Az-Zahrawi adalah orang yang pertama kali menggunakan cetakan khusus dalam membuat tablet obat-obatan. Keunggulan Az-Zahrawi secara ilmiah meliputi dalam bidang farmasi, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Al-Awam Al-Isybili di dalam bukunya, "Kitab Al-Fallahah," bahwa cara Az-Zahrawi dalam menyuling air bunga mawar lebih baik dari semua cara yang ada. Selain itu Ibnu Al-Baithar memakai nama Abu Al-Qasim Az-Zahrawi sebagai kosa kata dalam penyulingan minyak.
Sedangkan sisa artikel lainnya, demikian juga dengan kebanyakan dari isi artikel (27) berisi tentang obat-obatan, baik yang diminum sendirian maupun setelah dicampur, serta cara penggunaan dan pencampurannya. Adapun artikel ke-30 merupakan tulisan pertama yang meliputi semua ilmu bedah. Dalam buku ini, Az-Zahrawi juga menambah gambar-gambar yang menjelaskan berbagai macam peralatan bedah. Pada artikel ini juga dibicarakan beberapa bab secara khusus tentang anatomi, penyakit wanita dan kelahiran, cara mengajarkan kepada dukun beranak (bidan), bagaimana mengeluarkan janin yang mati di dalam rahim, operasi kedua mata, operasi kedua telinga, operasi kantong suara, operasi gigi, dan cara mengobati patah tulang atau tulang terlepas.
Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika, seperti deodorant, hand lotion, dan pewarna rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil karya al-Zahrawi. Bukunya memang secara lengkap menjelaskan tentang pengobatan medis, nutrisi, kosmetik, terapi obat, teknik pembedahan, anesthesia (obat bius), pra dan pascapemeliharaan operasi. Lagi, dengan deskripsi lengkapnya mengenai 200 peralatan pembedahan yang ia temukan seperti speculum, pisau bedah, semprotan, pipa kateter, dan penekan lidah. Atas dasar itulah, menurut Ajram, yang paling patut memperoleh julukan sebagai
“Bapak dan Pendiri Pembedahan Rasional” adalah al-Zahrawi.
Setelah dialihbahasakan ke dalam bahasa Latin, kitab yang memperkenalkan kosmetika itu sempat menjadi buku utama yang digunakan kebanyakan universitas di Eropa pada abad ke-12 M hingga 17 M. Kemungkinan besar dari kitab itulah Barat mengembangkan produk kosmetika. Tak heran, jika kini negara-negara Barat menjadi produsen kosmetika terbesar di dunia.
Dalam Al-Tasreef, Al-Zahrawi juga menyebutkan pentingnya minyak gosok dan mengupas bahan-bahan dasar untuk membuat minyak itu secara detail. Al-Zahrawi juga mengajarkan cara-cara memperkuat gusi dan memutihkan gigi. Ia juga memperkenalkan beragam parfum dengan aroma yang bervariasi.
Al-Zahrawi menggunakan zat minyak yang disebut Adhan untuk pengobatan dan kecantikan. Sebagai seorang ilmuwan Muslim, Al-Zahrawi menjelaskan cara perawatan dan kecantikan rambut, kulit, gigi, dan seluruh bagian tubuh dalam batas-batas ajaran Islam.
Pada abad ke-12 M, peradaban Islam di Spanyol juga sudah mengenal dan menggunakan produk kosmetika lainnya seperti krim tangan (hand cream, pencuci mulut (mouth washes), serta nasal spray. Selain itu, peradaban Islam di era keemasan juga telah menemukan semacam deterjen yang bernama lenor. Bahan yang mengandung wewangian itu digunakan untuk mencuci pakaian agar bersih dan harum.
Saat Cordoba mencapai kemajuan yang begitu pesat, umat Islam memiliki tradisi untuk membawakan bunga bagi orang yang sakit. Tren itu dimulai ketika Cordoba memiliki 600 masjid, 300 pemandian umum, 50 rumah sakit dan 70 perpustakaan publik, hingga kini masih tetap berkembang di era modern ini.
Stanley Lane Poole pada 1887 dalam buku 'The Moors in Spain’ mengakui kehebatan yang dicapai umat Islam di Spanyol. Dengan nada menyindir, Lane Poole menyatakan kemilau yang diperoleh Kristen Spanyol setelah Islam diusir bagaikan bulan yang cahayanya hasil meminjam dari umat Islam.
Buku ini mendapat perhatian sangat besar di Eropa, sehingga banyak orang-orang Eropa yang mempelajarinya dan menerjemahkannya. Di antaranya seperti yang diterjemahkan oleh seorang penerjemah Itali, Gerardo de Cremona di Thulaithulah (Toledo) pada akhir abad ketiga belas Masehi. Buku ini diterjemah ke dalam bahasa Latin dengan judul "Chirugia" (Ilmu Bedah). Sebagian yang lain ada yang menerjemahkan bab demi bab ke dalam bahasa Latin sejak tahun 1423 Masehi. Diantara penerjemah itu adalah Petro Arjilona. Mengingat pengaruh buku "At-Tashrif” ini sangat besar di Eropa bagi para ahli bedah secara umum dan bagi para ahli bedah Itali dan Prancis secara khusus, maka mereka menempatkan Az-Zahrawi sejajar dengan Gelenus. Bahkan kita menjumpai seorang ahli bedah Prancis, Guy De Chauliac, pada abad keempat belas Masehi memberikan pengakuan lebih dari seratus kali terhadap buku "At-Tashrif” dalam bukunya
"Al-Jarahah Al-Kabirah." Terjemahan buku "At- Tashrif " ke dalam bahasa Latin telah dicetak perjilid secara terpisah dan diterbitkan pada tahun 1471 hingga tahun 1566, tanpa dicetak secara sempurna dalam satu waktu.
Penyuntingan pertama yang dilakukan pada buku “At-Tashrif” di Barat diterbitkan di Oxford Inggris pada tahun 1778 M. Adapun penyuntingnya adalah John Chaning. Buku yang telah diterjemah ke dalam bahasa Latin ini tidak detil dan kurang teliti karena penyunting sendiri tidak berpengalaman di bidang kedokteran, dan hanya bersandar pada satu buku saja, yaitu buku "At-Tashrif," sehingga sangat menyulitkan kerja penyunting.
Pada tahun 1861, buku "At-Tashrif" diterbitkan dalam bahasa Prancis oleh Loison Luckier. Namun semua penerjemahan itu tidak membuat perhatian kepada buku "At-Tashrif" terputus begitu saja. Karena belakangan juga telah diterbitkan terjemah buku `At-Tashrif' dengan judul "Al-Jarahah" yang disusun oleh seorang orientals G.L. Lewis, bekerjasama dengan dokter M.S. Spink. Buku ini juga terdiri dari teks Arab dan terjemahannya dengan bahasa Inggris. Dalam menyunting buku ini, kedua ilmuwan ini merujuk kepada tujuh manuskrip, dua di antaranya tersimpan di Perpustakaan Bodlian Oxford University, empat manuskrip lainnya tersimpan di beberapa perpustakan Turki, dan manuskrip ketujuh tersimpan di kota Patna di wilayah Pyar India. Buku ini terbit sebanyak 850 halaman ukuran besar dan terdiri dari pengantar Az-Zahrawi dan bukunya "At-Tashrif."
Barangkali yang memotivasi kedua ilmuwan dan ahli bedah ini untuk mengembangkan ilmu kedokteran adalah perkataan Az-Zahrawi yang disampaikan dalam artikel ke-30, yang mana dia mengatakan kepada murid-muridnya,
"Wahai murid-muridku, ketika saya menulis buku ini yang merupakan bagian dari ilmu kedokteran secara sempurna dan saya menjelaskannya sejelas jelasnya, saya melihat penting bagi saya untuk menulisnya dengan tangan saya. Karena tulisan tangan lebih dihargai di negeri kita dan di masa kita, sehingga ilmunya dapat dipelajari walaupun pengaruhnya telah terputus, dan tersisa goresan-goresan ringan sebagaimana dalam buku-buku orang terdahulu. Buku-buku itu ditulis tangan, sehingga sedikit kemungkinan salahnya dan dapat dipelajari dengan baik. Dari saya belajar maknanya dan mengambil manfaatnya. Karena itu, saya menulis artikel-artikel ini dengan cara memberikan penjelasan sekalipun singkat. Saya menjelaskan tentang bentuk baru pemanasan dan berbagai peralatan lainnya yang difungsikan dengan tangan, karena itu akan memperjelas dan sesuai dengan apa yang diperlukan.
Di samping itu, karena pada masa kita tidak ada industri canggih, dan pembuatan alat kedokteran memerlukan waktu yang lama. Kemudian untuk mengetahui manfaat anggota badan, pergerakanya, tingkatannya, terputus dan terpisahnya, kita hendaknya mempelajari ilmu anatomi yang ditemukan oleh Gelenus. Demikian juga untuk mengetahui tulang, syaraf, urat dan jum-lahnya. Yang Mulia Abu Qarrath mengatakan, "Sesungguhnya orang yang menyandang gelar dokter itu banyak, akan tetapi dokter sebenarnya sedikit, apalagi dokter yang juga aktif menulis."
Kami perlu menyebutkan hal ini dalam pengantar buku ini, karena apabila seorang dokter tidak menguasai ilmu anatomi, maka ia akan melakukan kesalahan. Sebagaimana saya menyaksikan banyak orang mengaku berilmu padahal sebenarnya tidak berilmu. Karena itu, ketahuilah bahwa tulisan tangan itu ada dua macam; yang dijamin benar dan tidak salah pada kebanyakannya."
2.
Kitab Al-Maqalah fi Amal Al-Yad Ala Fanni Al-Jarahah.3.
Kitab A'mar Al-Aqaqir yang di dalamnya terdapat pembahasan khusus bagi setiap jenis obat termasuk sebab penamaannya, cara pembuatannya dan manfaatnya. Di dalamnya juga disebutkan nama-nama tumbuhan herbal dalam bahasa Suryani, Yunani, Persia dan Barbar.
Penemu Alat Bedah Modern
Selama separuh abad mendedikasikan dirinya untuk pengembangan ilmu kedokteran khususnya bedah, Al-Zahrawi telah menemukan puluhan alat bedah modern. Dalam kitab Al-Tasrif, ‘bapak ilmu bedah’ itu memperkenalkan lebih dari 200 alat bedah yang dimilikinya. Di antara ratusan koleksi alat bedah yang dipunyainya, ternyata banyak peralatan yang tak pernah digunakan ahli bedah sebelumnya.
Menurut catatan, selama karirnya Al-Zahrawi telah menemukan 26 peralatan bedah. Salah satu alat bedah yang ditemukan dan digunakan Al-Zahrawi adalah catgut. Alat yang digunakan untuk menjahit bagian dalam itu hingga kini masih digunakan ilmu bedah modern. Selain itu, juga menemukan forceps untuk mengangkat janin yang meninggal. Alat itu digambarkan dalam kitab Al-tasrif.
Dalam Al-Tasrif, Al-Zahrawi juga memperkenalkan penggunaan ligature (benang pengikat luka) untuk mengontrol pendarahan arteri. Jarum bedah ternyata juga ditemukan dan dipaparkan secara jelas dalam Al-Tasrif. Selain itu, Al-Zahrawi juga memperkenalkan sederet alat bedah lain hasil penemuannya.
Peralatan penting untuk bedah yang ditemukannya itu antara lain, pisau bedah (scalpel), curette, retractor, sendok bedah (surgical spoon), sound, pengait bedah (surgical hook), surgical rod, dan specula. Tak cuma itu, Al-Zahrawi juga menemukan peralatan bedah yang digunakan untuk memeriksa dalam uretra, alat untuk memindahkan benda asing dari tenggorokan serta alat untuk memeriksa telinga. Kontribusi Al-Zahrawi bagi dunia kedokteran khususnya bedah hingga kini tetap dikenang dunia.
Komentar Kepadanya
1. Seorang orientalis Barat, Jack Risler mengatakan dalam bukunya
"Al-Hadharah Al-Gharbiyyah,": "Seorang ahli bedah terkemuka, yaitu Abu Al-Qasim Az-Zahrawi, dokter pribadi Khalifah Abdurrahman III, menjelaskan tentang ilmu bedah. Dia telah menemukan cara-cara baru dalam bidang bedah. Keberhasilannya dalam hal itu telah melampaui batas negerinya, Spanyol Islam. Semua orang dari dunia Kristen pergi ke Qordova untuk belajar cara membedah. Abu Al-Qasim Az-Zahrawi mempraktikkan dua cara; membuat benang buatan untuk menahan keluarnya darah, dan membedah mata, kemudian mengeluarkan cairan berwarna biru (glaukoma) dari mata, enam abad sebelum dilakukan oleh Amperoz Barry. Dia mengetahui dengan pasti penyakit yang disebut dengan pengeroposan tulang belakang. Dalam hal ini, seorang ahli bedah Prancis, Emil Frong, mengatakan, "Dia memiliki keistimewaan dalam mengatasi semua permasalahan bedah pada masanya, dan bukunya "At-Tashrif liman Ajiza Anit Ta'lif" yang diterbitkan sebanyak 200 eksemplar merupakan buku pertama yang ditulis dalam ilmu bedah."2. Seorang ilmuwan wanita berkebangsaan Jerman, Dr. Zigrid Hunke mengatakan,
"Az-Zahrawi adalah orang yang pertama kali menemukan cara untuk menghentikan darah yang keluar dari pembuluh nadi. Akan tetapi yang sangat disayangkan, ketika anda bertanya kepada seorang mahasiswa kedokteran tentang orang yang pertama kali menemukan cara menghentikan dari pada pembuluh nadi, dia akan menjawab seorang ahli bedah Prancis bernama Amperoz Barry."3. Seorang ilmuwan fisiologi, Heller mengatakan,
"Buku Abu Al-Qasim merupakan sumber rujukan umum bagi semua ahli bedah setelah abad keempat belas Masehi."4. Guru besar di bidang bedah dan anatomi di Universitas Yado, Italia, Fabricus Ab Aquapendente mengatakan,
"Saya berhutang jasa dalam belajar ilmu kedokteran kepada para dokter, seperti; Salisos yang berasal dari Romawi, Paulis dari Yunani, dan Abu Al-Qasim Az-Zahrawi dari Arab."5. Sejarawan, George Sarton mengatakan:
"Az-Zahrawi merupakan ahli bedah terbesar dalam Islam."6. Dr. Najib Mahfudz, seorang guru besar pada fakultas kedokteran di Mesir mengatakan,
"Az-Zahrawi adalah ahli bedah kebanggaan Arab."7. Dr. Musthofa Syahatah, mengatakan dalam makalahnya
"Al-Khanjarah waAmradhuha fi Ath-Thibbil Islam,", "Ketika kedokteran Islam telah maju, maka ilmu bedah yang dipelopori oleh Abu Al-Qasim Az-Zahrawi di Andaluis pada abad kesepuluh Masehi juga maju. Pada saat itu, Eropa tidak sedikit pun tahu tentang ilmu bedah. Adapun dikesampingkannya ilmu bedah di sekolah kedokteran Monbili Prancis, karena praktik bedah dilarang oleh gereja pada abad ketujuh belas. Maka ketika dokter Prancis, La Frank membaca buku Az-Zahrawi, dia merasa kagum dan menyadari kebdohan para dokter Prancis, lalu dia mengungkapkan dengan tulisannya tentang kebodohan dan, keterbelakangan para dokter Prancis. Dia mengatakan, tidak ada satupun di Prancis ahli bedah yang ilmuwan dan memiliki suatu penemuan."8. Dr. Amin Khairullah mengatakan dalam bukunya
"Ath-Thibb Al-Arabi" tentang buku "Ath-Tashrif,"
"Orang yang membaca buku Az-Zahrawi akan yakin bahwa penjelasannya yang detil tentang berbagai pengobatan medis bukan hanya sekedar uraian teoritis belaka."