mengajarkan kepadaku demikian.” Kami berkata: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui, dan berkata: ‘Allah akan pelihara dirinya, hartanya, keluarga dan anaknya serta diselamatkan dari adzab Qubur dan ia akan melewati as-Shirath seperti kilat tanpa dihisab, dan tidak disiksa.’”</p> <p>Keterangan: HADITS MAUDHU’</p> <p>Kata Ibnul Jauzi: “Hadits ini palsu dan kebanyakan rawi-rawinya adalah majhul (tidak dikenal biografinya).” [Lihat al-Maudhu’at Ibnul Jauzy (II/123), al-Fawaa'idul Majmu’ah fil Ahaadits Maudhu’at oleh as-Syaukany (no. 144) dan Tanziihus Syari’ah al-Marfu’ah ‘anil Akhbaaris Syanii’ah al-Maudhu’at (II/89), oleh Abul Hasan ‘Ali bin Muhammad bin ‘Araaq al-Kinani (wafat th. 963 H).]</p> <p>HADITS KEEMPAT<br /> “Artinya : Barangsiapa puasa satu hari di bulan Rajab dan shalat empat raka’at, di raka’at pertama baca ‘ayat Kursiy’ seratus kali dan di raka’at kedua baca ‘surat al-Ikhlas’ seratus kali, maka dia tidak mati hingga melihat tempatnya di Surga atau diperlihatkan kepadanya (sebelum ia mati)”</p> <p>Keterangan: HADITS INI MAUDHU’</p> <p>Kata Ibnul Jauzy: “Hadits ini palsu, dan rawi-rawinya majhul serta seorang perawi yang bernama ‘Utsman bin ‘Atha’ adalah perawi matruk menurut para Ahli Hadits.” [Al-Maudhu’at (II/123-124).]</p> <p>Menurut al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany, ‘Utsman bin ‘Atha’ adalah rawi yang lemah. [Lihat Taqriibut Tahdziib (I/663 no. 4518)]</p> <p>HADITS KELIMA<br /> “Artinya : Barangsiapa puasa satu hari di bulan Rajab (ganjarannya) sama dengan berpuasa satu bulan.”</p> <p>Keterangan: HADITS INI SANGAT LEMAH</p> <p>Hadits ini diriwayatkan oleh al-Hafizh dari Abu Dzarr secara marfu’.</p> <p>Dalam sanad hadits ini ada perawi yang bernama al-Furaat bin as-Saa’ib, dia adalah seorang rawi yang matruk. [Lihat al-Fawaa-id al-Majmu’ah (no. 290)]<br /> Kata Imam an-Nasa’i: “Furaat bin as-Saa’ib Matrukul hadits.” Dan kata Imam al-Bukhari dalam Tarikhul Kabir: “Para Ahli Hadits meninggalkannya, karena dia seorang rawi munkarul hadits, serta dia termasuk rawi yang matruk kata Imam ad-Daraquthni.” [Lihat adh-Dhu’afa wa Matrukin oleh Imam an-Nasa'i (no. 512), al-Jarh wat Ta’dil (VII/80), Mizaanul I’tidal (III/341) dan Lisaanul Mizaan (IV/430).]</p> <p>HADITS KEENAM<br /> “Artinya : Sesungguhnya di Surga ada sungai yang dinamakan ‘Rajab’ airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu, barangsiapa yang puasa satu hari pada bulan Rajab maka Allah akan memberikan minum kepadanya dari air sungai itu.”</p> <p>Keterangan: HADITS INI BATHIL</p> <p>Hadits ini diriwayatkan oleh ad-Dailamy (I/2/281) dan al-Ashbahany di dalam kitab at-Targhib (I-II/224) dari jalan Mansyur bin Yazid al-Asadiy telah menceritakan kepada kami Musa bin ‘Imran, ia berkata: “Aku mendengar Anas bin Malik berkata, …”</p> <p>Imam adz-Dzahaby berkata: “Mansyur bin Yazid al-Asadiy meriwayatkan darinya, Muhammad al-Mughirah tentang keutamaan bulan Rajab. Mansyur bin Yazid adalah rawi yang tidak dikenal dan khabar (hadits) ini adalah bathil.” [Lihat Mizaanul I’tidal (IV/ 189)]</p> <p>Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata: “Musa bin ‘Imraan adalah majhul dan aku tidak mengenalnya.” [Lihat Silsilah Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah (no. 1898)]</p> <p>HADITS KETUJUH.<br /> “Artinya : Barangsiapa berpuasa tiga hari pada bulan Rajab, dituliskan baginya (ganjaran) puasa satu bulan, barangsiapa berpuasa tujuh hari pada bulan Rajab, maka Allah tutupkan baginya tujuh buah pintu api Neraka, barangsiapa yang berpuasa delapan hari pada bulan Rajab, maka Allah membukakan baginya delapan buah pintu dari pintu-pintu Surga. Dan barang siapa puasa nishfu (setengah bulan) Rajab, maka Allah akan menghisabnya dengan hisab yang mudah.”</p> <p>Keterangan: HADITS INI PALSU</p> <p>Hadits ini termaktub dalam kitab al-Fawaa’idul Majmu’ah fil Ahaadits al-Maudhu’ah (no. 288). Setelah membawakan hadits ini asy-Syaukani berkata: “Suyuthi membawakan hadits ini dalam kitabnya, al-Laaliy al-Mashnu’ah, ia berkata: ‘Hadits ini diriwayatkan dari jalan Amr bin al-Azhar dari Abaan dari Anas secara marfu’.’”</p> <p>Dalam sanad hadits tersebut ada dua perawi yang sangat lemah:</p> <p>[1]. ‘Amr bin al-Azhar al-‘Ataky.<br /> Imam an-Nasa-i berkata: “Dia Matrukul Hadits.” Sedangkan kata Imam al-Bukhari: “Dia dituduh sebagai pendusta.” Kata Imam Ahmad: “Dia sering memalsukan hadits.” [Periksa, adh-Dhu’afa wal Matrukin (no. 478) oleh Imam an-Nasa-i, Mizaanul I’tidal (III/245-246), al-Jarh wat Ta’dil (VI/221) dan Lisaanul Mizaan (IV/353)]</p> <p>[2]. Abaan bin Abi ‘Ayyasy, seorang Tabi’in shaghiir.<br /> Imam Ahmad dan an-Nasa-i berkata: “Dia Matrukul Hadits (ditinggalkan haditsnya).” Kata Yahya bin Ma’in: “Dia matruk.” Dan beliau pernah berkata: “Dia rawi yang lemah.” [Periksa: Adh Dhu’afa wal Matrukin (no. 21), Mizaanul I’tidal (I/10), al-Jarh wat Ta’dil (II/295), Taqriibut Tahdzib (I/51, no. 142)]</p> <p>Hadits ini diriwayatkan juga oleh Abu Syaikh dari jalan Ibnu ‘Ulwan dari Abaan. Kata Imam as-Suyuthi: “Ibnu ‘Ulwan adalah pemalsu hadits.” [Lihat al-Fawaaidul Majmu’ah (hal. 102, no. 288).</p> <p>Sebenarnya masih banyak lagi hadits-hadits tentang keutamaan Rajab, shalat Raghaa'ib dan puasa Rajab, akan tetapi karena semuanya sangat lemah dan palsu, penulis mencukupkan tujuh hadits saja.</p> <p>[Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M]</p> <p>_________<br /> Foote Note<br /> [1]. Zaadul Ma’aad (I/375) cet. Muassasah ar-Risalah.</p> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> </p>

Artikel Rajab rudud Hadits-hadits Palsu dan Lemah seputar Bulan Rajab

Banyak tersebar di tengah-tengah kaum muslimin sebuah riwayat dari Anas bin Malik. Beliau mengatakan, ”Ketika tiba bulan Rajab, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam biasa mengucapkan, اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ ل…

Baca selengkapnya »

Lemahnya Hadits Mengusap Wajah Setelah Berdoa

<p style="text-align: justify;"><b>Lemahnya Hadits Mengusap Wajah Setelah Berdoa</b></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Hadits-hadits lemah tentang mengusap muka setelah berdo’a Banyak orang yang mengusap muka mereka setelah melakukan sholat ataupun berdo’a. Namun benarkah amalan itu pernah dilakukan dan dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya? Risalah ini insya Allah akan menjelaskan tentang lemahnya hadits-hadits mengenai mengusap wajah.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"><b><i>1. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika mengangkat kedua tangannya untuk berdo’a, tidaklah menurunkannya kecuali beliau mengusapkannya terlebih dahulu ke mukanya.</i></b></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"><b>Hadits ini lemah</b>. Diriwayatkan oleh At Tirmidzi (2/244), Ibnu ‘Asakir (7/12/2). Dengan sanad :Hammaad ibn ‘Isa al-Juhani dari Hanzalah ibn Abi Sufyaan al-Jamhi dari Salim ibn ‘Abdullah dari bapaknya dari ‘Umar ibn al-Khatthab. At Tirmidzi berkata : ”Hadits ini gharib, kami hanya mendapatkannya dari Hammad ibn ‘Isa Al Juhani. Dan dia menyendiri dalam meriwayatkan hadits ini. Dia hanya mempunyai (meriwayatkan) beberapa hadits saja, tapi orang-orang meriwayatkan darinya.” Bagaimanapun juga hadits ini lemah, berdasarkan pada perkataannya Al Hafidh Ibnu Hajar di dalam At Taqrib, dimana beliau menjelaskan tentang riwayat hidupnya dalam At Tahdzib : ”Ibnu Ma’in berkata:’Dia adalah Syaikh yang baik’, Abu Hatim berkata:’Lemah didalam (meriwayatkan) hadits’, Abu Dawud berkata:’Lemah, dia meriwayatkan hadits-hadits munkar’. Hakim dan Naqash berkata:’Dia meriwayatkan hadits-hadits yang tidak kuat dari Ibnu Juraij dan Ja’far Ash Shadiq’, Dia dinyatakan lemah oleh Ad Daraquthni, Ibnu Hibban mengatakan bahwa dia meriwayatkan sesuatu yang salah melalui jalur Ibnu Juraij dan Abdul Aziz bin Umar bin Abdul Aziz, tidaklah diperbolehkan untuk menjadikannya sebagai sandaran, Ibnu Makula berkata:’mereka semua mencap hadits-hadits dari dia sebagai hadits lemah”’. Terdapat hadits yang sejenis dengan hadits 1:</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"><b><i>”Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a dan mengangkat kedua tangannya, maka beliau mengusap wajahnya dengannya”</i></b></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"><b>Hadits ini Dha’if</b>. Diriwayatkan oleh Abu Dawud (1492) dari Ibnu Lahi’ah dari Hafsh bin Hisyam bin ‘Utbah bin Abi Waqqash dari Sa’ib bin Yazid dari ayahnya. Ini adalah hadits dha’if berdasarkan pada Hafsh bin Hisyam karena dia tidak dikenal (majhul) dan lemahnya Ibnu Lahi’ah (Taqribut Tahdzib). Hadits ini tidak bisa dikuatkan oleh dua jalur hadits berdasarkan lemahnya hadits yang pertama.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"><b><i>2. ”Jika kamu berdo’a kepada Allah,kemudian angkatlah kedua tanganmu (dengan telapak tangan diatas), dan jangan membaliknya,dan jika sudah selesai (berdo’a) usapkan (telapak tangan) kepada muka”.</i></b></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"><b>Hadits ini lemah</b>. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1181, 3866), Ibnu Nashr dalam Qiyaamul-Lail (hal. 137),Ath Thabarani dalam Al-Mu’jam al-Kabir (3/98/1) & Hakim (1/536), dari Shalih ibn Hassan dari Muhammad ibn Ka’b dari Ibnu ‘Abbas radiallaahu ‘anhu (marfu’). Lemahnya hadits ini ada pada Shalih bin Hassan, Sebagai munkarul hadits, seperti dikatakan Al Bukhari dan Nasa’i,”Dia tertolak dalam meriwayatkan hadits”; Ibnu Hibban berkata:”Dia selalu menggunakan (mendengarkan) penyanyi wanita dan mendengarkan musik, dan dia selalu meriwayatkan riwayat yang kacau yang didasarkan pada perawi yang terpercaya”; Ibnu Abi Hatim berkata dalam Kitabul ‘Ilal (2/351):”Aku bertanya pada ayahku (yaitu Abu Hatim al-Razi) tentang hadits ini, kemudian beliau berkata:’Munkar’.” Hadits dari Shalih bin Hasan ini diriwayatkan juga oleh jalur lain yaitu dari Isa bin Maimun, yaitu yang meriwayatkan dari Muhammad bin Ka’ab, seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Nashr. Tapi hal ini tidaklah merubah lemahnya hadits ini, sebab Isa bin Maimun adalah lemah. Ibnu Hibban berkata:”Dia meriwayatkan beberapa hadits,dan semuanya tertolak”. An Nasa’i berkata:”Dia tidak bisa dipercaya”. Hadits dari Ibnu Abbas ini juga diriwayatkan oleh Abu Dawud (1485), dan Bayhaqi (2/212), melalui jalur ‘Abdul Malik ibn Muhammad ibn Aiman dari ‘Abdullah ibn Ya’qub ibn Ishaq dari seseorang yang meriwayatkan kepadanya dari Muhammad ibn Ka’b, dengan matan sebagai berikut :</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"><b><i>”Mintalah kepada Allah dengan (mengangkat) kedua telapak tanganmu,dan minta pada-Nya dengan membaliknya, dan jika kau selesai, maka usaplah mukamu dengannya”.</i></b></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"><b>Hadits ini sanadnya dha’if</b>. Abdul Malik dinyatakan lemah oleh Abu Dawud. Dalam hadits ini terdapat Syaikhnya Abdullah bin Ya’qub yang tidak disebutkan namanya, dan tidak dikenal – Bisa saja dia adalah Shalih Bin Hassan atau Isa bin Maimun. Keduanya sudah dijelaskan sebelumnya. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Hakim (4/270) melalui jalur Muhammad ibn Mu’awiyah, yang berkata bahwa Mashadif ibn Ziyad al-Madini memberitahukan padanya bahwa dia mendengar hal ini dari Muhammad ibn Ka’b al-Qurazi. Adz Dzahabi menyatakan bahwa Ibnu Mu’awiyah dinyatakan kadzab oleh Daraquthni, Maka hadits ini adalah maudhu’. Abu Dawud berkata tentang hadits ini:”hadits ini telah diriwayatkan lebih dari satu jalur melalui Muhammad ibn Ka’b; semuanya tertolak.”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Mengangkat kedua tangan ketika melakukan qunut memang terdapat riwayat dari Rasulullah tentangnya, yaitu ketika beliau berdoa terhadap kaum yang membunuh 15 pembaca Al Qur’an (Riwayat Ahmad (3/137) & AthThabarani Al-Mu’jamus-Shaghir (hal. 111) dari Anas dengan sanad shahih. Serupa dengan yang hadits yang diriwaytakan dari Umar dan yang lainnya ketika melakukan qunut pada sholat Witir. Namun mengusap muka sesudah du’a qunut maka tidaklah pernah dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, tidak juga dari para shahabatnya, ini adalah bid’ah yang nyata. Sedangkan mengusap muka setelah berdoa diluar sholat berdasarkan pada dua hadits. Dan tidaklah dapat dikatakan benar kedua hadits tersebut bisa menjadi hasan,seperti yang dikatakan oleh Al Manawi, berdasarkan pada lemahnya sanad yang ditemukan pada hadits tersebut. Inilah yang menjadikan alasan Imam An Nawawi dalam Al Majmu bahwa hal ini tidak dianjurkan, menambahkan perkataan Ibnu ‘Abdus-Salaam yang berkata bahwa ”hanya orang yang sesat yang melakukan hal ini”.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Bukti bahwa mengusap muka setelah berdo’a tidak penah dicontohkan adalah dikuatkan bahwa terdapat hadits-hadits yang tsabit yang menyatakan diangkatnya tangan untuk berdo’a, tapi tidak ada satupun yang menjelaskan mengusap muka setelahnya, dengan hal ini, wallahu a’lam, hal ini tidak diterima dan tidak pernah dicontohkan. Wallahu a’lam bish shawab</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"><i>Sumber : Kitab Irwa’ul Ghalil 2/178-182. Karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani</i></p>

Artikel Fiqih Lemahnya Hadits Mengusap Wajah Setelah Berdoa

Lemahnya Hadits Mengusap Wajah Setelah Berdoa Hadits-hadits lemah tentang mengusap muka setelah berdo’a Banyak orang yang mengusap muka mereka setelah melakukan sholat ataupun berdo’a. Namun benarkah amalan itu pernah dilakukan dan dicontohkan oleh…

Baca selengkapnya »

Bahjatun Nazirin Hadits Nomor 530-533

<p style="text-align: justify;">Bab 57 Qona’ah<br />Hadist 530, 531, 532, 533<br />Tanggal kajian 05.06.2010<br />Pokok Pembahasan:</p><div style="text-align: justify;"> </div><ol style="text-align: justify;"><li>Orang yang suka meminta minta Hina didunia dan di akherat akan dibangkitkan dengan muka tanpa daging. Meminta minta sangatlah dibenci dalam islam, kecuali meminta meminta pada penguasa atau wakilnya atau meminta minta dalama urusan yang tidak bisa dihindari.</li><li>Orang yang yang menahan diri untuk tidak meminta minta akan dimuliakan Allah di dunia dan akherat.</li><li>Orang yang mengambil sesuatu tanpa haq maka persiapkanlah perhitungannya diakherat.</li><li>Perbuatan seseorang hamba adalah pilihan/atas kehendak si hamba tsb (bantahan thd pemahaman jabariah)</li><li>Kaedah derajat suatu hadits.</li><li>Kholifatul islam harus orang Quraisy.</li><li>Kejayaan kaum muslimin dengan ilmu dan jihad(perang).</li><li>Allah menyukai peperangan walaupun kalian tidak menyukai, perang (jihad) harus dibawah komando seorang pemimpin (kholifah/Raja/Presiden) bukan sporadis (dipimpin oleh pimpinan kelompok/Suku/kepala desa dll, kecuali jihad difa/bertahan karena diserang).</li><li>Wajib bagi seorang pemimpin memperhatikan rakyatnya (seperti Khulafaur Rosyidin, muawiyah dll).</li><li>Syubhat tuduhan Rofidhoh bahwa Muawiyah merebut kekuasan dari Ali.</li><li>Membeberkan aib sesorang yang diperbolehkan.</li></ol><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Download</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"><a href="http://ia360706.us.archive.org/4/items/RiyadhusSholilhin100605/Rs100605.mp3">KAJIAN</a></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">size : 11MBs<br />type MP3</p>

Artikel Bahjatun Naazirin Download Kajian Ustadz Muhtarom Bahjatun Nazirin Hadits Nomor 530-533

Bab 57 Qona’ahHadist 530, 531, 532, 533Tanggal kajian 05.06.2010Pokok Pembahasan: Orang yang suka meminta minta Hina didunia dan di akherat akan dibangkitkan dengan muka tanpa daging. Meminta minta sangatlah dibenci dalam islam, kecuali mem…

Baca selengkapnya »

Qoulul Mufid BAB 21 tanggal 31 Mei 2010

<p>Pembahasan Kitab Qoulul Mufid Syarah Kitabut Tauhid<br />Bab 21 : Almusthofa Shollallahu 'alaihi wasallam menjaga tauhid dan menutup semua jalan menuju kesyirikan</p> <p>Tanggal kajian 31.05.10</p> <p>Pokok pembahasan:</p> <ol><li>Banyak sebutan yang tidak benar yang dinisbatkan untuk Rosulullah Sholallahu alaihi wassalam.</li><li>Urutan ulul azmi berdasarkan zaman dan kefadhilahan.</li><li>Semakin besar kekuasaan seseorang makin besar pula daerah larangannya.</li><li>Ma’na Hakekat tauhid dan pembatalnya.</li><li>Larangan memastikan seseorang masuk neraka tanpa dalil, walaupun orang tsb mati dalam keadaan bermaksiat, bahkan bermaksiat besar sekalipun, begitupun sebaliknya larangan memastikan seseorang masuk surga tanpa dalil.</li><li>Semua kemaksiatan pasti derajat dosanya dibawah kesyirikan.</li><li>Jangan remehkan jalan menuju kesyirikan, spt patung, Ramalan 2 horoscop, ramalan ketik reg spasi ……, penghormatan yang berlebihan kepada para nabi, orang 2 sholeh, kuburan yang ditinggikan, dan lain sebagainya.</li><li>Ahlus sunnah wal jama’ah tidak akan mengkafirkan seseorang akibat perbuatan maksiat sampai orang tsb menghalalkan kemaksiatannya.</li><li>Syirik merusak hati dan niat yang akhirnya merusak amal.</li><li>Surah Hud 15, 16 tentang Niat dan ilmu tentang amaliah ibadah.</li><li>Tipu daya syaithon dalam enggoda umat manusia agar tercapai tujuannya, menjadi temannya di neraka.</li><li>Salah satu tipu daya syaithon adalah menggoda manusia untuk membatalkan amal sholeh dengan alasan takut niat yang tidak ikhlas.</li></ol> <p>Download :</p> <p><a href="http://ia360703.us.archive.org/4/items/QoululMufidAlaKitabutTauhid100531/Qm100531.mp3">KAJIAN</a></p> <p>type : MP3<br />size </p>

Artikel Download Kajian Kitab Tauhid Qoulul Mufiid Ustadz Muhtarom Qoulul Mufid BAB 21 tanggal 31 Mei 2010

Pembahasan Kitab Qoulul Mufid Syarah Kitabut TauhidBab 21 : Almusthofa Shollallahu 'alaihi wasallam menjaga tauhid dan menutup semua jalan menuju kesyirikan Tanggal kajian 31.05.10 Pokok pembahasan: Banyak sebutan yang tidak benar yang dinisbatkan u…

Baca selengkapnya »

Syarah Aqidah Wasithiyah tanggal 23 Mei 2010

<p>Pendahuluan lanjutan<br />Tanggal kajian 23.05.2010<br />Pokok Pembahasan :</p> <ol><li>Ahlus sunnah wal jama’ah menggunakan akal untuk membela dalil.</li><li>Silsilah kesesatan Jahmiah dan cabang – cabangnya.</li><li>Kesalahan pemahaman abu jahal dan abu lahab.</li><li>Taubatnya dua tokoh ahlul kalam (filsafat) dihadapan imam Syafi’i, mereka berkata “Kami beriman pada Allah, dan beriman dengan Apapun yang datang dari Allah dan Rosulnya, dengan kehendak Allah”.</li><li>Silsilah kesesatan pemahaman sifat 20.</li><li>Ilmu seseorang mengikuti pemahamannya.</li><li>Tidak semua Ta’wil itu bathil.</li><li>Syarat membawakan hadits dhoif.</li><li>Bahayanya berbicara tentang agama dengan kejahilan, tanpa dalil dan pemahaman yang benar. mereka akan berbicara sesuai dengan apa yang mereka sukai dan mereka sangka.</li></ol> <p>Download</p> <p><a href="http://ia360707.us.archive.org/0/items/AqidahWasithian100523/Aqdwash100523x.mp3">KAJIAN</a></p> <p>type MP3<br />size 13,79 MBs</p>

Artikel Download Kajian Syarah Aqidah Wasithiyah Ustadz Muhtarom Syarah Aqidah Wasithiyah tanggal 23 Mei 2010

Pendahuluan lanjutanTanggal kajian 23.05.2010Pokok Pembahasan : Ahlus sunnah wal jama’ah menggunakan akal untuk membela dalil.Silsilah kesesatan Jahmiah dan cabang – cabangnya.Kesalahan pemahaman abu jahal dan abu lahab.Taubatnya dua tokoh ahlul kala…

Baca selengkapnya »

Qoulul Mufid tanggal 10 Mei 2010

<p>Bab Guluw kepada kuburan orang sholeh akan menjadikannya sebagai berhala<br />Pokok pembahasan:</p> <ol><li>keutamaan ahlul hadits</li><li>Rosulullah berlindung kepada Allah, dari apa yang dikhwatirkannya akan terjadi pada umatnya seperti umat2 sebelum beliau. dan hal tersebut terjadi sebagaimana kita saksikan banyaknya kaum muslimin yang beribadat pada kubur orang – orang sholeh, wali bahkan pada kubur orang – orang tholeh.</li><li>Kemurkaan Allah yang sangat besar kepada kaum yang menjadikan kubur para nabi dan orang sholeh dari mereka sebagai tempat beribadat.</li><li>2 Golongan manusia terburuk.</li><li>Ketetapan tentang sifat murka Allah Subhanahu wa Ta’ala secara haqiqiah.</li><li>Murkanya Rosulullah terhadap shahabat yang tidak meluruskan dan merapatkan shof ketika akan sholat berjama’ah, menandakan lurus dan rapatnya shof ketika berjama’ah bukanlah hal yang sepele.</li><li>Mengetahui sifat peribadatan kafir Quroisy terhadap Latta.</li><li>Sifat orang yang dikultuskan setelah mati.</li><li>Laknat Rosulullah thd orang yang membangun kuburan dan memasangkan lampu padanya.</li><li>Ghuluw thd kubur orang sholeh adalah wasilah terbesar menuju kesyirikan, hal ini mengalahkan wasilah jimat, keris, benda keramat lainya bahkan berhala dalam menjadikan seorang muslim menuju kesyirikan.</li></ol> <p>Download :</p> <p><a href="http://ia331213.us.archive.org/2/items/QoululMufidAlaKitabutTauhid100510/Qm100510.mp3">KAJIAN</a></p> <p>type : MP3<br />size : 11,24 MBs</p>

Artikel Download Kajian Kitab Tauhid Qoulul Mufiid Ustadz Muhtarom Qoulul Mufid tanggal 10 Mei 2010

Bab Guluw kepada kuburan orang sholeh akan menjadikannya sebagai berhalaPokok pembahasan: keutamaan ahlul haditsRosulullah berlindung kepada Allah, dari apa yang dikhwatirkannya akan terjadi pada umatnya seperti umat2 sebelum beliau. dan hal ter…

Baca selengkapnya »

Bahjatun Nazirin Hadits Nomor 529 tanggal 29 Mei 2010

<p>Bab 57 Qona’ah hadits 529<br />Tanggal kajian 29.05.2010<br />Pokok Pembahasan:</p> <ol><li>Tiga katagori perbuatan nabi, Sunnah, Pengkhususan, Mu’jizat.</li><li>Baiat Muamalah.</li><li>Semua Perintah Allah dan Rosulnya adalah Haq. (Kethoaatan mutlak)</li><li>Tentang Kisah kemulyaan sahabat Sa’ad bin muad.</li><li>Sunnah untuk memperbaharui janji/baiat kepada Allah.</li><li>Sunnah Rakyat berbaiat kepada penguasa bukan sebaliknya.</li><li>Semua panggilan Allah dan Rosulnya akan membuat hidup umatnya sejahtera dan berjaya.</li><li>Pengertian yang benar mengenai rapat dan lurusnya shaf ketika sholat berjama’ah.</li><li>Pertentangan Ali dan Mu'awiyah, sikap ulama ahlus sunnah wal jama’ah terhadap hal tsb, serta subhat Rofidhoh terhadap hal tsb.</li><li>Demontrasi pertama dalam islam.</li><li>Sekilas hukum bercukur rambut.</li></ol> <p>Download :</p> <p><a href="http://ia360701.us.archive.org/16/items/Rs100529/Rs100529.mp3">KAJIAN</a></p> <p>type MP3<br />size 12,63 MBs</p>

Artikel Bahjatun Naazirin Download Kajian Ustadz Muhtarom Bahjatun Nazirin Hadits Nomor 529 tanggal 29 Mei 2010

Bab 57 Qona’ah hadits 529Tanggal kajian 29.05.2010Pokok Pembahasan: Tiga katagori perbuatan nabi, Sunnah, Pengkhususan, Mu’jizat.Baiat Muamalah.Semua Perintah Allah dan Rosulnya adalah Haq. (Kethoaatan mutlak)Tentang Kisah kemulyaan sahabat Sa’ad bin…

Baca selengkapnya »

Kajian : Sungguh Merugi Siapa yang Mendapati Orang Tuanya Masih Hidup Tapi Tidak Meraih Surga

<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibYE5IcF9Tm7gbt6aIvc6dvBZGR9kQ4J8eoEywfCFyOQRk17Ky5VhWvbgtYlpIRTnYIggBgioQukjs3vKrJh5srpYRxYZHNk-7GEz-YGYmBDQ8731Nl-6jSeigRYH-sWo-UyVGp9FiQ8I/s1600/buku_sungguh_merugi.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5477248400219783106" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibYE5IcF9Tm7gbt6aIvc6dvBZGR9kQ4J8eoEywfCFyOQRk17Ky5VhWvbgtYlpIRTnYIggBgioQukjs3vKrJh5srpYRxYZHNk-7GEz-YGYmBDQ8731Nl-6jSeigRYH-sWo-UyVGp9FiQ8I/s320/buku_sungguh_merugi.jpg" style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 170px; height: 252px;" /></a><br /><p><b>Sungguh Merugi Siapa yang Mendapati Orang Tuanya Masih Hidup Tapi Tidak Meraih Surga</b></p> <p>Penulis : Ghalib bin Sulaiman al-Harbi<br />Deskripsi : viii + 94 hal. (K)</p> <p>Kajian ini diadakan di Masjid Nurul Hidayah, Perum Reni Jaya, pada tanggal 30 Mei 2010 pada pukul 15.30 sampai 17.45 WIB. Kajian ini dibawakan oleh al Ustadz Subhan Bawazier.</p> <p style="text-align: justify;">Deskripsi singkat dari buku ini : Dalam Islam terdapat karakteristik nilai keluhuran yang tidak dimiliki oleh agama manapun. Ini menempatkan Islam pada derajat yang tinggi. Berbakti kepada orang tua misalnya, semua agama menganjurkannya, tapi tidak seintens Islam. Islam mengajarkan anak agar berbakti kepada kedua orang tua dalam ruang yang paling luas; pada saat hidup dan setelah meninggal dunia, membayar hutang kedua orang tua, berdoa untuk keduanya, melaksanakan wasiat dan bersedekah untuk keduanya adalah kunci pokok bakti seorang anak. Di samping itu, Islam juga membahas adab berbakti dan buahnya. Secara global, berbakti kepada orang tua meliputi berbuat baik, tidak menghardik, memberikan nafkah, dan mendahulukan bakti kepada mereka daripada sikap baik kepada orang lain, serta tidak durhaka kepada keduanya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Sungguh merugi orang yang mendapati ibu bapaknya (masih hidup) di usia tua, namun dia tidak mampu meraih surga (dengan berbakti kepada keduanya). Bahkan berbakti itu menempati kedudukan yang tinggi di sisi Allah melebihi jihad fi sabilillah. Mari kita daki puncak keutamaan sebagai Muslim dengan bakti itu.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Didalam kajian ini ustadz hanya membahas bab pertama dan kelima dari kitab kecil ini, tapi masya Alloh dengan pembahasan ini sudah mencakup keseluruhan dari isi buku ini. Ustadz juga menerangkan tentang adabadab seorang anak ketika mendapati kedua orangtuanya sudah meninggal.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Silahkan dengarkan kajian yang ISTIMEWA ini, semoga bermanfaat untuk diri ana, dan antum sekalian agar kita dapat meraih ridho Alloh melalui ridho orang tua kita.</p> <p><a href="http://www.archive.org/download/Bedah_Buku_Ustadz_Subhan_Bawazier/UstSubhanBawazier-BedahBukuSungguhMerugi-MasjidNurulHidayah30052010.mp3">PEMBAHASAN KUTAIB</a></p> <p>size : 17 MBs<br />type : MP3</p><p>=================<br /></p> <p><a href="http://www.archive.org/download/Bedah_Buku_Ustadz_Subhan_Bawazier/UstSubhanBawazier-TanyaJawabBedahBukuSungguhMerugi-MasjidNurulHidayah30052010.mp3">TANYA JAWAB</a></p> <p>size : 5,26 MBs<br />type MP3</p> <p>:: Silahkan disebarluaskan untuk memperluas ilmu kita dalam mendalami islam sesuai dengan alqur'an dan sunnah dengan pemahaman para shahabat ridwaanulloh 'alaihim jamii'an. ::</p>

Artikel Bedah Buku Download Kajian Ustadz Subhan Bawazier Kajian : Sungguh Merugi Siapa yang Mendapati Orang Tuanya Masih Hidup Tapi Tidak Meraih Surga

Sungguh Merugi Siapa yang Mendapati Orang Tuanya Masih Hidup Tapi Tidak Meraih Surga Penulis : Ghalib bin Sulaiman al-HarbiDeskripsi : viii + 94 hal. (K) Kajian ini diadakan di Masjid Nurul Hidayah, Perum Reni Jaya, pada tanggal 30 Mei 2010 pada pu…

Baca selengkapnya »

Almanhaj.or.id di kloning

<div style="text-align: justify;">Alhamdulillah pada hari ini, kamis tanggal 27 Mei 2010 ana berhasil membuat kloning untuk website almanhaj yang sebelumnya beralamat di <a href="http://www.almanhaj.or.id.">www.almanhaj.or.id.</a><br />Ana merasa tergugah dengan tidak bisa diaksesnya situs penuh ilmu tersebut, dan terbersit di hati ana bagaimana agar ana bisa membuat website cloning agar keberadaan situs almanhaj sebagai gudang ilmu syar'i tidak punah.<br />Alhamdulillah projectnya telah selesai, walaupun tidak sempurna. kenapa? Karena ana masih kurang ilmu. jadinya fasilitas SEARCH tidak berfungsi dan mungkin masih ada yang lainnya. Struktur file juga berubah, ada penambahan .htm disetiap artikel atau halamannya.<br />Mudah-mudahan usaha ana ini dapat bermanfaat baik buat diri ana dan ikhwah semua.<br /><br />Silahkan antum buka dan cek langsung web tersebut di :<br /><br /><a href="http://www.artikelsalaf.co.cc">WWW.ARTIKELSALAF.CO.CC</a><br /><br />Harap dibantu untuk disebarkan selama web almanhaj.or.id belum online lagi.<br />Sebagai info, web cloning ini rilis terakhir sampai tanggal 3 April 2010. Sama seperti web offline dalam bentuk CHM yang ana buat sebelumnya.<br /></div>

Artikel Almanhaj.or.id di kloning

Alhamdulillah pada hari ini, kamis tanggal 27 Mei 2010 ana berhasil membuat kloning untuk website almanhaj yang sebelumnya beralamat di www.almanhaj.or.id.Ana merasa tergugah dengan tidak bisa diaksesnya situs penuh ilmu tersebut, dan terbersit di ha…

Baca selengkapnya »

Larangan Wanita Pergi Tanpa Mahram

<p style="text-align: justify;">Wahai Ukhti Muslimah … Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">“Apa yang dikatakan Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (Al Hasyr : 7)</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Yakni apa yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam perintahkan kepadamu maka kerjakanlah dan apa yang dilarangnya, jauhilah. Sesungguhnya beliau hanya memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kejelekan.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Ibnu Juraij berkata : “Apa yang datang kepadamu untuk taat kepadaku (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) maka kerjakanlah dan apa yang datang kepadamu untuk bermaksiat kepadaku maka jauhilah.”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Pengertian ayat di atas bersifat umum yakni mencakup semua perintah dan larangan, karena beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tidaklah memerintahkan kecuali membawa kebaikan dan tidaklah melarangnya kecuali mengandung kerusakan (kebinasaan). (Lihat Al Manhiyat Al ‘Asyr Li An Nisa’ oleh Abi Maryam Majd Fathis Said halaman 7)</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Maka dalam rangka mengerjakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Nabi-Nya, kami akan berusaha menukil beberapa hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan keterangan ulama yang berkaitan dengan judul di atas.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Bisa kita saksikan kenyataan di sekitar kita, semakin banyak kaum Muslimah mengadakan safar tanpa didampingi oleh mahramnya. Amalan semacam ini tak lain hanya akan membawa kebinasaan bagi wanita tersebut baik di dunia maupun di akhirat. Karena itu agama Islam yang hanif memberikan benteng kepada mereka (kaum Muslimah) dalam rangka menjaga dirinya, kehormatannya, dan agamanya.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">“Janganlah wanita melakukan safar selama 3 hari kecuali bersama mahramnya.” (Hadits shahih, dikeluarkan oleh Bukhari 2/54, Muslim 9/106, Ahmad 3/7, dan Abu Dawud 1727)</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">“Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir melakukan safar (bepergian) selama satu hari satu malam yang tidak disertai mahramnya.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya ia mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Janganlah seorang wanita melakukan safar kecuali bersama mahramnya dan janganlah seorang laki-laki masuk menjumpainya kecuali disertai mahramnya.” Kemudian seseorang bertanya : “Wahai Rasulullah ! Sungguh aku ingin keluar bersama pasukan ini dan itu sedangkan istriku ingin menunaikan haji.” Maka bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Keluarlah bersama istrimu (menunaikan haji).” (Dikeluarkan hadits ini oleh Muslim dan Ahmad)</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Komentar Ulama Dalam Masalah Safar Bagi Wanita</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Asy Syaikh Abi Maryam menyebutkan dalam bukunya Al Manhiyat Al ‘Asyr li An Nisa’ bahwa hadits-hadits yang menyebutkan tentang batasan safar bagi wanita tanpa mahram berbeda-beda. Ada yang menyebutkan “selama sehari semalam”, ada pula yang menyatakan “tiga hari”, dalam riwayat lain dikatakan “selama tiga malam”, sedangkan dalam riwayat Abu Dawud disebutkan “selama satu barid” yakni perjalanan setengah hari.” Dalam hal ini ulama mengatakan bahwa perbedaan tersebut terjadi karena berbedanya orang yang bertanya dan berbedanya negeri tempat tinggal. Namun demikian tidak berarti bahwa larangan yang gamblang hanya selama 3 hari sedangkan yang kurang dari itu dibolehkan.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Al ‘Allamah Al Baihaqi juga mengomentari hal ini dengan ucapan beliau : “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam seolah-olah ditanya tentang wanita yang melakukan safar selama tiga hari tanpa mahram, lalu beliau menjawab tidak boleh dan beliau ditanya tentang perjalanannya (safar) selama dua hari tanpa mahram kemudian beliau menjawab tidak boleh, demikian pula halnya tentang perjalanannya sehari atau setengah hari beliau tetap menjawab tidak boleh. Kemudian setiap dari mereka mengamalkan apa yang didengarnya. Oleh karena itu hadits-hadits yang dibawakan dari satu riwayat dengan lafadh yang berbeda berarti hadits tersebut didengar di beberapa negeri, maka perawinya kadang-kadang meriwayatkan yang ini dan kadang-kadang meriwayatkan yang itu dan semuanya adalah shahih.” (Syarhul Muslim li An Nawawi 9/103)</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Imam Ahmad rahimahullah berkata bahwasanya bila wanita tidak mendapati suami atau mahram yang menemaninya, maka tidak wajib baginya menunaikan haji. Ini sesuai dengan perkataan ulama Ahlul Hadits yang sebelumnya, demikian pula perkataan Al Hasan Al Bashri, Ibrahim An Nakha’i, Ishaq bin Rahuyah dan Ats Tsauri.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Imam Al Baghawi mengatakan : “Ulama sepakat bahwa dalam perkara yang bukan wajib tidak dibolehkan bagi wanita melakukan safar kecuali disertai oleh suami atau mahram yang lain, terkecuali wanita kafir yang telah masuk Islam di negeri musuh atau tawanan wanita yang telah berhasil meloloskan diri dari tangan-tangan orang kafir, mau tidak mau ia harus keluar dari lingkup mereka dengan tanpa mahram, walaupun ia seorang diri bila tidak merasa takut.” (Syarhus Sunnah 7/20)</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Yang lainnya menambahkan : “Atau wanita yang tertinggal dari rombongannya/tersesat, lalu ditemukan oleh seorang laki-laki yang bukan mahram yang dapat dipercaya, maka boleh bagi laki-laki tadi menemaninya hingga ia mendapatkan rombongannya kembali.” (Syarhus Sunnah 7/21)</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Mahram Bagi Wanita</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Abu Maryam dalam bukunya Al Manhiyat mengatakan : “Mahram bagi wanita adalah siapa saja yang diharamkan menikah dengannya secara mutlak (selamanya) seperti ayah, saudara laki-laki, keponakan laki-laki, dan yang dihukumi sama dengan mereka melalui susuan, demikian pula suami dari putri-putrinya (menantu) yang telah bercampur dengan mereka (yakni menantu tersebut telah melakukan jima’ dengan putrinya sebagaimana layaknya suami istri). Termasuk dalam hitungan mahram bagi wanita adalah suaminya.” (halaman 68)</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Adapun laki-laki yang sewaktu-waktu menjadi halal menikah dengannya seperti budak atau saudara iparnya maka mereka ini tidak termasuk mahram karena tidak dianggap aman terhadapnya dan tidak haram baginya untuk selama-lamanya, maka mereka ini dihukumi seperti orang lain.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Imam Ahmad pernah ditanya : “Apakah anak-anak (laki-laki) bisa dijadikan mahram?” Beliau menjawab : “Tidak, hingga ia mencapai usia baligh karena ia belum dapat mengurus dirinya sendiri maka bagaimana ia dipercaya keluar mengantar seorang wanita. Hal itu karena mahram berfungsi sebagai penjaga bagi wanita tersebut dan ini tidak didapatkan kecuali dari orang yang baligh dan berakal.”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Syaikh Mushthafa Al ‘Adawi mengomentari pernyataan di atas dengan mengatakan bahwa ucapan yang mengatakan disyaratkannya lelaki yang baligh dan berakal sebagai mahram bagi wanita di dalam safar, alangkah baiknya jika disempurnakan dengan menambahkan syarat berikutnya yaitu memiliki bashirah (ilmu dien), sehingga jadilah syarat itu : Baligh, berakal, dan memiliki bashirah. (Untuk pembahasan lebih lanjut tentang mahram, lihat Salafy Muslimah edisi XIV dalam Rubrik Kajian Kali Ini).<br />Kenapa Disyaratkan Dengan Mahram</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Islam yang hanif ingin menjaga wanita Muslimah dari setiap bahaya yang akan menimpanya dan ingin menjaga kehormatannya dengan berbagai cara dan bermacam-macam wasilah guna memberikan manfaat baginya baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itulah disyaratkan mahram dalam safar bagi wanita Muslimah tersebut. Dan ini adalah perhatian syariat Islam yang lurus kepada kaum wanita dan perkara ini tidaklah membawa mereka kepada jurang kebinasaan atau kesempitan.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Keluarnya wanita sendirian akan memberikan dampak yang negatif bagi kaum laki-laki maupun bagi dirinya sendiri, lebih-lebih bila ia keluar dengan ber-tabarruj, menampakkan perhiasan bukan pada mahramnya. Maka syariat melarang mereka untuk banyak keluar rumah tanpa ‘uzur yang syar’i, memerintahkan kepada mereka untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan agar mereka menjaga dirinya, agamanya, dan kehormatannya dari kehinaan dan kerendahan yang akan menimpanya.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">“Sesungguhnya wanita itu adalah aurat, maka apabila keluar, syaithan akan menghiasinya.” (Dikeluarkan oleh Al Bazzar dan At Tirmidzi dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Irwaul Ghalil jilid I)</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam di atas merupakan peringatan kepada kaum wanita agar tidak banyak keluar rumah tanpa disertai mahram. Islam melarang mereka agar tidak terjerumus pada perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya yaitu sebab-sebab yang akan mengantarkan pada perbuatan zina.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Safar Dalam Rangka Menunaikan Ibadah Haji</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Jika Anda bertanya : “Apakah dibolehkan bagi wanita melakukan safar dalam rangka menunaikan ibadah haji tanpa disertai mahram?”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Imam At Tirmidzi rahimahullah tekah meringkas sebuah jawaban untuk pertanyaan di atas. Beliau mengatakan bahwa Ahlul ‘Ilmi (ulama) masih memperbincangkan permasalahan ini, sebagian dari mereka berkata : [ Tidak wajib baginya menunaikan ibadah haji karena mahram merupakan persyaratan perjalanan, sebagaimana firman Allah Ta’ala :</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">“… bagi orang yang sanggup melakukan perjalanan kepadanya … .”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Mereka mengatakan bila wanita tersebut tidak memiliki mahram berarti ia belum sanggup melakukan perjalanan kepadanya. Ini adalah ucapan Sufyan Ats Tsauri dan penduduk Kufah. Sedangkan sebagian Ahlul Ilmi yang lainnya mengatakan : “Bila perjalanan menuju haji dijamin aman, maka ia boleh keluar menunaikan ibadah haji bersama manusia yang lain.” Ini adalah pendapat Malik bin Anas dan Imam Syafi’i. ]</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Syaikh Mushthafa Al ‘Adawi setelah membawakan secara panjang lebar dalil-dalil dari kedua pihak (yang membolehkan dan yang tidak membolehkan) mengatakan : “Setelah melihat dalil-dalil yang ada, tampak padaku bahwa dalil dari mereka yang menyatakan tidak bolehnya adalah lebih kuat karena larangan bagi wanita melakukan safar tanpa mahram adalah bersifat umum tadi, dengan demikian ia termasuk dalam larangan yang umum ini, sedangkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah bersabda : ‘Apa saja yang aku larang bagi kalian, maka tinggalkanlah.’ Wallahu A’lam.”<br />Fatwa-Fatwa Asy Syaikh Ibnu ‘Utsaimin</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Syaikh Ibnu ‘Utsaimin memberikan fatwa berkaitan dengan hajinya seorang wanita tanpa mahram. Berikut ini jawaban beliau dari beberapa pertanyaan yang dilontarkan :</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">1. Sebagian wanita pergi melaksanakan umrah tanpa mahram dan kadang-kadang bersama mereka seorang pembantu laki-laki dan pembantu wanita serta sopir. Kami mengharapkan kejelasan perkara tentang safar guna pelaksanaan umrah dan i’tikaf bagi seorang wanita yang tidak disertai mahram. Apakah boleh untuk menjadikan sebagian mereka sebagai mahram pada sebagiannya?</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Beliau menjawab : [ Tidak boleh bagi wanita untuk safar tanpa mahram, baik untuk umrah maupun yang lainnya. Karena telah tsabit dalam Shahih Bukhari dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhu, ia berkata :</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : “Tidak boleh seorang laki-laki ber-khalwat dengan wanita lain dan tidak boleh bagi wanita untuk safar kecuali bersama mahramnya.”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Seorang wanita haram pergi sendirian dengan pengemudinya, walaupun masih dalam batasan negerinya. Karena pengemudi itu telah ber-khalwat dengannya dan tidak ada perbedaan antara keadaannya wanita tersebut ketika berkumpul atau tidak berkumpul. Dan sungguh telah datang hadits bahwa seseorang berkata : “Wahai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam! Sungguh istriku ingin keluar untuk haji dan saya telah ditulis untuk ikut perang ini dan itu.” Maka beliau bersabda : “Kembalilah, maka berhajilah bersama istrimu.” (Dikeluarkan oleh Bukhari, bab Jihad, Fathul Bari 6/142-143) ]</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">2. Apakah boleh bagi wanita untuk safar dengan naik kapal terbang dengan keadaan aman tapi tanpa mahram?</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Beliau menjawab : [ Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">“Tidak boleh safar bagi wanita kecuali bersama mahram.”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mengucapkan hadits tersebut ketika memberikan khutbah di atas mimbar dalam pelaksanaan ibadah haji. Maka berdirilah seseorang dan berkata : “Wahai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam! Sungguh istriku keluar untuk haji dan saya telah ditulis untuk ikut perang ini dan itu.” Maka jawab Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : “Kembalilah, maka berhajilah bersama istrimu.” (HR. Bukhari)</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Dalam hadits di atas, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam memerintahkan padanya untuk meningalkan perang dan melaksanakan haji bersama istrinya dan tidaklah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam berkata :</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">“Apakah istrimu dalam keadaan aman?”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Atau : “Apakah bersamanya ada wanita lain?”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Atau : “Bersama tetangganya?”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Maka ini menunjukkan keumuman larangan safar bagi wanita tanpa disertai mahram. ]<br />Wanita Keluar Menuju Pasar</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Syaikh Ibnu ‘Utsaimin hafidhahullah pernah ditanya : “Bolehkah seorang wanita keluar menuju pasar tanpa disertai mahramnya dan kapankah yang demikian itu dibolehkan serta kapankah diharamkannya?”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Beliau menjawab : [ Pada dasarnya, keluarnya wanita menuju pasar adalah boleh dan tidak disyaratkan bahwa ia harus disertai mahram kecuali jika dikhawatirkan terjadi fitnah. Dalam keadaan demikian ia tidak diperkenankan keluar kecuali jika disertai mahram yang menjaga dan melindunginya. Hukum bolehnya ia keluar menuju pasar adalah diiringi dengan sebuah syarat yang harus ia penuhi yaitu tidak berhias dan tidak memakai minyak wangi (parfum) karena Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah melarangnya. ]</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Kebolehan wanita keluar ke pasar tak luput diikat dengan syarat-syarat yang ketat, di antaranya hendaklah wanita itu keluar karena kebutuhan yang mendesak, hendaklah menggunakan hijab yang sempurna menurut syariat dan tidak ber-tabarruj, tanpa berhias dan tanpa berminyak wangi.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Wanita Berduaan Bersama Sopir Jika Bepergian, Bolehkah ?</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz ketika ditanya tentang hukum wanita berkendaraan seorang diri hanya ditemani sopir yang membawanya ke tengah <st1:city st="on"> <st1:place st="on"> kota</st1:place> </st1:city> (belum keluar dalam batas safar). Beliau menjawab : [ Tidak boleh seorang wanita berkendaraan hanya dengan seorang sopir tanpa disertai orang lain yang bersamanya karena yang demikian ini termasuk dalam hukum ber-khalwat (berduaan), padahal Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah bersabda :</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">“Janganlah berduaan seorang laki-laki dengan seorang wanita kecuali wanita tersebut disertai mahramnya.”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">“Janganlah berduaan seorang pria dengan seorang wanita karena syaithan menjadi pihak ketiga dari keduanya.”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Adapun jika ada orang lain beserta keduanya baik seorang ataupun lebih, baik pria ataupun wanita, maka ini tidak mengapa baginya, bila di <st1:city st="on"> <st1:place st="on"> sana</st1:place> </st1:city> tidak ada sesuatu yang meragukan, karena keadaan khalwat (berduaan) akan hilang dengan sendirinya dengan hadirnya orang yang ketiga atau lebih. Ini dibolehkan selama belum masuk dalam batas safar. Adapun di dalam safar maka tidak boleh seorang wanita melakukan safar kecuali bila disertai mahramnya sebagaimana telah warid dalam sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. ]</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Penutup</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Saudariku Muslimah …….. .</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Wanita keluar rumah tanpa mahram dan tanpa ada kebutuhan yang syar’i merupakan dosa baginya. Lebih baik dan lebih suci bagi wanita untuk tetap tinggal di rumahnya agar kaum laki-laki tidak melihatnya dan wanita itupun tidak melihat padanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman :</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">“Dan tetaplah kalian (kaum wanita) di rumah-rumah kalian.”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Tidaklah ada perkara yang lebih mendekatkan diri wanita dengan Rabb-nya melebihi bila ia tetap tinggal di rumah dan berusaha menjadi wanita yang diridhai-Nya dengan memperbanyak ibadah kepada-Nya dan taat kepada suaminya.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Ali radhiallahu ‘anhu pernah berkata :</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">“Apakah kamu tidak malu … dan apakah kamu tidak tertipu … , kamu membiarkan wanita keluar di antara kaum laki-laki untuk melihat padanya dan mereka pun (kaum laki-laki) melihat pada kaum wanita tersebut.” (Lihat Al Kabair, Adz Dzahabi halaman 171-172)</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Al Iffah (harga diri), rasa malu, dan kelembutan adalah sesuatu yang bernilai tinggi, nilainya tidak dapat ditakar dengan harga dunia beserta seluruh isinya dan ini merupakan kekhususan bagi wanita Muslimah yang tak dimiliki oleh wanita lain. Oleh karena itu Allah dan Rasul-Nya melalui syariat yang agung menetapkan aturan-aturahn yang dapat mempertahankan eksistensi dari kekhususan ini dan semuanya itu diletakkan dengan hikmah yang tinggi.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memperlihatkan kepada kita al haq dan membimbing kita untuk mengikutinya dan memperlihatkan kepada kita al bathil dan membimbing kita untuk menjauhinya. Ya Allah, tuntunlah kami ke jalan-Mu yang lurus. Amin !!!</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Maraji’ :</p><div style="text-align: justify;"> </div><ol style="text-align: justify;"><li>Al Manhiyatul ‘Asyr lin Nisa’ oleh Abi Maryam Majd Fathis Said.</li><li>Al Haribatu ilal Aswaq oleh Asy Syaikh ‘Abdul Malik Al Qasim.</li><li>As’ilah Muhimmah oleh Asy Syaikh Muhammad bin Shaleh Al ‘Utsaimin.</li><li>Jami’ Ahkamun Nisa’ oleh Asy Syaikh Mushthafa Al ‘Adawi.</li><li>Massuliyyah Al Mar’ah Al Muslimah oleh Asy Syaikh ‘Abdullah bin Jarullah.</li><li>Majmu’ah Durus Fatawa (Harami Makki) oleh Asy Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz.</li></ol><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">(Dikutip dari tulisan ‘Adi Abdillah As Salafy, judul asli Larangan Wanita Pergi Tanpa Mahram, MUSLIMAH Edisi XIX/ Rabi’ul Awwal/ 1418 H/ 1997 M)</p>

Artikel Wanita Larangan Wanita Pergi Tanpa Mahram

Wahai Ukhti Muslimah … Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Apa yang dikatakan Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (Al Hasyr : 7) Yakni apa yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam perintahka…

Baca selengkapnya »