Alhamdulillahi hamdan katsiiron thoyyiban mubaarokan fiihi,wa asyhadu an laa ilaaha illalloh wa asyhadu anna muhammadan a'bduhu wa rasuuluhu, 'amma ba'du
Ikhwatal Islam berikut Ana akan coba bahas mengenai beberapa Syubhat yang ditimbulkan oleh para hizbiyin dan harokiyyin mengenai fatwa ulama yang seolah-olah "menyuruh" umat islam khususnya salafiyin untuk ikut dalam Pemilu. Mereka mengangkat beberapa Fatwa Ulama yang berkaitan dengan itu, tetapi ingat sekali lagi.... INILAH CIRI KHAS HIZBIYIN dan HAROKIYIN dalam berhujjah. Mengambil dalil, fatwa dengan tidak utuh atau dengan kata lain memotong-motongnya, dan yang lebih parah lagi memahami dengan pemahamannya sendiri. Yang tentunya pemahaman atau syarah (penjelasan) itu akan dapat diketahui dengan bertanya langsung kepada yang memberi fatwa, "APAKAH BENAR MAKSUDNYA SEPERTI INI???".
Berikut ana kutip artikel dari seseorang yang berani berbicara atas nama Ulama Ahlus Sunnah bahwa para Ulama memfatwakan untuk ikut dalam Pemilu. Nanti diakhir artikel ini, akan ana tuliskan bantahannya. Dari siapa? yang tentunya dari Ulama yang mereka sebut dibawah ini. Yang mereka hanya mengambil fatwa-fatwa yang seolah-olah mendukung sikap mereka dalam beragama dan berpolitik, dan mereka meninggalkan ilmu-ilmu yang disampaikan para ulama tersebut yang tertuang dalam Kitab-kitabnya. Seperti Masalah Pemerintahan, Berpolitik, bergolong-golongan, Berdemonstrasi dan sebagainya. Tetapi saat mereka melihat/menemukan fatwa ini, entah mengapa mereka seolah-olah menganggap ini suatu kebetulan yang luar biasa. Ini artikelnya dari blog yang menamakan priyayimuslim (multiply):
Untuk jawaban dari pertanyaan diatas adalah :
Ya akhi...segeralah memohon ampun kepada Alloh, karena sesungguhnya engkau telah mengambil haq seorang ulama dari dirimu. Ingat, yang mengatakan ini adalah ulama, tanyalah kepada beliau apa yang dimaksud dari perkataan beliau-beliau ini. Jangan dengan mudah men-syarah sesuatu jika engkau bukan ahlinya.
Ana ingatkan.... Kalau menukil fatwa Ulama jangan setengah-setengah. Ana ambil contoh fatwa Syeikh Al Albani diatas, antum sengaja mencomot sebagian kecil dari sekian banyak fatwa beliau tentang larangan ikut pemilu. Berikut ana cantumkan keterangan beliau yang lain :
"Dalam sebuah kaset Silsilatul Huda wan Nuur no: (1/352) seseorang bertanya kepada Syaikh Al-Albani:
Penanya : Wahai Syaikh, kami dengar Anda membolehkan masuk parlemen dengan beberapa syarat.
Syaikh Al Albani : Tidak, saya tidak membolehkannya! Kalaupun syarat itu terpenuhi hanyalah bersifat teoritis belaka tidak mungkin diwujudkan. Apakah Anda ingat syarat-syarat tersebut?
Penanya : Syarat pertama, ia harus dapat menjaga keselamatan dirinya."
Syaikh Al-Albani : Mungkinkah itu?
Penanya : Saya belum mencobanya!
Syaikh Al-Albani : Insya Allah Anda tidak akan mencobanya! Syarat-syarat tersebut tidak mungkin dipenuhi. Banyak kita saksikan orang-orang yang memiliki prinsip hidup yang lurus, kelihatan dari penampilannya, cara berpakaian Islami...memelihara jenggot...namun ketika menjadi anggota parlemen penampilan mereka langsung berubah! Tentu saja mereka mengemukakan alasan dan mencari-cari pembenaran, kata mereka untuk menyesuaikan diri....
Banyak kita lihat orang-orang yang menjadi anggota parlemen dengan mengenakan pakaian tradisional arab yang Islami. Selang beberapa hari kemudian mereka merubah pakaian dan penampilan. Apakah ini bukti kebaikan ataukah kerusakan?
Penanya : Syaikh, yang dimaksud adalah saudara-saudara kita di Aljazair, tentang usaha mereka dan keikutsertaan mereka dalam kancah politik.
Syaikh Al-Albani : Zaman sekarang ini saya tidak menganjurkan kaum muslimin di negeri Islam manapun terlibat dalam kegiatan politik..."
Dalam Silsilah itu juga nomor 353 side A, Syaikh berkata: "Menurut saya tidak perlu ditegakkan jihad, bahkan saya peringatkan agar tidak menegakkannya sekarang ini. Karena sarana-sarana fisik maupun non fisik, lahir maupun batin tidak mendukung kaum muslimin untuk menegakkan jihad di bumi manapun"
Beliau berkata: "Kami melarang kaum muslimin dari ikatan-ikatan hizbiyah dengan mengatasnamakan Islam! sekelompok orang mendirikan partai Islam ini ....yang lain membentuk partai Islam ini....Itulah salah satu bentuk hizbiyah! Padahal semuanya berjuang untuk Islam dan untuk kebaikan Islam. Hanva Allah yang tahu apa sebenarnya yang terselip dalam hati mereka itu! Oleh sebab itu menurut kami setiap negara Islam jangan memberi angin munculnya fenomena seperti ini, meskipun mengatasnamakan Islam. Cara-cara seperti itu bukan termasuk kebiasaan kaum muslimin! Namun merupakan kebiasaan kaum kafir: Itulah sebabnya Allah berfirman:
Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan.Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. [Ar-Ruum: 31-32]
[Disalin dari buku Madariku An-Nazhar Fi As-Siyasah, Baina Ath-Thabbiqaat Asy-Syar'iyah Wa Al-Ihfiaalat Al-Hamaasiyyah, Penulis Syaikh Abdul Malik Ramadlan Al-Jazziri, edisi Indonesia Bolehkah Berpolitik ?, hal 40-50]
--- Baca dan renungkan wahai saudaraku, lihatlah dari mana kalian mengambil ilmu, jangan mengedepankan hawa (nafsu) kalian semata. Ingat, agama ini tegak bukan hanya karena khilafah, atau kepemimpinan islam. Tapi ada yang lebih utama dari itu yaitu TAUHID. Apakah kami selama ini diam? Tidak yaa akhii, kita selalu berusaha mendakwahkan TAUHID sebagaimana yang Rasululloh contohkan. Bukan dengan demonstrasi atau cara-cara bakhil dalam mencari pemimpin, apakah antum ragu dengan janji Alloh dan RasulNya. Pemimpin yang baik akan lahir dari rakyat yang baik pula. Jadi jka sampai sekarang jika antum menganggap bahwa pemimpin saat ini kurang baik, berarti apa? Berarti rakyatnya tidak baik pula, banyak yang berbuat syirik, khurafat, tahayul dan bid'ah. Mana yang lebih penting? TAUHID atau yang lainnya. Ingatlah, hanya dengan bertauhid kepada Alloh kita akan selamat dari siksa neraka dan akan dimasukkan kedalam surga selama-lamanya (insya Alloh). Waalohu a'lam.
Subhaakallohu wa bihamdika wa asyhadu an laailaaha illa anta subhanaka astaghfiruka wa atuubu ilaih.
Posting Komentar