HEBOH | Inilah Catatan Kekayaan Rasul & Para Sahabat, Mereka Tidak Miskin

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOgYWdk3Bv4XUShp0yNbqgimnd-blf8CoaAE07jfsXwWH9lctHaXJzQj4EnXSsOjUNDxDDPm0mwGKsKeufP_8aL7x92c94f0OOihrCQPIm13QKQ4yTocbsss8Rq1WbqkMCDDEyBCmODKG0/s1600/Dinar_Dirham.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOgYWdk3Bv4XUShp0yNbqgimnd-blf8CoaAE07jfsXwWH9lctHaXJzQj4EnXSsOjUNDxDDPm0mwGKsKeufP_8aL7x92c94f0OOihrCQPIm13QKQ4yTocbsss8Rq1WbqkMCDDEyBCmODKG0/s1600/Dinar_Dirham.jpg" /></a></div><i><span style="color: #666666;"><br /></span></i><i><span style="color: #666666;">Seorang muslim tidak ada alasan untuk tidak jadi orang kaya! semua harus kaya. Dan sekaya-kaya muslim itu tidak terlena akan harta (zuhud). Tapi menggunakannya untuk kebaikan ummat dan perjuangan membela agama Allah. RASUL dan SAHABAT mereka adalah orang-orang millionaire, tapi yang nampak hanyalah kesederhanaan. Itulah hakikat kesyukuran, saat harta dan tahta tidak membuat buta.</span></i></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="display: inline !important;"><b><span style="font-size: large;">A. KEKAYAAN RASULULLAH</span></b></div><div><b>Rasulullah Sang Konglomerat - </b>Tidak ada catatan yang secara lengkap menggambarkan jumlah kekayaan yang dimiliki Muhammad saw, baik pada masa sebelum menjadi rasul maupun pada masa kenabian. Meskipun begitu, dari catatan Abu Faris (1997), <i><span style="color: #3d85c6;">beliau memberikan mas kawin (mahar) kepada Khadijah sebanyak <b>20 ekor unta dan 12 uqiyah (ons) emas</b></span></i>. Jumlah itu tergolong sangat banyak bila dikonversi dengan uang pada masa itu ataupun pada masa sekarang. Setelah menikah kekayaan nabi bertambah karena kekayaan yang dimilikinya dikembangkan melalui perdagangan bersama dengan (harta) Khadijah. Akan tetapi, tidak banyak diketahui, apa yang terjadi pada harta kekayaan Muhammad saw selanjutnya. <br /><br />Meskipun tidak catatan akurat tentang jumlah persis kekayaan Rasulullah saw sepanjang hayatnya, ada beberapa catatan yang menunjukkan Rasulullah adalah orang berpunya dan memiliki harta banyak, namun beliau selalu mendahulukan kepentingan umat melebihi kepentingan dirinya sendiri dalam bentuk infak, sedekah dan membantu fakir miskin.<br /><br />Diceritakan bahwa:<br /><div><ol><li>Nabi Muhammad saw pernah membagikan lebih dari <b>1500 ekor unta</b> kepada beberapa orang Quraisy sesudah perang Hunain.</li><li>Beliaupun pernah memiliki <b>tanah Fadak</b>. Fadak adalah sebuah daerah pemerintahan otonomi Yahudi di Hijaz. Penduduknya mayoritas Yahudi. Tanah Fadak diserahkan oleh kaum Yahudi kepada rasul tanpa melalui pertempuran (Ibnu Hisyam.II: 368)</li><li><i>Syu’aibi</i> mencatat, beliau membagikan <b>al-kutaibah</b> (pemberian rutin) kepada kerabat dan istri-istri beliau. Kepada Fatimah <b>200 wasaq</b>, Ali bin Abi Thalib <b>100 wasaq</b>, Usamah bin Zaid <b>250 wasaq</b>, Aisyah <b>200 wasaq</b>, Ja’far bin Abi Thalib <b>50 wasaq</b>, Rabiah bin Harits bin Abdil Mutthalib <b>100 wasaq</b>, Abu Bakar <b>100 wasaq</b>, Aqil bin Abi Thalib <b>140 wasaq</b>, Bani Ja’far <b>140 wasaq</b>, untuk sekelompok orang dan istri-istrinya <b>700 wasaq</b>. Lainnya untuk Bani Mutthalib yang sebagian masih di Mekkah (Syu’aibi, 2004). </li><li>Seusai perang Khaibar, nabi memperoleh sekitar <b>100 perisai, 400 pedang, 1000 busur</b> dan <b>500 tombak</b>.</li><li>Dikabarkan bahwa Muhammad menerima <b>90.000 dirham</b>. Tetapi uang itu dibagikan kepada orang banyak sampai habis. </li><li>Ketika kembali dari perang Hunain, nabi disodori uang hasil rampasan perang. Beliau berkata: <i>“Letakkanlah uang itu di masjid.”</i> Kemudian nabi shalat di masjid itu tanpa menolah kepada uang tadi. Seusai shalat beliau duduk di dekat uang tersebut dan memberikannya kepada setiap orang yang meminta. Beliau berdiri setelah uang itu habis.</li></ol></div><div>Sungguh kita sebagai ummatnya pun seharusnya mengikuti upaya beliau untuk mendai kaya raya, agar bisa dimanfaatkan sebanyak-banyaknya bagi kebaikan ummat. Dan jika dihitung, maka jelaslah Rasulullah adalah orang paling kaya sang konglomerat yang sederhana. Kekayaannya melebihi milyaran.<br /><br /><b><span style="font-size: large;">B. KEKAYAAN PARA SAHABAT</span></b><br />Tulisan ini terinspirasi oleh tulisan <b>Dr. Yusuf ibn Ahmad al-Qasim</b> (<a href="http://www.al-mithaq.net/articles.php?action=show&id=199" target="_blank">baca</a>) dalam artikelnya, beliau mengambil datanya dari beberapa buku, di antaranya <i>Tarikh al-Islam</i> dan <i>Sayr A’lam al-Nubala`</i>. Dalam buku <i>Fikih Ekonomi Umar</i> karya <b>Dr. Jaribah</b> dan dalam <i>At Tanwir fi Isqath at Tadbirin</i> karya <b>Imam Atho’illah</b>, juga dipaparkan tentang kekayaan dan kehidupan ekonomi para sahabat Rasul, yang beberapa dari mereka bahkan DIJAMIN MASUK SURGA. :</div><div><br /></div><div><b>1. Kekayaan Abu Bakar As-Shidq ra</b></div>Apabila kita membaca sejarah islam, disebutkan Abu Bakar pernah membebaskan seorang budak yang merupakan sahabat nabi yaitu Bilal bin Rabbah, yang dijamin akan masuk ke surga..Saat menawarkan untuk menebusnya, sang majikan yaitu Umaiyah bin Khalaf memberikan penawaran yang tinggi yaitu 9 uqiah emas ( 1 uqiah adalah 31,7475 gram emas berarti sekitar 7,4 dinar emas, dimana 1 dinar emas adalah 4,25 gram emas ), dan Abu Bakar menyanggupinya tanpa menawar, saat ini 1 dinar sekitar <b><i>2,1 juta rupiah per kepingnya</i></b> maka yang harus ditebus sekitar 9*7,4*2,1 juta rupiah >>> sekitar <i><b>140 juta rupiah</b></i>..suatu harga yang fantastic untuk ukuran budak saat itu.<br /><br />Ini menunjukkan bahwa kekuatan ekonomi membuat seseorang dapat berbuat lebih untuk membela agama Allah SWT, selain itu banyak sekali kisah dari abu bakar yang digunakan untuk membebaskan budak-budak..bahkan di awal keislaman dikisahkan bahwa Abu Bakar RA pernah menghabiskan <b>40.000 dirham</b> untuk memerdekakan budak, dengan perhitungan 1 dirham saat ini sekitar 70 ribu rupiah maka dana itu sekitar <b>2,8 Milyar rupiah</b>.<br /><div><br /></div><div><b>2. Kekayaan Umar bin Khattab ra:</b></div>Salah satu sahabat dekat Rasulullah SAW dan khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash shiddiq r.a. Beliau termasuk dalam 10 orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW. Dijuluki sebagai Umar Al Faruq (sang pembeda) karena ketegasannya dalam menegakkan kebenaran. Seorang yang keras namun berhati selembut salju, administrator dan peletak landasan manajemen ekonomi negara yang cemerlang.<br /><br />Semenjak menjadi khalifah hidup sangat sederhana, meskipun kaya raya. Beliau hendak memberikan teladan yang baik bagi kaum muslimin tentang konsep jabatan, harta dan zuhud seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Berikut data kekayaan Umar, yang ternyata sebagian besar dipergunakan untuk kemajuan kaum muslimin waktu itu.<br /><div><ol><li>Mewariskan 70.000 properti (ladang pertanian) seharga @ 160juta (total Rp 11,2 Triliun)</li><li>Cash flow per bulan dari properti = 70.000 x 40 jt = 2,8 Triliun/ tahun atau 233 Miliar/bulan. Simpanan = hutang dalam bentuk cash</li></ol><div><i>*1 Dinar = Rp. 1,2 juta IDR (Indonesian Rupiah)</i><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: Arial, serif; font-size: 13px; line-height: 20.799999237060547px; text-align: justify;"><br /></span><br /><i><br /></i></div><div><b>3. Kekayaan Utsman bin `Affan ra:</b></div></div>Khalifah ketiga setelah wafatnya Ummar Al Faruq. Bangsawan dan konglomerat Makkah yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW karena perjuangan dan ketaqwaannya. Seorang pribadi shalih yang jujur, lembut dan pemalu. Jasa beliau untuk menstandarkan teks Al Quran memberi sumbangsih besar dalam penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia. Data kekayaan beliau:<br /><div><ol><li>Simpanan uang = 151 ribu dinar plus seribu dirham</li><li>Mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar</li><li>Memiliki beberapa sumur senilai 200 ribu dinar (Rp 240 M)</li></ol><div>Dalam Keterangan lain:</div><div><ol><li>Tarikah 1 (tunai)    : 30 juta Dirham</li><li>Tarikah 2 (tunai)    : 150.000 Dinar</li><li>Sedekah                : 200.000 Dinar</li><li>Unta                      : 1000 ekor</li></ol><i>(Sumber  : al-Bidayah wa an-Nihayah, Juz 7, hal. 214, Ibn Katsir)</i><br /><strong><br /></strong>Jika dirupiahkan<br /><ol><li>Tarikah 1 (tunai)              : 1.845.690.000.000</li><li>Tarikah 2 (tunai)              : 291.219.750.000</li><li>Sedekah                          : 388.293.000.000</li><li>Unta                                : 7.740.000.000</li></ol>Jumlah: <strong>2.532.942.750.000</strong> (<i>Dua Triliun, Lima Ratus Tiga Puluh Dua Milyar, Sembilan Ratus Empat Puluh Dua Juta, Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah</i>)<br /><br />Perhitungan di atas bisa jadi lebih kecil dari realitanya karena beberapa aset dan sedekah beliau yang tidak dimasukkan, seperti<br /><ul><li>pembelian lahan untuk sumur "Rumah" senilai 20.000 Dirham,</li><li>hibah 950 unta untukperlengkapan perang Tabuk/’Usrah. (<a href="http://ar.wikipedia.org/wiki/%D8%B9%D8%AB%D9%85%D8%A7%D9%86_%D8%A8%D9%86_%D8%B9%D9%81%D8%A7%D9%86">ar.wikipedia.org/wiki/عثمان_بن_عفان</a>)</li><li>aset tanah (dhiya’) dan kuda yang jumlahnya amat sangat banyak (<i>Tarikh Ibn Khaldun, Jil 1</i>)</li></ul>Anda dapat mengulangi perhitungannya dengan memasukkan data dari dua buku yang saya sebutkan.<br /><em>Kekayaan lain, yaitu menikahi dua orang putri Rasulullah </em><em>SAW </em><em>(Ruqayyah lalu Ummu Kultsum) gak usah dimasukkan ya! Sebab itu bukan kekayaan finansial, meski itu juga sebuah kekayaan yang amat tak terkira.</em><br /><em><br /></em></div>Kekayaan Usman setelah meninggal berupa 150.000 dinar dan 1.000.000 dirham ditemukan di rumahnya. Tanah-tanah yang bebas pajak tak ada batasnya. Nilai total aset yang dimiliki Usman di Wadi al Qura dan Hunain adalah 100.000 dinar. Onta dan kuda tak terhitung banyaknya. [<i>Muruj adz Dzahabi, Jilid 1, Hlm 435</i>]</div><div><br />Namun di akhir masa kekhalifahan dan hidupnya, harta yang dimiliki Utsman r.a hanya tersisa dua ekor unta saja. Semuanya dinafkahkan untuk kesejahteraan ummat. Bahkan beliau pun tidak mau menerima tunjangan (gaji) dari baitul maal. Subhanallah, inilah karakter khas generasi didikan langsung Rasulullah SAW.</div><div><br /></div><div><b>4. Kekayaan Zubair bin Awwam ra</b></div><div>Konon, satu-satunya orang yang setanding dalam kemahiran beliau bertempur sambil berkuda adalah Khalid ibn al-Walid (the Drawn Sword of God). Kedua sahabat ini mampu berkuda sambil kedua tangannya menggenggam pedang, sedangkan pengendalian kuda dilakukan dengan kakinya.<br /><br />Seperti diinformasikan oleh al-Bukhariy (<i>al-Jami’ al-Shahih li al-Bukhariy, Juz 3, hal. 1137</i>), Az-Zubayr RA wafat hanya meninggalkan kekayaan berupa aset tidak bergerak (tanah), termasuk di antaranya adalah sebuah rimba belantara, 11 (sebelas) rumah (besar/daar) di Madinah, 2 (dua) rumah di Bashrah, dan 1 (satu) rumah masing-masing di Kufah dan di Mesir.<br /><br />Beliau mewasiatkan 1/3 dari total harta peninggalannya (tarikah) untuk para cucunya. Lalu 2/3-nya dibagi-bagikan kepada ahli warisnya.<br /><br />Beliau memiliki istri empat orang di mana setiap setiap istri mendapatkan waris senilai <b>1.200.000 Dirham</b> dari 2/3 total tarikah (Shahih al-Bukhariy). Berdasarkan info ini, berikut adalah perhitungan total nilai kekayaan peninggalan beliau, termasuk yang diwasiatkannya kepada para cucunya :<br /><ul><li>Bagian istri :  1.200.000 x 4 (orang istri) = 4.800.000Dirham.<br />Angka ini -sesuai akuntansi waris- adalah 1/8 dari 2/3 total tarikah (harta waris) setelah dikurangi 1/3 untuk wasiat.</li><li>Total yang diwariskan :  4.800.000 Dirham x 8 = 38.400.000 Dirham = 2/3 total tarikah.</li><li>Nilai yang diwasiatkan : 38.400.000 : 2 = 19.200.000 = 1/3 total tarikah</li></ul>Total tarikah (termasuk wasiat) adalah<br />= 38.400.000 Dirham + 19.200.000 Dirham = <strong>57.600.000 Dirham </strong>atau -jika dirupiahkan- setara dengan <strong>3.543.724.800.000</strong> (<i>Tiga Triliun, Lima Ratus Empat Puluh TigaMilyar, Tujuh Ratus Dua puluh Empat Juta, Delapan Ratus Ribu Rupiah</i>).<br /><br />Sampai sini maka kekayaan sayyidina az-Zubayr RA berada di atas kekayaan sayyidina Utsman RA dan sayyidina Thalhah. Hanya saja –<i>sesuai info al-Bukhariy</i>- seluruhnya dalam bentuk aset tidak bergerak.</div><div><b><br /></b></div><div><b>5. Kekayaan</b> <b>Amr bin Al-Ash ra</b></div><div><ol><li>300 ribu dinar</li></ol><div style="font-weight: bold;"><b>6. Kekayaan Thalhah bin Ubaydillah ra</b></div><div><ol style="font-weight: normal;"><li>Tarikah 1 (tunai)              : 2.200.000 Dirham</li><li>Tarikah 2 (tunai)              : 200.000 Dinar</li><li>Sedekah 1 (tanah)           : 300.000 Dirham (belum dapat verifikasinya)</li></ol>Jika dirupiahkan<br /><ol style="font-weight: normal;"><li>Tarikah 1 (tunai)             : 135.350.600.000</li><li>Tarikah 2 (tunai)             : 388.293.000.000</li><li>Sedekah 1 (tanah)          : 18.456.900.000</li></ol><div style="font-weight: normal;">Jumlah: <strong>542.100.500.000</strong> (<i>Lima Ratus Empat Puluh Dua Milyar, Seratus Juta, Lima Ratus Ribu Rupiah</i>)</div><div style="font-weight: normal;"><br /></div><div style="font-weight: normal;">Sementara itu, sumber lain (<i>al-Thabaqat al-Kubra,Juz 3, hal. 222, Ibn Sa’d</i>) mengutip bahwa total kekayaan (tunai dan non tunai) saat Thalhah RA wafat –termasuk poin a dan b yang disebut di atas- adalah :</div><div style="font-weight: normal;"><strong>30.000.000 Dirham</strong> atau setara <strong>Rp. 1.845.690.000.000</strong> (Satu Triliun, Delapan Ratus Empat Puluh Lima Milyar, Enam Ratus Sembilan Puluh Juta Rupiah).</div><div style="font-weight: normal;"><br /></div><div style="font-weight: bold;">Dr. Yusuf<span style="font-weight: normal;"> menjelaskan, informasi yang terakhir ini  disampaikan oleh –salah satunya- Muhamad ibn‘Amr al-Waqidiy yang oleh beberapa ulama diragukan ke-tsiqah-annya. (Tentangal-Waqidiy, lihat :<a href="http://www.library.islamweb.net/newlibrary/showalam.php?ids=15472" target="_blank">Disini</a>)</span></div></div><div style="font-weight: bold;"><b><br /></b></div><b></b><br /><div><b><b>7. Kekayaan </b><strong>Sa’d ibn Abi Waqqash ra</strong></b></div><b></b>Dalam sepanjang sejarah peperangan Islam, beliau tercatat sebagai orang yang pertama kali kena tusuk anak panah dan beliau pula yang pertama kali dalam sejarah Islam melesatkan panah dari busurnya ke arah musuh. Beliau termasuk generasi awal yang masuk Islam. Sebagian informasi menyebutnya sebagai orang keempat dari kalangan laki-laki yang masuk Islam awal. Sebelumnya ada Abu bakr, Ali dan Zayd, radhiyallah ‘anhum.<br /><br />Nilai tarikah atau harta warisnya -seperti dikutip oleh Ibn Katsir- sebesar <strong>250.000 Dirham</strong> (al-Bidayah wa an-Nihayah, Juz 8, hal. 84). Jika dirupiahkan, nilai ini setara dengan <strong>15.380.750.000</strong> (<i>Lima Belas Milyar, Tiga Ratus Delapan Puluh juta, Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah</i>).<br /><br /><b>8. Kekayaan Abdurrahman bin Auf ra</b></div><div><ol><li><b>Melebihi seluruh kekayaan sahabat</b>!! Dalam <i>satu kali duduk</i>, pada masa Rasulullah SAW, Abdurrahman bin Auf berinfaq sebesar <b>64 Milyar (40 ribu dinar)</b>.</li></ol></div>Sahabat yang satu ini sungguh fenomenal. Milyarder yang sangat ulung berbisnis dan dijamin masuk surga oleh baginda Rasul SAW sendiri. Termasuk generasi <i>Assabiqunal Awwaluun</i> (Orang-orang yang mengikuti jalan Islam di awal-awal) serta pahlawan perang Badar dan Uhud. Teladan yang luar biasa dalam menafkahkan harta di jalan Allah ta’ala. Beberapa kisahnya sebagai berikut:<br /><div><br />Beliau pernah menginfaq-kan separuh hartanya (+/- <b><i>2,4 milyar</i></b> IDR) untuk keperluan dakwah pada awal perkembangan Islam. Saat itu Abdurrahman belumlah “sangat kaya”, total aset kekayaanya baru sekitar <b><i>4,8 Milyar</i></b>. Sehingga Rasulullah dengan lisannya yang mulia mendoakan: <i>“Semoga Allah melimpahkan berkat-Nya padamu, terhadap harta yang engkau berikan. Dan semoga Allah juga memberkati harta yang engkau tinggalkan untuk keluargamu.”</i> Dan terbukti, semenjak itu Abdurrahman bin Auf semakin dan semakin kaya!</div><div><br />Ratusan milyar hartanya di Makkah, bahkan mungkin menyentuh angka Trilyun, seluruhnya ditinggalkan dengan rasa ringan ketika diperintahkan oleh rasulullah SAW untuk berhijrah ke Madinah. (Subhanallah, merinding kulit saya). <i>“ I am not in need of all that. Is there any market place where the trade is practiced?… ” </i>(Sahih Bukhari book 34)</div><div><br />Ketika Rasulullah SAW membutuhkan dana untuk membiayai perang Tabuk yang mahal karena medan yang sulit dan jarak yang jauh, ditambah madinah sedang dilanda musim kering, Milyuner mulia ini memelopori sedekah jariyah dengan menyumbangkan <b>dua uqiyah emas (1 uqiyah = 50 dinar)</b>. Sampai Umar bin Khattab bergumam<i> “Sepertinya Abdurrahman berdosa dengan keluarganya karena tidak meninggalkan uang belanja sedikitpun untuk keluarganya.”</i> Mendengar ini, Rasulullah SAW bertanya pada Abdurrahman bin Auf apakah ia sudah meninggalkan nafkah untuk istrinya?. <i>“Ya”</i>, jawab Abdurrahman. “Mereka saya tinggali lebih banyak dan lebih baik dari yang saya sumbangkan. “Berapa?” tanya Rasulullah SAW. <i>“Sebanyak rizki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah.”</i> Jawabnya. Miskinkah ia setelah itu? Demi Allah, Tidak!</div><div><br />Ketika meninggal dunia pada usia 72 tahun, ia mewariskan kepada empat istri dan anak-anaknya total kurang lebih <b>2.560.000 dinar</b> atau <b>3.072 trilyun</b> untuk kurs rupiah saat tulisan ini disusun! Amirul Mukminin saat itu ‘Ali ibn Abi Thalib, berkata kepada jenazah Abdurrahman bin Auf, <i>”Anda telah mendapatkan kasih sayang Allah, dan Anda telah berhasil menundukkan kepalsuan dunia.”</i></div><div><i><br /></i></div><div>Dalam keterangan lain yang saya dapati:</div><div><br />Total aset kekayaan saat beliau wafat –seperti dikutip oleh <i>Ibn Hajar</i>- adalah <strong>3.200.000</strong> (Dinar [dalam asumsi Ibn Hajar, al-Fath, Juz 14, hal. 448]). Nilai ini didapatkan dari informasi yang mengatakan bahwa saat wafat, masing-masing dari empat orang istrinya menerima sebesar 100.000 Dinar. Dengan akuntasi Fara`idh, maka total tarikah (harta yang ditinggalkannya) adalah :<br /><br />100.000 dinar x 4 (orang istri) x 8 (ashl al-mas`alah) = <strong>3.200.000 Dinar</strong>.<br />Jika dirupiahkan maka nilai tersebut setara dengan <strong>6.212.688.000.000</strong> (<i>Enam Triliun,Dua Ratus Dua Belas Milyar, Enam Ratus Delapan Puluh Delapan Juta Rupiah</i>).<br /><br /><strong>Sementara itu, terdapat versi lain,</strong> Ibn Katsir (<i>al-Bidayah wa an-Nihayah, Juz 7, hal, 184</i>) mengutip, saat wafat beliau meninggalkan aset terdiri dari :<br /><ul><li>1000 ekor unta</li><li>100 ekor kuda</li><li>3000 ekor kambing (di Baqi’)</li></ul>Seluruh istrinya yang berjumlah empat orang memperoleh (dari harga jual aset tersebut) sebesar 320.000 (Dinar[?]). Nilai ini adalah 1/8 dari total harta diwaris. Masing-masing istri mendapatkan 80.000(Dinar[?]).<br />Dengan data ini maka total peninggalan adalah 80.000 x 4 (orang istri) x 8 = <strong>2.560.000 (Dinar[?])</strong>.<br />Jika dirupiahkan nilainya setara dengan <strong>4.970.150.400.000</strong> (Empat Triliun, Sembilan Ratus Tujuh Puluh Milyar, Seratus Lima Puluh Juta, Empat Ratus Ribu Rupiah)<br /><br /><blockquote class="tr_bq"><i>Pertanyaan yang menggantung di kepala saya. Apakah aset yang disebut Ibn Katsir di sini berbeda dengan aset yang dikutip oleh Ibn Hajar sebelumnya? Atau aset yang sama hanya berbeda perhitungan atau perbedaan riwayat?</i></blockquote><br />Jika aset berbeda maka sungguh sebuah kekayaan yang membuat kita layak ber-masya Allah untuk seorang manusia yang –dalam waktu yang sama- telah diberitakan sebagai penghuni surga. Sungguh, di dunia hasanah, di akhirat hasanah.<br /><br />Apapun asumsinya, bahkan jika kedua info itu terkait obyek yang sama maka Abdurrahman -dengan nilai kekayaan seperti ini- tetap berada di peringkat pertama dari 3 sahabat Rasulullah SAW yang sudah disebutkan di atas.<br /><br />Kerennya lagi, saat hendak wafat beliau berwasiat memberikan 400 Dinar kepada para peserta perang Badr yang masih hidup yang jumlahnya saat itu sebanyak 100 orang. Total nilai wasiat menjadi 400 Dinar  x 100 = <strong>40.000 Dinar</strong> atau setara <strong>77.658.600.000</strong> (<i>Tujuh Puluh Tujuh Milyar, Enam Ratus Lima Puluh Delapan Juta, Enam Ratus Ribu Rupiah</i>). Sayyidina Ustman RA dan sayyidina Ali RA termasuk di antara yang menerimanya.<br /><br />Wasiat tersebut belum termasuk wasiat yang diberikannya secara khusus kepada para istri Rasulullah SAW yang masih hidup dengan jumlah besar. Sampai Aisyah RA sendiri berdoa, <i>“Semoga Allah menyiraminya dengan cairan dari nektar.”</i> (nektar atau salsabil atau madu bunga adalah cairan yang kaya dengan gula yang dihasilkan oleh tumbuhan). Belum lagi dengan budak-budak yang dimerdekakannya secara cuma-cuma.<br /><div><br /></div><div><b>C. KESEJAHTRAAN UMMAT ISLAM PADA MASA KHULAFA-RASYIDIN</b></div><div>Bukan hanya sahabat utama yang kaya, namun juga rakyatnya hidup berkecukupan:</div><div><br /><b>1. Pada masa</b> <b>Umar bin Khattab ra</b> (10 tahun bertugas)</div><div><ol><li>Mu’adz bin Jabal menuturkan di Yaman sampai <i>kesulitan menemukan seorang miskin pun</i> yang layak diberi zakat (Al-Amwal, hal 596)</li><li>Mampu menggaji guru di Madinah masing-masing 15 dinar atau +/- 18 juta/bulan (Ash-Shinnawi, 2006)</li></ol><b>2. Pada masa Umar bin Abdul Azis ra </b>(3 tahun bertugas)</div><div><ol><li>Yahya bin Sa’id (petugas zakat) berkata, <i>“Ketika hendak membagikan zakat, saya tidak menjumpai seorang miskin pun. Umar bin Abdul Azis telah menjadikan setiap individu rakyat pada waktu itu berkecukupan” </i>. (Ibnu Abdil Hakam, siroh Umar bin Abdul Azis, hal 59)</li><li>Surat Gubernur Bashrah,<i> “Semua rakyat hidup sejahtera sampai saya sendiri khawatir mereka akan menjadi takabbur dan sombong.”</i> (Al-Amwal, hal 256)</li></ol>Bagaimana? Masih beralasan untuk tidak kaya raya? Mungkin anda akan bertanya bagaimana caranya.... Jawabannya selalu sederhana. Cari nafkah! amalkan Sunnah dhuha, tahajud, dan lainnya. Maka pintu rezki akan terbuka.<br /><br /><b>JANGAN TERLENA HARTA!</b></div><div>Suatu hari seorang laki-laki miskin mendatangi Aisyah istri Rasulullah saw, Aisyah pun memberinya sedekah. Lalu Aisyah memanggil pembantunya Barirah dan menyuruh memperhatikan dan menyelidiki laki-laki itu , apa benar laki-laki itu miskin atau pura-pura miskin, lalu dipakai apa itu sedekah yang didapatnya.<br /><br />Melihat kejadian tersebut Rasulullah kemudian menegur Aisyah dengan sabdanya <i>“ Jangan kau berhitung dalam memberi sedekah karena Allahpun tidak pernah berhitung dalam memberikan rezeki kepada kita “ </i>(HR.Nasa’i , Ibnu Hibban, Ahmad dan Haitsami )<br /><br />Dalam kesempatan lain Rasulullah juga menganjurkan: <i>“ Wahai Aisyah, berlindunglah dari api neraka (kebangkrutan) meski hanya dengan bersedekah separuh biji korma, sungguh separuh biji korma itu mengisi perut orang yang lapar sama seperti ia mengisi perut orang yang kenyang “ </i>(artinya walau separuh biji korma itu sudah cukup mengenyangkan bagi orang-orang yang sedang kelaparan) ( HR.Ahmad dan Mundziri )</div><div>Rasulullah SAW adalah seorang Pemimpin dan Wirausahawan sejati, kemenangan demi kemenangan terus diraih demikian pula kekayaan selalu mengejar-ngejar beliau, sehingga ketika beliau menjadi Pemimpin tertinggi kekayaan negarapun melimpah ruah. Tapi taukah kita ada salah satu doa yang beliau ucapkan sehingga Aisyah istrinya terkejut ?.<br /><br />Aisyah mendengar Rasulullah berdoa : <i>“ Ya Allah, jadikanlah gaya hidupku seperti gaya hidup orang miskin, cabutlah nyawaku dalam keadaan miskin, lalu kumpulkanlah aku pada Hari Kiamat bersama kelompok orang miskin “.</i><br /><br />Mendengar doa itu Aisyah protes : <i>“ Mengapa engkau berdoa seperti itu wahai Rasulullah ? “</i>, Beliau menjawab :<br /><br /><i>“ orang-orang miskin akan masuk Sorga 40 tahun lebih awal dari pada orang-orang kaya, wahai Aisyah jangan pernah menolak orang-orang miskin meski engkau hanya bisa memberi separuh biji korma, cintailah orang miskin dan dekatkanlah mereka kepadamu agar Allah juga mendekatkanmu kepadaNYA pada Hari kiamat nanti “ </i>( HR.Tirmidzi, Baihaqi dan Mundziri )<br /><br />Mengapa Nabi berdoa demikian, apakah kita tidak boleh kaya raya ? Rosulullah bukan orang miskin, Beliau Pemimpin yang kaya raya tetapi gaya hidup diri dan keluarganya adalah gaya hidup orang yang paling miskin, pernah dalam 40 malam rumah beliau tidak ada api yang menyala artinya tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak juga tidak ada lentera penerang, belau hanya mengkonsumsi beberapa biji korma dan air saja.<br /><br />Dan ketika beliau meninggal hampir tidak ada harta warisan yang beliau tinggalkan, seluruh kekayaannya diwakafkan dan disedekahkan untuk perjuangan Islam, jadi apakah tidak logis doa Rosulullah tersebut ?<br /><br />Kita wajib bisa kaya raya selama umur kita masih produktif karena ada kewajiban Zakat, haji dan sedekah. namun banyak diantara kita yang kaya raya atau hidup berkecukupan, tapi mampukah kita hidup dengan gaya hidup orang miskin, gimana sih gaya hidup orang miskin itu? sederhana saja sebenarnya mereka selalu puasa minimal Senin-Kamis, tidak makan kalau masih kenyang dan berhenti makan sebelum kekenyangan, jadi tidak harus makan 3 kali sehari, demikian juga dalam hal berpakaian tidak selalu mengikuti mode dan trend baru, mereka mengganti pakaian atau perabot ya kalau sudah rusak, gimana gampang kan ?<br /><br />Demikian juga ketika umur kita sudah tidak produktif lagi, maka saatnya kita delegasikan seluruh kekayaan kita untuk perjuangan Islam melalui anak, istri dan keluarga kita atau orang lain yang mampu mengelola dan mendayagunakan seluruh harta kekayaan kita untuk kepentingan perjuangan memuliakan Islam dan Kaum Muslimin, sehingga ketika Malaikat Maut menjemput kita kelak tidak ada lagi kekayaan dunia di tangan kita, kita benar-benar miskin. Jadi tidak akan ada lagi kekayaan kita yang harus diaudit pada saat Hari Perhitungan kelak, semuanya totalitas akan menjadi ASET PEMBELA kita pada saat itu. Mudah bukan jadi orang miskin? inilah maksud doa Rosulullah SAW tersebut., jadi miskin ? siapa takut!</div><div><br /></div><div>Mungkin anda juga ingin meneladani:</div><div><span style="font-size: large;"><b><a href="https://www.blogger.com/Seorang%20muslim%20tidak%20ada%20alasan%20untuk%20tidak%20jadi%20orang%20kaya!%20semua%20harus%20kaya.%20Dan%20sekaya-kaya%20muslim%20itu%20tidak%20terlena%20akan%20harta%20(zuhud).%20Tapi%20menggunakannya%20untuk%20kebaikan%20ummat%20dan%20perjuangan%20membela%20agama%20Allah.%20RASUL%20dan%20SAHABAT%20mereka%20adalah%20orang-orang%20millionaire,%20tapi%20yang%20nampak%20hanyalah%20kesederhanaan.%20Itulah%20hakikat%20kesyukuran,%20saat%20harta%20dan%20tahta%20tidak%20membuat%20buta.%20A.%20KEKAYAAN%20RASULULLAH%20Rasulullah%20Sang%20Konglomerat%20-%20Tidak%20ada%20catatan%20yang%20secara%20lengkap%20menggambarkan%20jumlah%20kekayaan%20yang%20dimiliki%20Muhammad%20saw,%20baik%20pada%20masa%20sebelum%20menjadi%20rasul%20maupun%20pada%20masa%20kenabian.%20Meskipun%20begitu,%20dari%20catatan%20Abu%20Faris%20(1997),%20beliau%20memberikan%20mas%20kawin%20(mahar)%20kepada%20Khadijah%20sebanyak%2020%20ekor%20unta%20dan%2012%20uqiyah%20(ons)%20emas.%20Jumlah%20itu%20tergolong%20sangat%20banyak%20bila%20dikonversi%20dengan%20uang%20pada%20masa%20itu%20ataupun%20pada%20masa%20sekarang.%20Setelah%20menikah%20kekayaan%20nabi%20bertambah%20karena%20kekayaan%20yang%20dimilikinya%20dikembangkan%20melalui%20perdagangan%20bersama%20dengan%20(harta)%20Khadijah.%20Akan%20tetapi,%20tidak%20banyak%20diketahui,%20apa%20yang%20terjadi%20pada%20harta%20kekayaan%20Muhammad%20saw%20selanjutnya.%20%20%20Meskipun%20tidak%20catatan%20akurat%20tentang%20jumlah%20persis%20kekayaan%20Rasulullah%20saw%20sepanjang%20hayatnya,%20ada%20beberapa%20catatan%20yang%20menunjukkan%20Rasulullah%20adalah%20orang%20berpunya%20dan%20memiliki%20harta%20banyak,%20namun%20beliau%20selalu%20mendahulukan%20kepentingan%20umat%20melebihi%20kepentingan%20dirinya%20sendiri%20dalam%20bentuk%20infak,%20sedekah%20dan%20membantu%20fakir%20miskin.%20%20Diceritakan%20bahwa:%20Nabi%20Muhammad%20saw%20pernah%20membagikan%20lebih%20dari%201500%20ekor%20unta%20kepada%20beberapa%20orang%20Quraisy%20sesudah%20perang%20Hunain.%20Beliaupun%20pernah%20memiliki%20tanah%20Fadak.%20Fadak%20adalah%20sebuah%20daerah%20pemerintahan%20otonomi%20Yahudi%20di%20Hijaz.%20Penduduknya%20mayoritas%20Yahudi.%20Tanah%20Fadak%20diserahkan%20oleh%20kaum%20Yahudi%20kepada%20rasul%20tanpa%20melalui%20pertempuran%20(Ibnu%20Hisyam.II:%20368)%20Syu%E2%80%99aibi%20mencatat,%20beliau%20membagikan%20al-kutaibah%20(pemberian%20rutin)%20kepada%20kerabat%20dan%20istri-istri%20beliau.%20Kepada%20Fatimah%20200%20wasaq,%20Ali%20bin%20Abi%20Thalib%20100%20wasaq,%20Usamah%20bin%20Zaid%20250%20wasaq,%20Aisyah%20200%20wasaq,%20Ja%E2%80%99far%20bin%20Abi%20Thalib%2050%20wasaq,%20Rabiah%20bin%20Harits%20bin%20Abdil%20Mutthalib%20100%20wasaq,%20Abu%20Bakar%20100%20wasaq,%20Aqil%20bin%20Abi%20Thalib%20140%20wasaq,%20Bani%20Ja%E2%80%99far%20140%20wasaq,%20untuk%20sekelompok%20orang%20dan%20istri-istrinya%20700%20wasaq.%20Lainnya%20untuk%20Bani%20Mutthalib%20yang%20sebagian%20masih%20di%20Mekkah%20(Syu%E2%80%99aibi,%202004).%20%20Seusai%20perang%20Khaibar,%20nabi%20memperoleh%20sekitar%20100%20perisai,%20400%20pedang,%201000%20busur%20dan%20500%20tombak.%20Dikabarkan%20bahwa%20Muhammad%20menerima%2090.000%20dirham.%20Tetapi%20uang%20itu%20dibagikan%20kepada%20orang%20banyak%20sampai%20habis.%20%20Ketika%20kembali%20dari%20perang%20Hunain,%20nabi%20disodori%20uang%20hasil%20rampasan%20perang.%20Beliau%20berkata:%20%E2%80%9CLetakkanlah%20uang%20itu%20di%20masjid.%E2%80%9D%20Kemudian%20nabi%20shalat%20di%20masjid%20itu%20tanpa%20menolah%20kepada%20uang%20tadi.%20Seusai%20shalat%20beliau%20duduk%20di%20dekat%20uang%20tersebut%20dan%20memberikannya%20kepada%20setiap%20orang%20yang%20meminta.%20Beliau%20berdiri%20setelah%20uang%20itu%20habis.%20Sungguh%20kita%20sebagai%20ummatnya%20pun%20seharusnya%20mengikuti%20upaya%20beliau%20untuk%20mendai%20kaya%20raya,%20agar%20bisa%20dimanfaatkan%20sebanyak-banyaknya%20bagi%20kebaikan%20ummat.%20Dan%20jika%20dihitung,%20maka%20jelaslah%20Rasulullah%20adalah%20orang%20paling%20kaya%20sang%20konglomerat%20yang%20sederhana.%20Kekayaannya%20melebihi%20milyaran.%20%20B.%20KEKAYAAN%20PARA%20SAHABAT%20Tulisan%20ini%20terinspirasi%20oleh%20tulisan%20Dr.%20Yusuf%20ibn%20Ahmad%20al-Qasim%20(baca)%20dalam%20artikelnya,%20beliau%20mengambil%20datanya%20dari%20beberapa%20buku,%20di%20antaranya%20Tarikh%20al-Islam%20dan%20Sayr%20A%E2%80%99lam%20al-Nubala%60.%20Dalam%20buku%20Fikih%20Ekonomi%20Umar%20karya%20Dr.%20Jaribah%20dan%20dalam%20At%20Tanwir%20fi%20Isqath%20at%20Tadbirin%20karya%20Imam%20Atho%E2%80%99illah,%20juga%20dipaparkan%20tentang%20kekayaan%20dan%20kehidupan%20ekonomi%20para%20sahabat%20Rasul,%20yang%20beberapa%20dari%20mereka%20bahkan%20DIJAMIN%20MASUK%20SURGA.%20:%20%201.%20Kekayaan%20Abu%20Bakar%20As-Shidq%20ra%20Apabila%20kita%20membaca%20sejarah%20islam,%20disebutkan%20Abu%20Bakar%20pernah%20membebaskan%20seorang%20budak%20yang%20merupakan%20sahabat%20nabi%20yaitu%20Bilal%20bin%20Rabbah,%20yang%20dijamin%20akan%20masuk%20ke%20surga..Saat%20menawarkan%20untuk%20menebusnya,%20sang%20majikan%20yaitu%20Umaiyah%20bin%20Khalaf%20memberikan%20penawaran%20yang%20tinggi%20yaitu%209%20uqiah%20emas%20(%201%20uqiah%20adalah%2031,7475%20gram%20emas%20berarti%20sekitar%207,4%20dinar%20emas,%20dimana%201%20dinar%20emas%20adalah%204,25%20gram%20emas%20),%20dan%20Abu%20Bakar%20menyanggupinya%20tanpa%20menawar,%20saat%20ini%201%20dinar%20sekitar%202,1%20juta%20rupiah%20per%20kepingnya%20maka%20yang%20harus%20ditebus%20sekitar%209*7,4*2,1%20juta%20rupiah%20%3E%3E%3E%20sekitar%20140%20juta%20rupiah..suatu%20harga%20yang%20fantastic%20untuk%20ukuran%20budak%20saat%20itu.%20%20Ini%20menunjukkan%20bahwa%20kekuatan%20ekonomi%20membuat%20seseorang%20dapat%20berbuat%20lebih%20untuk%20membela%20agama%20Allah%20SWT,%20selain%20itu%20banyak%20sekali%20kisah%20dari%20abu%20bakar%20yang%20digunakan%20untuk%20membebaskan%20budak-budak..bahkan%20di%20awal%20keislaman%20dikisahkan%20bahwa%20Abu%20Bakar%20RA%20pernah%20menghabiskan%2040.000%20dirham%20untuk%20memerdekakan%20budak,%20dengan%20perhitungan%201%20dirham%20saat%20ini%20sekitar%2070%20ribu%20rupiah%20maka%20dana%20itu%20sekitar%202,8%20Milyar%20rupiah.%20%202.%20Kekayaan%20Umar%20bin%20Khattab%20ra:%20Salah%20satu%20sahabat%20dekat%20Rasulullah%20SAW%20dan%20khalifah%20kedua%20setelah%20Abu%20Bakar%20Ash%20shiddiq%20r.a.%20Beliau%20termasuk%20dalam%2010%20orang%20yang%20dijamin%20masuk%20surga%20oleh%20Rasulullah%20SAW.%20Dijuluki%20sebagai%20Umar%20Al%20Faruq%20(sang%20pembeda)%20karena%20ketegasannya%20dalam%20menegakkan%20kebenaran.%20Seorang%20yang%20keras%20namun%20berhati%20selembut%20salju,%20administrator%20dan%20peletak%20landasan%20manajemen%20ekonomi%20negara%20yang%20cemerlang.%20%20Semenjak%20menjadi%20khalifah%20hidup%20sangat%20sederhana,%20meskipun%20kaya%20raya.%20Beliau%20hendak%20memberikan%20teladan%20yang%20baik%20bagi%20kaum%20muslimin%20tentang%20konsep%20jabatan,%20harta%20dan%20zuhud%20seperti%20yang%20dicontohkan%20oleh%20Rasulullah%20SAW.%20Berikut%20data%20kekayaan%20Umar,%20yang%20ternyata%20sebagian%20besar%20dipergunakan%20untuk%20kemajuan%20kaum%20muslimin%20waktu%20itu.%20Mewariskan%2070.000%20properti%20(ladang%20pertanian)%20seharga%20@%20160juta%20(total%20Rp%2011,2%20Triliun)%20Cash%20flow%20per%20bulan%20dari%20properti%20=%2070.000%20x%2040%20jt%20=%202,8%20Triliun/%20tahun%20atau%20233%20Miliar/bulan.%20Simpanan%20=%20hutang%20dalam%20bentuk%20cash%20*1%20Dinar%20=%20Rp.%201,2%20juta%20IDR%20(Indonesian%20Rupiah)%20%203.%20Kekayaan%20Utsman%20bin%20%60Affan%20ra:%20Khalifah%20ketiga%20setelah%20wafatnya%20Ummar%20Al%20Faruq.%20Bangsawan%20dan%20konglomerat%20Makkah%20yang%20dijamin%20masuk%20surga%20oleh%20Rasulullah%20SAW%20karena%20perjuangan%20dan%20ketaqwaannya.%20Seorang%20pribadi%20shalih%20yang%20jujur,%20lembut%20dan%20pemalu.%20Jasa%20beliau%20untuk%20menstandarkan%20teks%20Al%20Quran%20memberi%20sumbangsih%20besar%20dalam%20penyebaran%20Islam%20ke%20seluruh%20penjuru%20dunia.%20Data%20kekayaan%20beliau:%20Simpanan%20uang%20=%20151%20ribu%20dinar%20plus%20seribu%20dirham%20Mewariskan%20properti%20sepanjang%20wilayah%20Aris%20dan%20Khaibar%20Memiliki%20beberapa%20sumur%20senilai%20200%20ribu%20dinar%20(Rp%20240%20M)%20Dalam%20Keterangan%20lain:%20Tarikah%201%20(tunai)%20%20%20%20:%2030%20juta%20Dirham%20Tarikah%202%20(tunai)%20%20%20%20:%20150.000%20Dinar%20Sedekah%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20:%20200.000%20Dinar%20Unta%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20:%201000%20ekor%20(Sumber%20%20:%20al-Bidayah%20wa%20an-Nihayah,%20Juz%207,%20hal.%20214,%20Ibn%20Katsir)%20%20Jika%20dirupiahkan%20Tarikah%201%20(tunai)%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20:%201.845.690.000.000%20Tarikah%202%20(tunai)%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20:%20291.219.750.000%20Sedekah%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20:%20388.293.000.000%20Unta%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20:%207.740.000.000%20Jumlah:%202.532.942.750.000%20(Dua%20Triliun,%20Lima%20Ratus%20Tiga%20Puluh%20Dua%20Milyar,%20Sembilan%20Ratus%20Empat%20Puluh%20Dua%20Juta,%20Tujuh%20Ratus%20Lima%20Puluh%20Ribu%20Rupiah)%20%20Perhitungan%20di%20atas%20bisa%20jadi%20lebih%20kecil%20dari%20realitanya%20karena%20beberapa%20aset%20dan%20sedekah%20beliau%20yang%20tidak%20dimasukkan,%20seperti%20pembelian%20lahan%20untuk%20sumur%20%22Rumah%22%20senilai%2020.000%20Dirham,%20hibah%20950%20unta%20untukperlengkapan%20perang%20Tabuk/%E2%80%99Usrah.%20(ar.wikipedia.org/wiki/%D8%B9%D8%AB%D9%85%D8%A7%D9%86_%D8%A8%D9%86_%D8%B9%D9%81%D8%A7%D9%86)%20aset%20tanah%20(dhiya%E2%80%99)%20dan%20kuda%20yang%20jumlahnya%20amat%20sangat%20banyak%20(Tarikh%20Ibn%20Khaldun,%20Jil%201)%20Anda%20dapat%20mengulangi%20perhitungannya%20dengan%20memasukkan%20data%20dari%20dua%20buku%20yang%20saya%20sebutkan.%20Kekayaan%20lain,%20yaitu%20menikahi%20dua%20orang%20putri%20Rasulullah%20SAW%20(Ruqayyah%20lalu%20Ummu%20Kultsum)%20gak%20usah%20dimasukkan%20ya!%20Sebab%20itu%20bukan%20kekayaan%20finansial,%20meski%20itu%20juga%20sebuah%20kekayaan%20yang%20amat%20tak%20terkira.%20%20Namun%20di%20akhir%20masa%20kekhalifahan%20dan%20hidupnya,%20harta%20yang%20dimiliki%20Utsman%20r.a%20hanya%20tersisa%20dua%20ekor%20unta%20saja.%20Semuanya%20dinafkahkan%20untuk%20kesejahteraan%20ummat.%20Bahkan%20beliau%20pun%20tidak%20mau%20menerima%20tunjangan%20(gaji)%20dari%20baitul%20maal.%20Subhanallah,%20inilah%20karakter%20khas%20generasi%20didikan%20langsung%20Rasulullah%20SAW.%20%204.%20Kekayaan%20Zubair%20bin%20Awwam%20ra%20Konon,%20satu-satunya%20orang%20yang%20setanding%20dalam%20kemahiran%20beliau%20bertempur%20sambil%20berkuda%20adalah%20Khalid%20ibn%20al-Walid%20(the%20Drawn%20Sword%20of%20God).%20Kedua%20sahabat%20ini%20mampu%20berkuda%20sambil%20kedua%20tangannya%20menggenggam%20pedang,%20sedangkan%20pengendalian%20kuda%20dilakukan%20dengan%20kakinya.%20%20Seperti%20diinformasikan%20oleh%20al-Bukhariy%20(al-Jami%E2%80%99%20al-Shahih%20li%20al-Bukhariy,%20Juz%203,%20hal.%201137),%20Az-Zubayr%20RA%20wafat%20hanya%20meninggalkan%20kekayaan%20berupa%20aset%20tidak%20bergerak%20(tanah),%20termasuk%20di%20antaranya%20adalah%20sebuah%20rimba%20belantara,%2011%20(sebelas)%20rumah%20(besar/daar)%20di%20Madinah,%202%20(dua)%20rumah%20di%20Bashrah,%20dan%201%20(satu)%20rumah%20masing-masing%20di%20Kufah%20dan%20di%20Mesir.%20%20Beliau%20mewasiatkan%201/3%20dari%20total%20harta%20peninggalannya%20(tarikah)%20untuk%20para%20cucunya.%20Lalu%202/3-nya%20dibagi-bagikan%20kepada%20ahli%20warisnya.%20%20Beliau%20memiliki%20istri%20empat%20orang%20di%20mana%20setiap%20setiap%20istri%20mendapatkan%20waris%20senilai%201.200.000%20Dirham%20dari%202/3%20total%20tarikah%20(Shahih%20al-Bukhariy).%20Berdasarkan%20info%20ini,%20berikut%20adalah%20perhitungan%20total%20nilai%20kekayaan%20peninggalan%20beliau,%20termasuk%20yang%20diwasiatkannya%20kepada%20para%20cucunya%20:%20Bagian%20istri%20:%20%201.200.000%20x%204%20(orang%20istri)%20=%204.800.000Dirham.%20Angka%20ini%20-sesuai%20akuntansi%20waris-%20adalah%201/8%20dari%202/3%20total%20tarikah%20(harta%20waris)%20setelah%20dikurangi%201/3%20untuk%20wasiat.%20Total%20yang%20diwariskan%20:%20%204.800.000%20Dirham%20x%208%20=%2038.400.000%20Dirham%20=%202/3%20total%20tarikah.%20Nilai%20yang%20diwasiatkan%20:%2038.400.000%20:%202%20=%2019.200.000%20=%201/3%20total%20tarikah%20Total%20tarikah%20(termasuk%20wasiat)%20adalah%20=%2038.400.000%20Dirham%20+%2019.200.000%20Dirham%20=%2057.600.000%20Dirham%20atau%20-jika%20dirupiahkan-%20setara%20dengan%203.543.724.800.000%20(Tiga%20Triliun,%20Lima%20Ratus%20Empat%20Puluh%20TigaMilyar,%20Tujuh%20Ratus%20Dua%20puluh%20Empat%20Juta,%20Delapan%20Ratus%20Ribu%20Rupiah).%20%20Sampai%20sini%20maka%20kekayaan%20sayyidina%20az-Zubayr%20RA%20berada%20di%20atas%20kekayaan%20sayyidina%20Utsman%20RA%20dan%20sayyidina%20Thalhah.%20Hanya%20saja%20%E2%80%93sesuai%20info%20al-Bukhariy-%20seluruhnya%20dalam%20bentuk%20aset%20tidak%20bergerak.%20%205.%20Kekayaan%20Amr%20bin%20Al-Ash%20ra%20300%20ribu%20dinar%206.%20Kekayaan%20Thalhah%20bin%20Ubaydillah%20ra%20Tarikah%201%20(tunai)%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20:%202.200.000%20Dirham%20Tarikah%202%20(tunai)%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20:%20200.000%20Dinar%20Sedekah%201%20(tanah)%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20:%20300.000%20Dirham%20(belum%20dapat%20verifikasinya)%20Jika%20dirupiahkan%20Tarikah%201%20(tunai)%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20:%20135.350.600.000%20Tarikah%202%20(tunai)%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20:%20388.293.000.000%20Sedekah%201%20(tanah)%20%20%20%20%20%20%20%20%20%20:%2018.456.900.000%20Jumlah:%20542.100.500.000%20(Lima%20Ratus%20Empat%20Puluh%20Dua%20Milyar,%20Seratus%20Juta,%20Lima%20Ratus%20Ribu%20Rupiah)%20%20Sementara%20itu,%20sumber%20lain%20(al-Thabaqat%20al-Kubra,Juz%203,%20hal.%20222,%20Ibn%20Sa%E2%80%99d)%20mengutip%20bahwa%20total%20kekayaan%20(tunai%20dan%20non%20tunai)%20saat%20Thalhah%20RA%20wafat%20%E2%80%93termasuk%20poin%20a%20dan%20b%20yang%20disebut%20di%20atas-%20adalah%20:%2030.000.000%20Dirham%20atau%20setara%20Rp.%201.845.690.000.000%20(Satu%20Triliun,%20Delapan%20Ratus%20Empat%20Puluh%20Lima%20Milyar,%20Enam%20Ratus%20Sembilan%20Puluh%20Juta%20Rupiah).%20%20Dr.%20Yusuf%20menjelaskan,%20informasi%20yang%20terakhir%20ini%20%20disampaikan%20oleh%20%E2%80%93salah%20satunya-%20Muhamad%20ibn%E2%80%98Amr%20al-Waqidiy%20yang%20oleh%20beberapa%20ulama%20diragukan%20ke-tsiqah-annya.%20(Tentangal-Waqidiy,%20lihat%20:Disini)%20%207.%20Kekayaan%20Sa%E2%80%99d%20ibn%20Abi%20Waqqash%20ra%20Dalam%20sepanjang%20sejarah%20peperangan%20Islam,%20beliau%20tercatat%20sebagai%20orang%20yang%20pertama%20kali%20kena%20tusuk%20anak%20panah%20dan%20beliau%20pula%20yang%20pertama%20kali%20dalam%20sejarah%20Islam%20melesatkan%20panah%20dari%20busurnya%20ke%20arah%20musuh.%20Beliau%20termasuk%20generasi%20awal%20yang%20masuk%20Islam.%20Sebagian%20informasi%20menyebutnya%20sebagai%20orang%20keempat%20dari%20kalangan%20laki-laki%20yang%20masuk%20Islam%20awal.%20Sebelumnya%20ada%20Abu%20bakr,%20Ali%20dan%20Zayd,%20radhiyallah%20%E2%80%98anhum.%20%20Nilai%20tarikah%20atau%20harta%20warisnya%20-seperti%20dikutip%20oleh%20Ibn%20Katsir-%20sebesar%20250.000%20Dirham%20(al-Bidayah%20wa%20an-Nihayah,%20Juz%208,%20hal.%2084).%20Jika%20dirupiahkan,%20nilai%20ini%20setara%20dengan%2015.380.750.000%20(Lima%20Belas%20Milyar,%20Tiga%20Ratus%20Delapan%20Puluh%20juta,%20Tujuh%20Ratus%20Lima%20Puluh%20Ribu%20Rupiah).%20%208.%20Kekayaan%20Abdurrahman%20bin%20Auf%20ra%20Melebihi%20seluruh%20kekayaan%20sahabat!!%20Dalam%20satu%20kali%20duduk,%20pada%20masa%20Rasulullah%20SAW,%20Abdurrahman%20bin%20Auf%20berinfaq%20sebesar%2064%20Milyar%20(40%20ribu%20dinar).%20Sahabat%20yang%20satu%20ini%20sungguh%20fenomenal.%20Milyarder%20yang%20sangat%20ulung%20berbisnis%20dan%20dijamin%20masuk%20surga%20oleh%20baginda%20Rasul%20SAW%20sendiri.%20Termasuk%20generasi%20Assabiqunal%20Awwaluun%20(Orang-orang%20yang%20mengikuti%20jalan%20Islam%20di%20awal-awal)%20serta%20pahlawan%20perang%20Badar%20dan%20Uhud.%20Teladan%20yang%20luar%20biasa%20dalam%20menafkahkan%20harta%20di%20jalan%20Allah%20ta%E2%80%99ala.%20Beberapa%20kisahnya%20sebagai%20berikut:%20%20Beliau%20pernah%20menginfaq-kan%20separuh%20hartanya%20(+/-%202,4%20milyar%20IDR)%20untuk%20keperluan%20dakwah%20pada%20awal%20perkembangan%20Islam.%20Saat%20itu%20Abdurrahman%20belumlah%20%E2%80%9Csangat%20kaya%E2%80%9D,%20total%20aset%20kekayaanya%20baru%20sekitar%204,8%20Milyar.%20Sehingga%20Rasulullah%20dengan%20lisannya%20yang%20mulia%20mendoakan:%20%E2%80%9CSemoga%20Allah%20melimpahkan%20berkat-Nya%20padamu,%20terhadap%20harta%20yang%20engkau%20berikan.%20Dan%20semoga%20Allah%20juga%20memberkati%20harta%20yang%20engkau%20tinggalkan%20untuk%20keluargamu.%E2%80%9D%20Dan%20terbukti,%20semenjak%20itu%20Abdurrahman%20bin%20Auf%20semakin%20dan%20semakin%20kaya!%20%20Ratusan%20milyar%20hartanya%20di%20Makkah,%20bahkan%20mungkin%20menyentuh%20angka%20Trilyun,%20seluruhnya%20ditinggalkan%20dengan%20rasa%20ringan%20ketika%20diperintahkan%20oleh%20rasulullah%20SAW%20untuk%20berhijrah%20ke%20Madinah.%20(Subhanallah,%20merinding%20kulit%20saya).%20%E2%80%9C%20I%20am%20not%20in%20need%20of%20all%20that.%20Is%20there%20any%20market%20place%20where%20the%20trade%20is%20practiced?%E2%80%A6%20%E2%80%9D%20(Sahih%20Bukhari%20book%2034)%20%20Ketika%20Rasulullah%20SAW%20membutuhkan%20dana%20untuk%20membiayai%20perang%20Tabuk%20yang%20mahal%20karena%20medan%20yang%20sulit%20dan%20jarak%20yang%20jauh,%20ditambah%20madinah%20sedang%20dilanda%20musim%20kering,%20Milyuner%20mulia%20ini%20memelopori%20sedekah%20jariyah%20dengan%20menyumbangkan%20dua%20uqiyah%20emas%20(1%20uqiyah%20=%2050%20dinar).%20Sampai%20Umar%20bin%20Khattab%20bergumam%20%E2%80%9CSepertinya%20Abdurrahman%20berdosa%20dengan%20keluarganya%20karena%20tidak%20meninggalkan%20uang%20belanja%20sedikitpun%20untuk%20keluarganya.%E2%80%9D%20Mendengar%20ini,%20Rasulullah%20SAW%20bertanya%20pada%20Abdurrahman%20bin%20Auf%20apakah%20ia%20sudah%20meninggalkan%20nafkah%20untuk%20istrinya?.%20%E2%80%9CYa%E2%80%9D,%20jawab%20Abdurrahman.%20%E2%80%9CMereka%20saya%20tinggali%20lebih%20banyak%20dan%20lebih%20baik%20dari%20yang%20saya%20sumbangkan.%20%E2%80%9CBerapa?%E2%80%9D%20tanya%20Rasulullah%20SAW.%20%E2%80%9CSebanyak%20rizki,%20kebaikan,%20dan%20pahala%20yang%20dijanjikan%20Allah.%E2%80%9D%20Jawabnya.%20Miskinkah%20ia%20setelah%20itu?%20Demi%20Allah,%20Tidak!%20%20Ketika%20meninggal%20dunia%20pada%20usia%2072%20tahun,%20ia%20mewariskan%20kepada%20empat%20istri%20dan%20anak-anaknya%20total%20kurang%20lebih%202.560.000%20dinar%20atau%203.072%20trilyun%20untuk%20kurs%20rupiah%20saat%20tulisan%20ini%20disusun!%20Amirul%20Mukminin%20saat%20itu%20%E2%80%98Ali%20ibn%20Abi%20Thalib,%20berkata%20kepada%20jenazah%20Abdurrahman%20bin%20Auf,%20%E2%80%9DAnda%20telah%20mendapatkan%20kasih%20sayang%20Allah,%20dan%20Anda%20telah%20berhasil%20menundukkan%20kepalsuan%20dunia.%E2%80%9D%20%20Dalam%20keterangan%20lain%20yang%20saya%20dapati:%20%20Total%20aset%20kekayaan%20saat%20beliau%20wafat%20%E2%80%93seperti%20dikutip%20oleh%20Ibn%20Hajar-%20adalah%203.200.000%20(Dinar%20[dalam%20asumsi%20Ibn%20Hajar,%20al-Fath,%20Juz%2014,%20hal.%20448]).%20Nilai%20ini%20didapatkan%20dari%20informasi%20yang%20mengatakan%20bahwa%20saat%20wafat,%20masing-masing%20dari%20empat%20orang%20istrinya%20menerima%20sebesar%20100.000%20Dinar.%20Dengan%20akuntasi%20Fara`idh,%20maka%20total%20tarikah%20(harta%20yang%20ditinggalkannya)%20adalah%20:%20%20100.000%20dinar%20x%204%20(orang%20istri)%20x%208%20(ashl%20al-mas`alah)%20=%203.200.000%20Dinar.%20Jika%20dirupiahkan%20maka%20nilai%20tersebut%20setara%20dengan%206.212.688.000.000%20(Enam%20Triliun,Dua%20Ratus%20Dua%20Belas%20Milyar,%20Enam%20Ratus%20Delapan%20Puluh%20Delapan%20Juta%20Rupiah).%20%20Sementara%20itu,%20terdapat%20versi%20lain,%20Ibn%20Katsir%20(al-Bidayah%20wa%20an-Nihayah,%20Juz%207,%20hal,%20184)%20mengutip,%20saat%20wafat%20beliau%20meninggalkan%20aset%20terdiri%20dari%20:%201000%20ekor%20unta%20100%20ekor%20kuda%203000%20ekor%20kambing%20(di%20Baqi%E2%80%99)%20Seluruh%20istrinya%20yang%20berjumlah%20empat%20orang%20memperoleh%20(dari%20harga%20jual%20aset%20tersebut)%20sebesar%20320.000%20(Dinar[?]).%20Nilai%20ini%20adalah%201/8%20dari%20total%20harta%20diwaris.%20Masing-masing%20istri%20mendapatkan%2080.000(Dinar[?]).%20Dengan%20data%20ini%20maka%20total%20peninggalan%20adalah%2080.000%20x%204%20(orang%20istri)%20x%208%20=%202.560.000%20(Dinar[?]).%20Jika%20dirupiahkan%20nilainya%20setara%20dengan%204.970.150.400.000%20(Empat%20Triliun,%20Sembilan%20Ratus%20Tujuh%20Puluh%20Milyar,%20Seratus%20Lima%20Puluh%20Juta,%20Empat%20Ratus%20Ribu%20Rupiah)%20%20Pertanyaan%20yang%20menggantung%20di%20kepala%20saya.%20Apakah%20aset%20yang%20disebut%20Ibn%20Katsir%20di%20sini%20berbeda%20dengan%20aset%20yang%20dikutip%20oleh%20Ibn%20Hajar%20sebelumnya?%20Atau%20aset%20yang%20sama%20hanya%20berbeda%20perhitungan%20atau%20perbedaan%20riwayat?%20%20Jika%20aset%20berbeda%20maka%20sungguh%20sebuah%20kekayaan%20yang%20membuat%20kita%20layak%20ber-masya%20Allah%20untuk%20seorang%20manusia%20yang%20%E2%80%93dalam%20waktu%20yang%20sama-%20telah%20diberitakan%20sebagai%20penghuni%20surga.%20Sungguh,%20di%20dunia%20hasanah,%20di%20akhirat%20hasanah.%20%20Apapun%20asumsinya,%20bahkan%20jika%20kedua%20info%20itu%20terkait%20obyek%20yang%20sama%20maka%20Abdurrahman%20-dengan%20nilai%20kekayaan%20seperti%20ini-%20tetap%20berada%20di%20peringkat%20pertama%20dari%203%20sahabat%20Rasulullah%20SAW%20yang%20sudah%20disebutkan%20di%20atas.%20%20Kerennya%20lagi,%20saat%20hendak%20wafat%20beliau%20berwasiat%20memberikan%20400%20Dinar%20kepada%20para%20peserta%20perang%20Badr%20yang%20masih%20hidup%20yang%20jumlahnya%20saat%20itu%20sebanyak%20100%20orang.%20Total%20nilai%20wasiat%20menjadi%20400%20Dinar%20%20x%20100%20=%2040.000%20Dinar%20atau%20setara%2077.658.600.000%20(Tujuh%20Puluh%20Tujuh%20Milyar,%20Enam%20Ratus%20Lima%20Puluh%20Delapan%20Juta,%20Enam%20Ratus%20Ribu%20Rupiah).%20Sayyidina%20Ustman%20RA%20dan%20sayyidina%20Ali%20RA%20termasuk%20di%20antara%20yang%20menerimanya.%20%20Wasiat%20tersebut%20belum%20termasuk%20wasiat%20yang%20diberikannya%20secara%20khusus%20kepada%20para%20istri%20Rasulullah%20SAW%20yang%20masih%20hidup%20dengan%20jumlah%20besar.%20Sampai%20Aisyah%20RA%20sendiri%20berdoa,%20%E2%80%9CSemoga%20Allah%20menyiraminya%20dengan%20cairan%20dari%20nektar.%E2%80%9D%20(nektar%20atau%20salsabil%20atau%20madu%20bunga%20adalah%20cairan%20yang%20kaya%20dengan%20gula%20yang%20dihasilkan%20oleh%20tumbuhan).%20Belum%20lagi%20dengan%20budak-budak%20yang%20dimerdekakannya%20secara%20cuma-cuma.%20%20C.%20KESEJAHTRAAN%20UMMAT%20ISLAM%20PADA%20MASA%20KHULAFA-RASYIDIN%20Bukan%20hanya%20sahabat%20utama%20yang%20kaya,%20namun%20juga%20rakyatnya%20hidup%20berkecukupan:%20%201.%20Pada%20masa%20Umar%20bin%20Khattab%20ra%20(10%20tahun%20bertugas)%20Mu%E2%80%99adz%20bin%20Jabal%20menuturkan%20di%20Yaman%20sampai%20kesulitan%20menemukan%20seorang%20miskin%20pun%20yang%20layak%20diberi%20zakat%20(Al-Amwal,%20hal%20596)%20Mampu%20menggaji%20guru%20di%20Madinah%20masing-masing%2015%20dinar%20atau%20+/-%2018%20juta/bulan%20(Ash-Shinnawi,%202006)%202.%20Pada%20masa%20Umar%20bin%20Abdul%20Azis%20ra%20(3%20tahun%20bertugas)%20Yahya%20bin%20Sa%E2%80%99id%20(petugas%20zakat)%20berkata,%20%E2%80%9CKetika%20hendak%20membagikan%20zakat,%20saya%20tidak%20menjumpai%20seorang%20miskin%20pun.%20Umar%20bin%20Abdul%20Azis%20telah%20menjadikan%20setiap%20individu%20rakyat%20pada%20waktu%20itu%20berkecukupan%E2%80%9D%20.%20(Ibnu%20Abdil%20Hakam,%20siroh%20Umar%20bin%20Abdul%20Azis,%20hal%2059)%20Surat%20Gubernur%20Bashrah,%20%E2%80%9CSemua%20rakyat%20hidup%20sejahtera%20sampai%20saya%20sendiri%20khawatir%20mereka%20akan%20menjadi%20takabbur%20dan%20sombong.%E2%80%9D%20(Al-Amwal,%20hal%20256)%20Bagaimana?%20Masih%20beralasan%20untuk%20tidak%20kaya%20raya?%20Mungkin%20anda%20akan%20bertanya%20bagaimana%20caranya....%20Jawabannya%20selalu%20sederhana.%20Cari%20nafkah!%20amalkan%20Sunnah%20dhuha,%20tahajud,%20dan%20lainnya.%20Maka%20pintu%20rezki%20akan%20terbuka." target="_blank">Sulaiman Al-Rajhi, Konglomerat yang Bikin Muadzin Malu</a></b></span><br /><span style="font-size: large;">atau <a href="http://zulfanafdhilla.blogspot.com/2014/05/syaikh-abu-yusuf-sang-dermawan-anti.html#.U7UX6KvrySo" target="_blank"><b>Syaikh Abu Yusuf, Sang Dermawan Anti Media</b></a></span></div><div><span style="font-size: large;"><b><br /></b></span>So... Semoga, kita semua bisa mempraktikan apa yang kita nasihatkan. Wassalam :)</div><div><br /></div><div><b>Sumber:</b></div><div><ul><li><a href="http://dianeducationcenter.blogspot.com/2011/09/kita-tidak-ingin-kaya-tapi-harus.html">http://dianeducationcenter.blogspot.com/2011/09/kita-tidak-ingin-kaya-tapi-harus.html</a></li><li><a href="http://www.golddinarjameela.com/2012/05/mengenal-kekayaan-sahabat-rasululah-saw.html">http://www.golddinarjameela.com/2012/05/mengenal-kekayaan-sahabat-rasululah-saw.html</a></li><li><a href="https://www.facebook.com/notes/mualaf-center-indonesia/rasulullah-dan-para-sahabatnya-itu-kaya-raya-lhooo-yuuuk-kita-tiruu-masih-malas-/388747514500645">https://www.facebook.com/notes/mualaf-center-indonesia/rasulullah-dan-para-sahabatnya-itu-kaya-raya-lhooo-yuuuk-kita-tiruu-masih-malas-/388747514500645</a></li><li><a href="http://alpontren.com/index.php?mact=News,cntnt01,print,0&cntnt01articleid=65&cntnt01showtemplate=false&cntnt01returnid=15">http://alpontren.com/index.php?mact=News,cntnt01,print,0&cntnt01articleid=65&cntnt01showtemplate=false&cntnt01returnid=15</a></li></ul></div></div></div></div>

Akhlaq Fakta Kisah Teladan Muhasabah Rasul SAW Tazkiyatun Nufus HEBOH | Inilah Catatan Kekayaan Rasul & Para Sahabat, Mereka Tidak Miskin

Seorang muslim tidak ada alasan untuk tidak jadi orang kaya! semua harus kaya. Dan sekaya-kaya muslim itu tidak terlena akan harta (zuhud). ...

Baca selengkapnya »

Vooting Suara Pengunjung Blog Edisi 2013

<a href="http://www.pemiluindonesia.com/wp-content/uploads/2009/01/ballot_box_bw-231x300.gif" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="http://www.pemiluindonesia.com/wp-content/uploads/2009/01/ballot_box_bw-231x300.gif" /></a><br />Pungutan suara edisi 2013 tentang <i>"Bagian Dari Manakah Anda?" </i>merupakan pungutan suara tentang latar belakang pengunjung blog <i>www.zulfanafdhilla.blogspot.com </i>ini. Pemungutan suara ini sebagai evaluasi saya akan latar belakang pengunjung blog saya untuk konten dan isi yang lebih sesuai lagi.<br /><br />Pemungutan ini dimulai dari bulan November (kalau tidak lupa saya lah). Dengan beberapa pilihan yang saya bubuhkan. Dan hasilnya seperti berikut:<br /><br /><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="border: 0px; font-family: Georgia, serif; margin: 0px; padding: 0px; width: 298px;"><tbody><tr><td class="answerText" style="border: 0px; color: #666666; font-size: 12px; overflow: hidden; padding-left: 0px; padding-top: 2px; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;"><div style="overflow: hidden; text-overflow: ellipsis;" title="Sunni/Salafi">Sunni/Salafi</div></td><td style="margin-top: 2px; padding-top: 2px;"><div style="position: relative; z-index: 0;"><div class="resultText" style="border: 1px solid rgb(85, 136, 170); color: #bababa; font-size: 12px; padding-top: 2px; white-space: nowrap;" title="Sunni/Salafi">  62 (48%)</div><div class="resultBar" style="background-color: #5588aa; border: none; font-size: 12px; left: 0px; margin-bottom: 1px; margin-top: 1px; padding-bottom: 1px; padding-top: 1px; position: absolute; top: 0px; white-space: nowrap; width: 55.671875px; z-index: -1;" title="Sunni/Salafi"> </div></div></td></tr><tr><td class="answerText" style="border: 0px; color: #666666; font-size: 12px; overflow: hidden; padding-left: 0px; padding-top: 2px; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;"><div style="overflow: hidden; text-overflow: ellipsis;" title="Sufi">Sufi</div></td><td style="margin-top: 2px; padding-top: 2px;"><div style="position: relative; z-index: 0;"><div class="resultText" style="border: 1px solid rgb(85, 136, 170); color: #bababa; font-size: 12px; padding-top: 2px; white-space: nowrap;" title="Sufi">  2 (1%)</div><div class="resultBar" style="background-color: #5588aa; border: none; font-size: 12px; left: 0px; margin-bottom: 1px; margin-top: 1px; padding-bottom: 1px; padding-top: 1px; position: absolute; top: 0px; white-space: nowrap; width: 1.15625px; z-index: -1;" title="Sufi"> </div></div></td></tr><tr><td class="answerText" style="border: 0px; color: #666666; font-size: 12px; overflow: hidden; padding-left: 0px; padding-top: 2px; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;"><div style="overflow: hidden; text-overflow: ellipsis;" title="Syi'ah">Syi'ah</div></td><td style="margin-top: 2px; padding-top: 2px;"><div style="position: relative; z-index: 0;"><div class="resultText" style="border: 1px solid rgb(85, 136, 170); color: #bababa; font-size: 12px; padding-top: 2px; white-space: nowrap;" title="Syi'ah">  4 (3%)</div><div class="resultBar" style="background-color: #5588aa; border: none; font-size: 12px; left: 0px; margin-bottom: 1px; margin-top: 1px; padding-bottom: 1px; padding-top: 1px; position: absolute; top: 0px; white-space: nowrap; width: 3.46875px; z-index: -1;" title="Syi'ah"> </div></div></td></tr><tr><td class="answerText" style="border: 0px; color: #666666; font-size: 12px; overflow: hidden; padding-left: 0px; padding-top: 2px; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;"><div style="overflow: hidden; text-overflow: ellipsis;" title="Ahmadiyah">Ahmadiyah</div></td><td style="margin-top: 2px; padding-top: 2px;"><div style="position: relative; z-index: 0;"><div class="resultText" style="border: 1px solid rgb(85, 136, 170); color: #bababa; font-size: 12px; padding-top: 2px; white-space: nowrap;" title="Ahmadiyah">  0 (0%)</div><div class="resultBar" style="background-color: #5588aa; border: none; font-size: 12px; left: 0px; margin-bottom: 1px; margin-top: 1px; padding-bottom: 1px; padding-top: 1px; position: absolute; top: 0px; white-space: nowrap; width: 0px; z-index: -1;" title="Ahmadiyah"></div></div></td></tr><tr><td class="answerText" style="border: 0px; color: #666666; font-size: 12px; overflow: hidden; padding-left: 0px; padding-top: 2px; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;"><div style="overflow: hidden; text-overflow: ellipsis;" title="Jama'ah Tabligt">Jama'ah Tabligt</div></td><td style="margin-top: 2px; padding-top: 2px;"><div style="position: relative; z-index: 0;"><div class="resultText" style="border: 1px solid rgb(85, 136, 170); color: #bababa; font-size: 12px; padding-top: 2px; white-space: nowrap;" title="Jama'ah Tabligt">  6 (4%)</div><div class="resultBar" style="background-color: #5588aa; border: none; font-size: 12px; left: 0px; margin-bottom: 1px; margin-top: 1px; padding-bottom: 1px; padding-top: 1px; position: absolute; top: 0px; white-space: nowrap; width: 4.625px; z-index: -1;" title="Jama'ah Tabligt"> </div></div></td></tr><tr><td class="answerText" style="border: 0px; color: #666666; font-size: 12px; overflow: hidden; padding-left: 0px; padding-top: 2px; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;"><div style="overflow: hidden; text-overflow: ellipsis;" title="Muhammadiyah">Muhammadiyah</div></td><td style="margin-top: 2px; padding-top: 2px;"><div style="position: relative; z-index: 0;"><div class="resultText" style="border: 1px solid rgb(85, 136, 170); color: #bababa; font-size: 12px; padding-top: 2px; white-space: nowrap;" title="Muhammadiyah">  15 (11%)</div><div class="resultBar" style="background-color: #5588aa; border: none; font-size: 12px; left: 0px; margin-bottom: 1px; margin-top: 1px; padding-bottom: 1px; padding-top: 1px; position: absolute; top: 0px; white-space: nowrap; width: 12.75px; z-index: -1;" title="Muhammadiyah"> </div></div></td></tr><tr><td class="answerText" style="border: 0px; color: #666666; font-size: 12px; overflow: hidden; padding-left: 0px; padding-top: 2px; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;"><div style="overflow: hidden; text-overflow: ellipsis;" title="Syafi'iyah">Syafi'iyah</div></td><td style="margin-top: 2px; padding-top: 2px;"><div style="position: relative; z-index: 0;"><div class="resultText" style="border: 1px solid rgb(85, 136, 170); color: #bababa; font-size: 12px; padding-top: 2px; white-space: nowrap;" title="Syafi'iyah">  39 (30%)</div><div class="resultBar" style="background-color: #5588aa; border: none; font-size: 12px; left: 0px; margin-bottom: 1px; margin-top: 1px; padding-bottom: 1px; padding-top: 1px; position: absolute; top: 0px; white-space: nowrap; width: 34.796875px; z-index: -1;" title="Syafi'iyah"> </div></div></td></tr><tr><td class="answerText" style="border: 0px; color: #666666; font-size: 12px; overflow: hidden; padding-left: 0px; padding-top: 2px; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;"><div style="overflow: hidden; text-overflow: ellipsis;" title="Malikiyah">Malikiyah</div></td><td style="margin-top: 2px; padding-top: 2px;"><div style="position: relative; z-index: 0;"><div class="resultText" style="border: 1px solid rgb(85, 136, 170); color: #bababa; font-size: 12px; padding-top: 2px; white-space: nowrap;" title="Malikiyah">  0 (0%)</div><div class="resultBar" style="background-color: #5588aa; border: none; font-size: 12px; left: 0px; margin-bottom: 1px; margin-top: 1px; padding-bottom: 1px; padding-top: 1px; position: absolute; top: 0px; white-space: nowrap; width: 0px; z-index: -1;" title="Malikiyah"></div></div></td></tr><tr><td class="answerText" style="border: 0px; color: #666666; font-size: 12px; overflow: hidden; padding-left: 0px; padding-top: 2px; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;"><div style="overflow: hidden; text-overflow: ellipsis;" title="Hanabilah">Hanabilah</div></td><td style="margin-top: 2px; padding-top: 2px;"><div style="position: relative; z-index: 0;"><div class="resultText" style="border: 1px solid rgb(85, 136, 170); color: #bababa; font-size: 12px; padding-top: 2px; white-space: nowrap;" title="Hanabilah">  0 (0%)</div><div class="resultBar" style="background-color: #5588aa; border: none; font-size: 12px; left: 0px; margin-bottom: 1px; margin-top: 1px; padding-bottom: 1px; padding-top: 1px; position: absolute; top: 0px; white-space: nowrap; width: 0px; z-index: -1;" title="Hanabilah"></div></div></td></tr><tr><td class="answerText" style="border: 0px; color: #666666; font-size: 12px; overflow: hidden; padding-left: 0px; padding-top: 2px; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;"><div style="overflow: hidden; text-overflow: ellipsis;" title="Hanafiyah">Hanafiyah</div></td><td style="margin-top: 2px; padding-top: 2px;"><div style="position: relative; z-index: 0;"><div class="resultText" style="border: 1px solid rgb(85, 136, 170); color: #bababa; font-size: 12px; padding-top: 2px; white-space: nowrap;" title="Hanafiyah">  0 (0%)</div><div class="resultBar" style="background-color: #5588aa; border: none; font-size: 12px; left: 0px; margin-bottom: 1px; margin-top: 1px; padding-bottom: 1px; padding-top: 1px; position: absolute; top: 0px; white-space: nowrap; width: 0px; z-index: -1;" title="Hanafiyah"></div></div></td></tr><tr><td class="answerText" style="border: 0px; color: #666666; font-size: 12px; overflow: hidden; padding-left: 0px; padding-top: 2px; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;"><div style="overflow: hidden; text-overflow: ellipsis;" title="Non-Muslim">Non-Muslim</div></td><td style="margin-top: 2px; padding-top: 2px;"><div style="position: relative; z-index: 0;"><div class="resultText" style="border: 1px solid rgb(85, 136, 170); color: #bababa; font-size: 12px; padding-top: 2px; white-space: nowrap;" title="Non-Muslim">  0 (0%)</div></div></td></tr></tbody></table><br /><div>Dalam pemungutan suara kali ini untuk pengunjung yang berlatar belakang Sunni/Salafi menempati urutan pertama yang disisi sebanyak 62 suara atau 48%. Diurutan kedua diisi oleh pengunjung yang berlatar belakang Madzhab Syafi'i atau Syafiiyah dengan suara disi sebanyak 39 suara atau 30 %. Kemudian diikuti dalam urutan ketiga oleh pengunjung yang berlatar belakang Organisasi Muhammadiyah dengan suara sebanyak 15 suara atau 11%. Diikuti pula Jama'ah Tabhlight dengan 6 suara atau 4%. Syi'ah dengan 4 suara atau 3%. Sufi dengan 2 suara atau 1%. Sedangkan untuk Ahmadiyah, Malikiyah, Hanabilah, Hanafiyah, dan Non-Muslim dalam urutan sama yaitu 0 suara/0%.<br /><br />Demikian evaluasi pengunjung dalam tahun 2013 ini. Semoga bermanfaat walaupun pungutannya di akhir tahun (hehehe). InsyaAllah untuk tahun ini akan kta pungut lagi :).</div>

Vooting Suara Pengunjung Blog Edisi 2013

Pungutan suara edisi 2013 tentang "Bagian Dari Manakah Anda?" merupakan pungutan suara tentang latar belakang pengunjung blog www....

Baca selengkapnya »

KESESATAN dalam Kitab Barzanji

<img height="417" src="http://www.nahimunkar.com/t_main/timthumb.php?src=http%3A%2F%2Fwww.nahimunkar.com%2Fwp-content%2Fuploads%2F2014%2F01%2FAl-Barzanji.jpg&q=90&w=795&zc=1" width="640" /><br /><br /><div><b>Kesalahan Pertama</b><br />Penulis kitab Barzanji meyakini melalui ungkapan syairnya bahwa kedua orang tua Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam termasuk ahlul Iman dan termasuk orang-orang yang selamat dari neraka bahkan ia mengungkapkan dengan sumpah.<br /><br /><b>Kesalahan Kedua</b><br />Penulis kitab Barzanji mengajak para pembacanya agar mereka menyakini bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hadir pada saat membaca shalawat, terutama ketika Mahallul Qiyâm (posisi berdiri).<br /><br /><b>Kesalahan Ketiga</b><br />Penulis kitab Barzanji mengajak untuk mengkultuskan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara berlebihan dan menjadikan Nabi sebagai tempat untuk meminta tolong dan bantuan.<br /><br /><b>Kesalahan Keempat</b><br />Penulis kitab Barzanji menurunkan beberapa shalawat bid’ah yang mengandung pujian yang sangat berlebihan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.<br /><br /><b>Kesalahan Kelima</b><br />Penulis kitab Barzanji juga menyakini tentang Nur Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang terungkap dalam syairnya:</div><div><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">وَماَ زَالَ نُوْرُ الْمُصْطَفَى مُتْنَقِلاً مِنَ الطَّيِّبِ اْلأَتْقَي لِطاَهِرِ أَرْدَانٍ</span></div><br /><div style="text-align: center;"><i>Nur Mustafa (Muhammad) terus berpindah-pindah dari sulbi yang bersih kepada yang sulbi suci nan murni.</i></div><br /><div style="text-align: center;"><i><span style="color: #444444;">Inilah uraian selengkapnya.</span></i></div><br /><hr /><h3 style="text-align: center;">Barzanji, Kitab Induk Peringatan Maulid Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam</h3><b>Seputar Kitab Barzanji</b><br />Secara umum peringatan maulud Nabi Shallallahu alaihi wa sallam selalu disemarakkan dengan shalawatan dan puji-pujian kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, yang mereka ambil dari kitab Barzanji maupun Daiba’, ada kalanya ditambah dengan senandung qasîdah Burdah.<br /><br />Meskipun kitab Barzanji lebih populer di kalangan orang awam daripada yang lainnya, tetapi biasanya kitab Daiba’, Barzanji dan Qasidah Burdah dijadikan satu paket untuk meramaikan maulid Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang diawali dengan membaca Daiba’, lalu Barzanji, kemudian ditutup dengan Qasîdah Burdah.<br /><br />Biasanya kitab Barzanji menjadi kitab induk peringatan maulîd Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan sebagian pembacanya lebih tekun membaca kitab Barzanji daripada membaca al-Qur’an. Maka tidak aneh jika banyak di antara mereka yang lebih hafal kitab Barzanji bersama lagu-lagunya dibanding al-Quran.<br /><br />Fokus pembahasan dan kritikan terhadap kitab Barzanji ini adalah karena populernya, meskipun penyimpangan kitab Daiba’ lebih parah daripada kitab Barzanji.<br /><br />Berikut uraiannya :<br /><br />Secara umum kandungan kitab Barzanji terbagi menjadi tiga :<br /><br /><ol><li>Cerita tentang perjalanan hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sastra bahasa tinggi yang terkadang tercemar dengan riwayat-riwayat lemah.</li><li>Syair-syair pujian dan sanjungan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan bahasa yang sangat indah, namun telah tercemar dengan muatan dan sikap ghuluw (berlebihan).</li><li>Shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi telah bercampur aduk dengan shalawat bid’ah dan shalawat-shalawat yang tidak berasal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.</li></ol><br /><b>Penulis Kitab Barzanji</b><br />Kitab Barzanji ditulis oleh <i>“Ja’far al-Barjanzi al-Madani</i>, dia adalah khathîb di Masjidilharâm dan seorang mufti dari kalangan Syâf’iyyah. Wafat di Madinah pada tahun 1177H/1763 M dan di antara karyanya adalah Kisah Maulîd Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[1]<br /><br />Sebagai seorang penganut<b> paham tasawwuf</b> yang bermadzhab <i>Syiah</i> tentu Ja’far al-Barjanzi sangat mengkultuskan keluarga, keturunan dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini dibuktikan dalam doanya <i>“Dan berilah taufik kepada apa yang Engkau ridhai pada setiap kondisi bagi para pemimpin dari keturunan az-Zahrâ di bumi Nu’mân”</i>.[2]<br /><br /><b>Kesalahan Umum Kitab Barzanji</b><br />Kesalahan kitab Barzanji tidaklah separah kesalahan yang ada pada kitab <i>Daiba`</i> dan <i>Qasîdah Burdah</i>. Namun, penyimpangannya menjadi parah ketika kitab Barzanji dijadikan sebagai bacaan seperti al-Qur’an. Bahkan, <b>dianggap lebih mulia dari pada Al Qur’an</b> (?). Padahal, tidak ada nash syar’î yang memberi jaminan pahala bagi orang yang membaca Barzanji, Daiba` atau Qasîdah Burdah. Sementara, membaca al-Qur’an yang jelas pahalanya, kurang diperhatikan. Bahkan, sebagian mereka lebih sering membaca Barzanji dari pada membaca al-Qur’an apalagi pada saat perayaan maulîd Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br /><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">: مَن قَرَأَ حَرفًا مِن كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاأَقُوْلُ الـمّ حَرْفٌ وَلكِن ْأَلَِفٌ حَرْفٌ وَلاًّمُ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرفٌ. رَوَاهُ التِّرْمِذِيْ وَصَحَّحَهُ اْلأَلْباَنِيْ</span></div><br />Artinya : <i>Barang siapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka dia akan mendapatkan satu kebaikan yang kebaikan tersebut akan dilipatgandakan menjadi 10 pahala. Aku tidak mengatakan Alif Lâm Mîmssatu huruf. Akan tetapi, Alifd satu huruf, lâmd satu huruf mîmd satu huruf.</i>[3]<br /><br /><b>Kesalahan Khusus Kitab Barzanji</b><br />Adapun kesalahan yang <i>paling fatal</i> dalam kitab Barzanji antara lain:<br /><br /><b>Kesalahan Pertama</b><br />Penulis kitab Barzanji meyakini melalui ungkapan syairnya bahwa kedua orang tua Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam termasuk ahlul Iman dan termasuk orang-orang yang selamat dari neraka bahkan ia mengungkapkan dengan sumpah.<br /><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">وَقَدْ أَصْبَحَا وَاللهِ مِنْ أَهْلِ اْلإِيْمَانِ وَجَاءَ لِهَذَا فِيْ الْحَدِيْثِ شَوَاهِدُ</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">وَمَالَ إِليْهِ الْجَمُّ مِنْ أَهْلِ الْعِرْفَانِ فَسَلِّمْ فَإِنَّ اللهَ جَلَّ جَلاَلُــهُ</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">وَإِنَّ اْلإِمَامَ اْلأَشْعَرِيَ لَمُثْبِـتَ نَجَاتَهُمَا نَصًّا بِمُحْكَمِ تِبْــيَانِ</span></div><br /><div style="text-align: center;"><i>Dan sungguh kedua (orang tuanya) demi Allah Azza wa Jalla termasuk ahli iman dan telah datang dalîl dari hadîts sebagai bukti-buktinya.</i></div><div style="text-align: center;"><i>Banyak ahli ilmu yang condong terhadap pendapat in,i maka ucapkanlah salam karena sesungguhnya Allah Maha Agung.</i></div><div style="text-align: center;"><i>Dan sesungguhnya Imam al-Asy’ari menetapkan bahwa keduanya selamat menurut nash tibyan (al-Qur’an).[4]</i></div><br />Jelas, yang demikian itu bertentangan dengan hadîts dari Anas Radhiyallahu ‘anhu bahwa sesungguhnya seorang laki-laki bertanya: <i>“Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di manakah ayahku (setelah mati)?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dia berada di Neraka.” Ketika orang itu pergi, beliau Shallallahu alaihi wa sallam memanggilnya dan bersabda: <b>“Sesungguhnya bapakku dan bapakmu berada di Neraka”</b>.</i>[5]<br /><br /><b>Imam Nawawi</b> rahimahullah berkata: <i>”Makna hadits ini adalah bahwa barangsiapa yang mati dalam keadaan kafir, ia kelak berada di Neraka dan tidak berguna baginya kedekatan kerabat. Begitu juga orang yang mati pada masa fatrah (jahiliyah) dari kalangan orang Arab penyembah berhala, maka ia berada di Neraka. Ini tidak menafikan penyampaian dakwah kepada mereka, karena sudah sampai kepada mereka dakwah nabi Ibrahim ‘Alaihissalam dan yang lainnya.”</i>[6]<br /><br />Semua hadits yang menjelaskan tentang dihidupkannya kembali kedua orang tua Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan keduanya beriman serta selamat dari neraka semuanya palsu, diada-adakan secara dusta dan lemah sekali serta tidak ada satupun yang shâhih. Para ahli hadits sepakat akan kedhaifannya seperti Dâruquthni al-Jauzaqani, Ibnu Syahin, al-Khathîb, Ibnu Ashâkir, Ibnu Nashr, Ibnul Jauzi, as-Suhaili, al-Qurthubi, at-Thabari dan Fathuddin Ibnu Sayyidin Nas.[7]<br /><br />Adapun anggapan bahwa Imam al-Asyari yang berpendapat bahwa kedua orang tua Nabi Shallallahu alaihi wa sallam beriman, harus dibuktikan kebenarannya. Memang benar, Imam as-Suyuthi rahimahullah berpendapat bahwa kedua orang tua Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beriman dan selamat dari neraka, namun hal ini menyelisihi para hâfidz dan para ulama peneliti hadîts.[8]<br /><br /><b>Kesalahan Kedua</b><br />Penulis kitab Barzanji mengajak para pembacanya agar mereka menyakini bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hadir pada saat membaca shalawat, terutama ketika Mahallul Qiyâm (posisi berdiri), hal itu sangat nampak sekali di awal qiyâm (berdiri) membaca:<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">مَرْحَبًا يَا مَرْحَبًا يَا مَرْحَبًا مَرْحَبًا ياَ جَدَّ الْحُسَيْنِ مَرْحَبًا</span></div><br /><div style="text-align: center;"><i>Selamat datang, selamat datang, selamat datang, selamat datang wahai kakek Husain selamat datang.</i></div><br />Bukankah ucapan selamat datang hanya bisa diberikan kepada orang yang hadir secara fisik?. Meskipun di tengah mereka terjadi perbedaan, apakah yang hadir jasad nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama ruhnya ataukah ruhnya saja. Muhammad Alawi al-Maliki (seorang pembela perayaan maulid-red) mengingkari dengan keras pendapat yang menyatakan bahwa yang hadir adalah jasadnya. Menurutnya, yang hadir hanyalah ruhnya.<br /><br />Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berada di alam Barzah yang tinggi dan ruhnya dimuliakan Allah Azza wa Jalla di surga, sehingga tidak mungkin kembali ke dunia dan hadir di antara manusia.<br /><br />Pada bait berikutnya semakin jelas nampak bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diyakini hadir, meskipun sebagian mereka meyakini yang hadir adalah ruhnya.<br /><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">يَا نَبِيْ سَلاَمٌ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلُ سَلاَمٌ عَلَيْكَ</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">يَا حَبِيْبُ سَلاَمٌ عَلَيْكَ صَلَوَاتُ اللهِ عَلَيْكَ</span></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><i>Wahai Nabi salam sejahtera atasmu, wahai Rasul salam sejahtera atasmu</i></div><div style="text-align: center;"><i>Wahai kekasih salam sejahtera atasmu, semoga rahmat Allah tercurah atasmu.</i></div><br />Para pembela Barzanji seperti penulis<i> “Fikih Tradisionalis”</i> berkilah, bahwa tujuan membaca shalawat itu adalah untuk mengagungkan nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Menurutnya, salah satu cara mengagungkan seseorang adalah dengan berdiri, karena berdiri untuk menghormati sesuatu sebetulnya sudah menjadi tradisi kita. Bahkan tidak jarang hal itu dilakukan untuk menghormati benda mati. Misalnya, setiap kali upacara bendera dilaksanakan pada hari Senin, setiap tanggal 17 Agustus, maupun pada waktu yang lain, ketika bendera merah putih dinaikkan dan lagu Indonesia Raya dinyanyikan, seluruh peserta upacara diharuskan berdiri. Tujuannya tidak lain adalah untuk menghormati bendera merah putih dan mengenang jasa para pejuang bangsa. Jika dalam upacara bendera saja harus berdiri, tentu berdiri untuk menghormati Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih layak dilakukan, sebagai ekspresi bentuk penghormatan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukankah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia teragung yang lebih layak dihormati dari pada orang lain?[9]<br /><br />Ini adalah qiyâs yang sangat rancu dan rusak. Bagaimana mungkin menghormati Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam disamakan dengan hormat bendera ketika upacara, sedangkan kedudukan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mulia dan derajatnya sangat agung, baik saat hidup atau setelah wafat. Bagaimana mungkin beliau disambut dengan cara seperti itu, sedangkan beliau berada di alam Barzah yang tidak mungkin kembali dan hadir ke dunia lagi. Disamping itu, kehadiran Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke dunia merupakan keyakinan batil karena termasuk perkara ghaib yang tidak bisa ditetapkan kecuali berdasarkan wahyu Allah Azza wa Jalla, dan bukan dengan logika atau qiyas. Bahkan, pengagungan dengan cara tersebut merupakan perkara bid’ah. Pengagungan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terwujud dengan cara menaatinya, melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya, dan mencintainya.<br /><br />Melakukan amalan bid’ah, khurafat, dan pelanggaran, bukan merupakan bentuk pengagungan terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian juga dengan acara perayaan maulîd Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan perbuatan tersebut termasuk bid’ah yang tercela.<br /><br />Manusia yang paling besar pengagungannya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah para sahabat Radhiyallahu ‘anhum -semoga Allah meridhai mereka- sebagaimana perkataan Urwah bin Mas’ûd kepada kaum Quraisy: <i>“Wahai kaumku….demi Allah, aku pernah menjadi utusan kepada raja-raja besar, aku menjadi utusan kepada kaisar, aku pernah menjadi utusan kepada Kisra dan Najasyi, demi Allah aku belum pernah melihat seorang raja yang diagungkan oleh pengikutnya sebagaimana pengikut Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengagungkan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidaklah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam meludah kemudian mengenai telapak tangan seseorang di antara mereka, melainkan mereka langsung mengusapkannya ke wajah dan kulit mereka. Apabila ia memerintahkan suatu perkara, mereka bersegera melaksanakannya. Apabila beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu, mereka saling berebut bekas air wudhunya. Apabila mereka berkata, mereka merendahkan suaranya dan mereka tidak berani memandang langsung kepadanya sebagai wujud pengagungan mereka”.</i>[10]<br /><br />Bentuk pengagungan para sahabat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas sangat besar. Namun, mereka tidak pernah mengadakan acara maulid dan kemudian berdiri dengan keyakinan ruh Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang hadir di tengah mereka. Seandainya perbuatan tersebut disyariatkan, niscaya mereka tidak akan meninggalkannya.<br /><br />Jika para pembela maulîd tersebut berdalih dengan hadîts Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,’Berdirilah kalian untuk tuan atau orang yang paling baik di antara kalian [11], maka alasan ini tidak tepat.<br /><br />Memang benar Imam Nawawi rahimahullah berpendapat bahwa pada hadits di atas terdapat anjuran untuk berdiri dalam rangka menyambut kedatangan orang yang mempunyai keutamaan[12]. Namun, tidak dilakukan kepada orang yang telah wafat meskipun terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan pendapat yang benar, hadits tersebut sebagai anjuran dan perintah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang-orang Anshar Radhiyallahu ‘anhum agar berdiri dalam rangka membantu Sa’ad bin Muadz Radhiyallahu ‘anhu turun dari keledainya, karena dia sedang luka parah, bukan untuk menyambut atau menghormatinya, apalagi mengagungkannya secara berlebihan[13].<br /><br /><b>Kesalahan Ketiga</b><br />Penulis kitab Barzanji mengajak untuk mengkultuskan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara berlebihan dan menjadikan Nabi sebagai tempat untuk meminta tolong dan bantuan sebagaimana pernyataannya.<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">فِيْكَ قَدْ أَحْسَنْتُ ظَنِّيْ ياَ بَشِيْرُ ياَ نَذِيـْـُر</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">فَأَغِثْنِيْ وَأَجِـــن ياَ مُجِيْرُ مِنَ السَّعِيْرِ</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">يَاغَيَاثِيْ يَا مِــلاَذِيْ فِيْ مُهِمَّاتِ اْلأُمُــوْرِ</span></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><i>Padamu sungguh aku telah berbaik sangka. Wahai pemberi kabar gembira wahai pemberi peringatan.</i></div><div style="text-align: center;"><i>Maka tolonglah aku dan selamatkanlah aku. Wahai pelindung dari neraka Sa’ir</i></div><div style="text-align: center;"><i>Wahai penolongku dan pelindungku. Dalam perkara-perkara yang sangat penting (suasana susah dan genting)</i></div><br />Sikap berlebihan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengangkatnya melebihi derajat kenabian dan menjadikannya sekutu bagi Allah Azza wa Jalla dalam perkara ghaib dengan memohon kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bersumpah dengan nama beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan sikap yang sangat dibenci Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan termasuk perbuatan syirik.<br /><br />Do’a dan tindakan tersebut menyakiti serta menyelisihi petunjuk dan manhaj dakwah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan menyelisihi pokok ajaran Islam yaitu tauhîd. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengkhawatirkan akan terjadinya hal tersebut, sehingga ketika beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit yang membawa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kematian, beliau bersabda: <i>“Janganlah kamu berlebihan dalam mengagungkanku sebagaimana kaum Nasrani berlebihan ketika mengagungkan Ibnu Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah aku adalah hamba dan utusan-Nya”.</i>[14]<br /><br />Telah dimaklumi, bahwa kaum Nasrani menjadikan Nabi Isa Alaihissalam sebagai sekutu bagi Allah Azza wa Jalla dalam peribadatan mereka. Mereka berdoa kepada Nabi-nya dan meninggalkan berdoa kepada Allah Azza wa Jalla, padahal ibadah tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah Azza wa Jalla. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan peringatan kepada umatnya agar tidak menjadikan kuburan beliau sebagai tempat berkumpul dan berkunjung, sebagaimana dalam sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam :<i>“Janganlah kamu jadikan kuburanku tempat berkumpul, bacalah salawat atasku, sesunggguhnya salawatmu sampai kepadaku dimanapun kamu berada”</i>.[15]<br /><br />Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan peringatan keras kepada umatnya tentang sikap berlebihan dalam menyanjung dan mengagungkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa salllam. Bahkan, ketika ada orang yang berlebihan dalam mengagungkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berkata: “Engkau Sayyid kami dan anak sayyid kami, engkau orang terbaik di antara kami, dan anak dari orang terbaik di antara kami”, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada mereka: <i>“Katakanlah dengan perkataanmu atau sebagiannya, dan jangan biarkan syaitan menggelincirkanmu”.</i>[16]<br /><br />Termasuk perbuatan yang berlebihan dan melampui batas terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bersumpah dengan nama beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena sumpah adalah bentuk pengagungan yang tidak boleh diberikan kecuali kepada Allah Azza wa Jalla. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: <i>“Barangsiapa bersumpah hendaklah bersumpah dengan nama Allah Azza wa Jalla, jikalau tidak bisa hendaklah ia diam”.</i>[17]<br /><br />Cukuplah dengan hadits tentang larangan bersikap berlebihan dalam mengagungkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi dalil yang tidak membutuhkan tambahan dan pengurangan. Bagi setiap orang yang ingin mencari kebenaran, niscaya ia akan menemukannya dalam ayat dan hadits tersebut, dan hanya Allah-lah yang memberi petunjuk.<br /><br /><b>Kesalahan Keempat</b><br />Penulis kitab Barzanji menurunkan beberapa shalawat bid’ah yang mengandung pujian yang sangat berlebihan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.<br /><br />Para pengagum kitab Barzanji menganggap bahwa membaca shalawat kepada nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan ibadah yang sangat terpuji. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :<br /><br /><i>“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. </i>[al-Ahzâb/ 33:56]<br /><br />Ayat ini yang mereka jadikan sebagai dalil untuk membaca kitab tersebut pada setiap peringatan maulîd Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal, ayat di atas merupakan bentuk perintah kepada umat Islam agar mereka membaca shalawat di manapun dan kapanpun tanpa dibatasi saat tertentu seperti pada perayaan maulîd Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.<br /><br />Tidak dipungkiri bahwa bersalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terutama ketika mendengar nama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebut sangat dianjurkan. Apabila seorang muslim meninggalkan salawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia akan terhalang dari melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan manfaat, baik di dunia dan akhirat, yaitu:<br /><br /><ol><li>Terkena doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : <i>“Sungguh celaka bagi seseorang yang disebutkan namaku di sisinya, namun ia tidak bersalawat atasku”.</i>[18]</li><li>Mendapatkan gelar bakhil dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<i> “Orang bakhîl adalah orang yang ketika namaku disebut di sisinya, ia tidak bersalawat atasku”</i>[19].</li><li>Tidak mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah Azza wa Jalla, karena meninggalkan membaca salawat dan salam atas Nabi n dan keluarganya. Nabi n bersabda: <i>“Barangsiapa membaca salawat atasku sekali, maka Allah Azza wa Jalla bersalawat atasnya sepuluh kali”.</i>[20]</li><li>Tidak mendapatkan keutamaan salawat dari Allah Azza wa Jalla dan para Malaikat. Allah Azza wa Jalla berfirman:<i>”Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya memohonkan ampunan untukmu, supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya yang terang dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman” </i>[Al-Ahzâb/ 33:43]</li></ol><br />Bahkan, membaca shalawat menjadi sebab lembutnya hati, karena membaca shalawat termasuk bagian dari dzikir. Dengan dzikir, hati menjadi tenteram dan damai sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla : <i>“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah Azza wa Jalla. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”.</i> (Ar-Ra’du/ 13:28). Tetapi dengan syarat membaca shalawat secara benar dan ikhlas karena Allah Azza wa Jalla semata, bukan shalawat yang dikotori oleh bid’ah dan khufarat serta terlalu berlebihan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga bukan mendapat ketenteraman di dunia dan pahala di akherat, melainkan sebaliknya, mendapat murka dan siksaan dari Allah Azza wa Jalla. Siksaan tersebut bukan karena membaca shalawat, namun karena menyelisihi sunnah ketika membacanya. Apalagi, dikhususkan pada malam peringatan maulîd Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja, yang jelas-jelas merupakan perayaan bid’ah dan penyimpangan terhadap Syariat.<br /><br /><b>Kesalahan Kelima</b><br />Penulis kitab Barzanji juga menyakini tentang Nur Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang terungkap dalam syairnya:<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">وَماَ زَالَ نُوْرُ الْمُصْطَفَى مُتْنَقِلاً مِنَ الطَّيِّبِ اْلأَتْقَي لِطاَهِرِ أَرْدَانٍ</span></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><i>Nur Mustafa (Muhammad) terus berpindah-pindah dari sulbi yang bersih kepada yang sulbi suci nan murni.</i></div><br />Bandingkanlah dengan perkataan kaum zindiq dan sufi, seperti al-Hallaj yang berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki cahaya yang kekal abadi dan terdahulu keberadaannya sebelum diciptakan dunia. Semua cabang ilmu dan pengetahuan di ambil dari cahaya tersebut dan para Nabi sebelum Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menimba ilmu dari cahaya tersebut.<br /><br />Demikian juga perkataan Ibnu Arabi Atthâ’i bahwa semua Nabi sejak Nabi Adam Alaihissalam hingga Nabi terakhir mengambil ilmu dari cahaya kenabian Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu penutup para Nabi”.[2]<br /><br />Perlu kita ketahui bahwa <b>ghuluw</b> itu banyak sekali macamnya. Kesyirikan ibarat laut yang tidak memiliki tepi. Kesyirikan tidak hanya terbatas pada perkataan kaum Nasrani saja, karena umat sebelum mereka juga berbuat kesyirikan dengan menyembah patung, sebagaimana perbuatan kaum jahiliyah. Di antara mereka tidak ada yang mengatakan kepada Tuhan mereka seperti perkataan kaum Nasrani kepada Nabi Isa Alaihissalam , seperti ; dia adalah Allah, anak Allah, atau menyakini prinsip trinitas mereka. Bahkan mereka mengakui bahwa tuhan mereka adalah kepunyaan Allah Azza wa Jalla dan di bawah kekuasaan-Nya. Namun mereka menyembah tuhan-tuhan mereka dengan keyakinan bahwa tuhan-tuhan mereka itu mampu memberi syafaat dan menolong mereka.<br /><br />Demikian uraian sekilas tentang sebagian kesalahan kitab Barzanji, semoga bermanfaat.[23]<br /><br />[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XII/1430H/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]<br />_________<br />Footnotes<br />[1]. Al-Munjid fî al A’lâm, 125<br />[2]. Majmûatul Mawâlid, hal. 132.<br />[3]. HR.Tirmidzi dan dishahîhkan al Albâni di dalam shâhihul jam’i hadits yang ke 6468<br />[4]. Lihat Majmûatul Mawâlid Barzanji, hal. 101.<br />[5]. Shahih diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahihnya (348) dan Abu Daud dalam Sunannya (4718).<br />[6]. Lihat Minhâj Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi, 3/ 74.<br />[7]. Aunul Ma’bûd, Abu Thayyib (12/ 324)<br />[8]. Aunul Ma’bûd, Abu Thayyib (12/ 324)<br />[9]. Lihat Fikih Tradisionalisme, Muhyiddîn Abdusshâmad (277-278)<br />[10]. Diriwayatkan oleh al-Bukhâri : 3/187, no : 2731, 2732, al-Fath 5/388.<br />[11]. Shahih diriwayatkan Imam Bukhâri dalam Shahîhnya (3043) dan Imam Muslim dalam Shahîhnya (1768)<br />[12]. Lihat Minhâj Syarah Shahîh Muslim, Imam Nawawi, juz XII, hal. 313.<br />[13]. Lihat Ikmâlil Mu’lim Bi Syarah Shahîh Muslim, Qadhi Iyadh, 6/ 105.<br />[14]. Shahîh diriwayatkan Imam Bukhâri dalam Shahîhnya (3445)<br />[15]. Shahîh diriwayatkan oleh Abu Dâwud dengan sanad yang shahîh (2042) dan dishahîhkan oleh Syaikh Albâni dalam Ghâyatul Marâm : 125<br />[16]. Shahîh, dishahîhkan Oleh Albâni dalam Ghâyatul Marâm 127, lihatlah takhrîj beliau di dalamnya.<br />[17]. Shahîh, diriwayatkan oleh Imam Bukhâri dalam Shahîhnya (2679) dan Imam Muslim dalam Shahîhnya (1646)<br />[18]. Shahîh, diriwayatkan Imam at-Tirmidzi dalam Sunannya (3545), Imam Ahmad dalam Musnadnya 2/254, dan dishahîhkan oleh Albâni dalam irwâ’ : 6<br />[19]. Shahîh diriwayatkan Imam Tirmidzi dalam Sunannya (3546), Imam Ahmad dalam Musnadnya 1/201 dan dishahîhkan Albâni dalam irwâ’ : 5<br />[20]. Shahîh diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahîhnya (284).<br />[21]. Majmûatul Mawâlîd(101).<br />[22]. Lihat perinciannya dalam kitab Mahabbatur Rasûlullâh oleh Abdur Rauf Utsman (169-192).<br />[23]. Insya Allah, untuk lebih jelasnya akan penulis sampaikan dalam buku ”Ritual Tradisional”. Semoga Allah k memudahkan penulisan buku ini yang memuat 40 bid’ah populer di kalangan kaum tradisional di Indonesia yang meliputi, Shalawâtan, Barzanjian, Daibaan, Yasinan, Tahlilan, Ratiban, Manaqiban, Rajaban, Sya’banan, Selamatan dan bid’ah-bid’ah lain.<br /><br />Sumber : <a href="http://syabaabussunnah.wordpress.com/">http://syabaabussunnah.wordpress.com</a><br /><br /><ul><li><a href="http://abangdani.wordpress.com/2010/06/09/barzanji-kitab-induk-peringatan-maulid-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam/">http://abangdani.wordpress.com/2010/06/09/barzanji-kitab-induk-peringatan-maulid-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam/</a></li><li><a href="http://www.nahimunkar.com/lima-kesesatan-dalam-kitab-barzanji/#sthash.Sf3gDyv7.UB2Ui3o3.dpuf">http://www.nahimunkar.com/lima-kesesatan-dalam-kitab-barzanji/#sthash.Sf3gDyv7.UB2Ui3o3.dpuf</a></li></ul></div>

Bid'ah Syafi'i Syirik KESESATAN dalam Kitab Barzanji

Kesalahan Pertama Penulis kitab Barzanji meyakini melalui ungkapan syairnya bahwa kedua orang tua Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam te...

Baca selengkapnya »